Medan, IDN Times - CSERM atau Centre for Sustainable Energy and Resources Management) Universitas Nasional (UNAS) telah memeriksa secara rinci skala dan luas operasi proyek PLTA Batang Toru yang dibangun oleh PT NSHE. Hal ini dilakukan sehubungan dengan kekhawatiran yang telah diungkapkan tentang dampak proyek terhadap Orangutan Tapanuli yang terancam punah.
Hasilnya, orangutan yang jumlahnya di alam diperkirakan sekitar 767 individu.
Studi ini menyimpulkan bahwa dampaknya, sebagian besar karena hilangnya habitat orangutan, dapat dikategorikan menjadi 'kerugian permanen' dan 'kerugian sementara'. Dari hilangnya habitat yang telah terjadi hingga saat ini, antara 2017 dan 2019, total 371,68 ha. Seluas 86,47 Ha adalah kerugian permanen yang harus diimbangi. Sedangkan 285,21 ha adalah kerugian sementara yang akan dipulihkan.
Dalam upaya untuk berkontribusi pada perlindungan pelestarian ekosistem Batangtoru, PT NSHE melakukan studi seperti Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL), Penilaian Dampak Kesehatan Keselamatan (ESHIA) dan Rencana Manajemen Lingkungan dan Pemantauan Lingkungan Plan (RKL/RPL) dengan mengacu pada standar kinerja Korporasi Keuangan Internasional (IFC).
Senior Advisor PT NSHE, Emmy Hafild membeberkan, khusus untuk menjaga ekosistem orangutan Tapanuli, berikut 5 hal yang akan dan sudah dilakukan PT NSHE: