Ilustrasi - Dewi Siundol, harimau sumatra korban konflik di Kecamatan Sosopan, Kabupaten Padanglawas kini menjalani rehabilitasi di Sanctuary Harimau Barumun. (Prayugo Utomo/IDN Times)
Kematian Dewi membuat pupus harapan dia dilepasliarkan kembali ke alam. Betina 14 tahun itu pertma kali diselamatkan dari konflik yang terjadi di Desa Siundol Julu, Kecamatan Sosopan, Kabupaten Padanglawas Utara, Sumut, 16 Desember 2021. Usia yang tua bagi harimau. Karena biasa harimau Sumatra hidup selama 10-15 tahun di alam.
Dewi terluka parah saat itu. Lukanya bahkan sudah berbelatung. Tim medis berkesimpulan luka Dewi sangat masif saat itu.
Setelah diperiksa, luka Dewi mengindikasikan bahwa dia sempat terjebak kawat berduri. Mulutnya juga sobek, diduga karena dia hendak melepaskan diri dari kawat itu.
Enam bulan dirawat, mencuat rencana Dewi akan dilepasliarkan kembali. Namun pertimbangan lain muncul. Hasil pengecekan kesehatan secara general menunjukkan Dewi mengalami penurunan daya bertahan di alam. Muncul kekhawatiran dia tidak mampu bertahan di habitat barunya.
Dewi Siundol menjadi harimau keempat yang mati dalam kurun waktu Januari-Maret 2023. Sebelumnya, pada Februari 2023, satu individu harimau Sumatra mati diracun di kawasan Gampong Peunaron Lama, Kecamatan Peunaron, Kabupaten Aceh Timur, Aceh. Duka kembali terjadi. Surya manggala ditemukan tinggal bangkai di sekitar TNKS pada 1 Maret 2023. Kemudian pada 11 Maret 2023, seekor harimau Sumatra ditemukan mati di Gampong Bukit Meueh, Kecamatan Meukek, Kabupaten Aceh Selatan.
Kematian demi kematian sang raja rimba menjadi titik penting evaluasi. Bagaimana menakar keseriusan pemerintah dalam upaya konservasi harimau yang masuk dalam daftar merah Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) dengan status terancam punah Critically Endangered. Berdasarkan Population Viable Assesment (PVA) 2016 jumlahnya diperkirakan tidak lebih dari 600 individu di alam liar. Perburuan, hingga degradasi habitat masih menjadi ancaman eksistensi satwa predator puncak itu.