Binjai, IDN Times - 'Sakit tak berdarah', kiasan kata ini seolah menggambarkan betapa hancurnya perasaan para korban Bully. Setidaknya inilah yang dirasakan pelajar di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 (SMKN 1) Binjai, berinisial AP.
Ia nekat menenggak (meminum) bensin Pertalite, saat rasa sakit itu menusuk hingga jantung. Aksi nekat itu dilakukan pelajar kelas 11 ini tak jauh dari sekolahnya Jalan Samanhudi, Satria, Kecamatan Binjai Kota, Kamis (28/8/2025).
Diduga Jadi Korban Bully, Pelajar di SMKN 1 Binjai Nekat Minum Bensin

1. Korban terlihat buru-buru mendatangi warung dan menenggak bensin
Peristiwa ini juga menggemparkan warga sekitar. Hingga akhirnya korban dilarikan ke RSU Artha Medica, tak jauh dari lokasi guna menjalani perawatan intensif. "Dia datang dari arah sekolah sendiri, ku lihat terburu-buru gitu sembati tanya ada bensin," cerita salah satu pedagang disana yang kini menjadi saksi.
Karena terlihat terburu-buru membuat pedagang ini bertanya kepada korban untuk apa sebenarnya bensin itu. "Saya tanya untuk apa, dia diam dan langsung mengambil setengah liter Pertalite seharga Rp6.000, lalu meminumnya. Saya langsung menahan," jelas pria paruh baya yang enggan menyebutkan namanya.
2. Jadi korban bully hingga percintaan warnai aksi nekat korban
Memang dikatakan dia, sebelum meminum bensin. Korban sempat bercerita kepadanya. Bahwa pelajar yang diketahui tinggal di Diski, Kabupaten Deliserdang ini merasa sakit hati karena jadi bullying. "Kenapa meminum bensin itu? Aku diolok-olok (ejek) sama kawan sekolah," terang korban ketika itu kepadanya.
Ceritapun bukan hanya sebatas Bully, yang dialaminya. Sebab, beberapa guru di sekolah dan rekan-rekan lainya mengaku jika korban sakit hati dalam percintaan. Tekanan psikologis akibat putus cinta diperkirakan turut memicu aksi nekatnya.
3. Kepala sekolah akui masih belum mengetahui persis motif muridnya
Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Binjai Safaruddin dikonfirmasi mengaku, jika pihak sekolah tengah menghubungi keluarga korban. "Kami masih belum tahu, soalnya AP masih baru, dia siswa pindahan inu keluarganya tengah kaminhubungi," kata Safaruddin.
Ketika ditanya tentang bagaimana siswa bisa keluar pada jam sekolah, Safaruddin menjelaskan, jika biasanya murid mengambil makanan (bontot) dari orang tua. Sehingga pelajar diperbolehkan keluar sebentar. "Biasanya di sini murid mengambil ‘bontot’ dari orang tuanya," jelas dia.
Hingga berita ini ditulis, AP masih menjalani perawatan di RSU Artha Medica. Pihak rumah sakit memastikan tindakan medis dilakukan untuk menstabilkan kondisi korban. Sementara itu, pihak keluarga terus mendampingi proses pemulihan AP. Dalam kasus bully, pengawasan dari guru sangat penting. Sehingga aksi bully ini tidak kembali terjadi dan menimpa korban lain.