Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D menerima penghargaan Profesor Kehormatan dari Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Ilmu Kesehatan (FKKGIK) Universitas Prima Indonesia, Sabtu (4/1/2025). (Dok. IDN Times)

Medan, IDN Times – Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D mengaku meneteskan air saat menerima penghargaan tertinggi Profesor Kehormatan dari Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Ilmu Kesehatan (FKKGIK) Universitas Prima Indonesia.

Penganugerahan ini diberikan FKKGIK UNPRI pada 15 Agustus 2025 lalu karena menganggap Prof. dr. Taruna Ikrar adalah Ilmuwan Berpengaruh di Indonesia. Ia adalah seorang Ilmuwan Farmasi yang kini menjabat Kepala BPOM RI sejak 19 Agustus 2024.

“Saya menangis tadi, ini apresiasi yang sangat besar, karena sangat berharga buat saya,” ujarnya saat memberikan orasi ilmiah di Hall Utama Kampus UNPRI Jalan Sampul Medan, Sabtu (4/1/2025) pagi.

Menurutnya apa yang dilakukan UNPRI merupakan manifestasi penghargaan yang membuatnya bisa memakai toga penghargaan pada hari ini. Namun menurutnya Profesor hanya title, yang terpenting adalah hasil temuan, penelitian, dan kebijakan yang bisa bermanfaat untuk masyarakat luas.

“Ini merupakan surprise, merupakan penghargaan yang lebih, bukan hanya sekadar profesor tapi juga penghargaan sebagai ilmuwan berpengaruh. Ini di luar apa yang saya pikirkan, di luar dan jauh di atas gelar guru besar,” ungkapnya penuh haru.

Yang paling membahagiakan lagi, tambhnya, keluarganya dari Amerika Serikat hadir jauh-jauh ke Medan untuk menghadiri acara penghargaan dan orasi ilmiah pada hari ini.

“Saya sangat terharu istri tercinta saya datang dengan segala kesibukannnya, anak-anak saya juga yang sibuk dengan kegiatan universitas hadir di tengah-tengah waktu libur yang singkat,” bebernya.

Pada kesempatan ini, Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D memberikan orasi ilmiah bertajuk Ancaman Besar ‘Silent Pandemic’ Dunia Akibat Resistensi Antimikroba. Orasi ilmiah ini dirangkaikan dengan penganugerahan gelar ilmuwan berpengaruh yang diserahkan langsung oleh Rektor UNPRI Medan, Prof Dr Crismis Novalinda Ginting, M.Kes.

Yuk Simak isi orasi ilmiahnya:

1. Latar Belakang

Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D menerima penghargaan Profesor Kehormatan dari Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Ilmu Kesehatan (FKKGIK) Universitas Prima Indonesia, Sabtu (4/1/2025). (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Taruna Ikrar lahir 15 April 1969 dan menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar pada tahun 1991. Sejak semester tiga ia sudah memiliki ketertarikan pada bidang parmakologi. Karena menurutnya parmakologi adalah kunci dari ilmu pengobatan segala penyakit.

Ia melanjutkan pendidikan Magister Ilmu Biomedik (M.Biomed) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan lulus pada 2003. Selanjutnya mendapat beasiswa dari pemerintahan Jepang (Beasiswa Monbukagakusho) untuk meneruskan pendidikan Ph.D. dengan spesialisasi penyakit jantung di Universitas Niigata, Jepang. SSetelah itu pada tahun 2008, ia kembali melanjutkan program post-doctoralnya di bidang neurosains di School of Medicine, University of California, Amerika Serikat.

Pendidikan yang tempuh menjadikannya ahli di bidang farmasi, jantung, dan syaraf. Ia pernah menjabat sebagai spesialis laboratorium (specialist) di departemen anatomi dan neurobiologi di Universitas California, Irvine. Selain itu ia adalah salah satu pemegang paten metode pemetaan otak manusia sejak tahun 2009.

Dengan semua pengalamannya, ia diangkat menjadi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan sejak 19 Agustus 2024 oleh Presiden Joko Widodo.

Ia sudah menulis dua terkait Resistensi Antimikroba, yakni ‘Ancaman Silent Pandemic Akibat Resistensi Antimikroba’ dan ‘Pengendalian Resistensi Antimikrona di Indonesia’.

“Saya sudah menggeluti parmakologi lebih dari 30 tahun. Kenapa? Karena ilmu ini kunci dari ilmu pengobatan, jantung dan lainnya kuncinya adalah parmakologi, obatnya. Untuk itu pada pagi hari ini saya memberikan orasi ilmiah bertema Ancaman Besar ‘Silent Pandemic’ Dunia Akibat Resistensi Antimikroba,” terangnya.

2. Belajar dari situasi kocar-kacir menghadapi Pandemic COVID-19

Editorial Team

Tonton lebih seru di