Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_20250415_145848.jpg
K. Wahyudi melakukan Penanaman Mangrove di Edu-Ekowisata Mangrove Dusun X Paluh Baru Desa Pasar Rawa, Langkat (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Intinya sih...

  • Yakopi dan warga Dusun X Paluh Baru Desa Pasar Rawa menjaga ekologi dan melestarikan hutan mangrove di Pantai Timur Sumatera.

  • Program perlindungan dan restorasi mangrove dilakukan untuk melestarikan lingkungan dan meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat sekitar.

  • Pelestarian mangrove bukan hanya soal lingkungan, tapi juga soal keberlangsungan hidup warga pesisir dengan membuka peluang ekonomi seperti budidaya kepiting bakau, udang, hingga ekowisata berbasis alam.

Langkat, IDN Times - Demi menjaga ekologi dan berupaya melestarikan hutan mangrove di kawasan pesisir Pantai Timur Sumatera, Yayasan Konservasi Pesisir Indonesia (Yakopi) menggandeng masyarakat di berbagai daerah, salah satunya di Dusun X Paluh Baru, Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumut.

Selain menjaga ketahanan ekologi, dua pihak yang bersinergi ini juga dalam program perlindungan dan restorasi mangrove, untuk melestarikan mangrove dan ketahanan ekonomi masyarakat sekitar.

IDN Times bersama media lainnya, berkesempatan mengunjungi langsung lokasi Edu-Ekowisata Mangrove yang ada di Dusun X Paluh Baru Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, pada Jumat (25/7/2025).

1. Pondok saung menjadi tempat ekowisata oleh Kelompok Tani Penghijau

Edu-Ekowisata Mangrove Dusun X Paluh Baru Desa Pasar Rawa, Langkat (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Dari Kota Medan jarak tempuh ke Desa Pasar Rawa ini mencapai sekitar 80 KM.

Lokasi yang dikunjungi tepatnya di Dusun X Paluh Baru, Desa Pasar Rawa, warga disini terdapat 40 Kartu Keluarga (KK).

Satu dari seluruh rumah disekitaran, ada tempat yang disebut warga sebagai ekowisata diberi nama Pondok Saung, oleh Kelompok Tani Penghijau Maju Bersama.

Pondok saung ini beratapkan tepas, lantai papan, dan tiang-tiang kayu yang berdiri tegak diatas air payau berseberangan dengan hutan mangrove.

Menariknya, ekowisata ini akan ada pemancingan yang dibuka pada 17 Agustus 2025, sebagai bentuk hiburan masyarakat dan perputaran ekonomi. Meskipun pemancingan ini tidak dipungut biaya tapi ada penyewaan pancing. Dari keuntungan ini dikembalikan ke masyarakat dan diolah semestinya oleh Kelompok Tani Hutan (KTH).

Namun, sayangnya sejumlah titik jalan menuju lokasi ekowisata ini banyak jalan berlubang. Sehingga, para pengendara harus berhati-hati.

2. Dulu warga sempat memotong kayu mangrove

K. Wahyudi melakukan Penanaman Mangrove di Edu-Ekowisata Mangrove Dusun X Paluh Baru Desa Pasar Rawa, Langkat (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Pondok Saung ini juga merupakan titik untuk mengarungi perairan Sungai Bluru, agar dapat melihat dan memantau kawasan hutan Mangrove yang menjadi salah satu lahan terluas di Sumatera.

Sesekali kawasan mangrove ini dilewati oleh warga dan peternak atau para tambak dengan sampan kecil. Artinya, ekosistem disini dengan berbagai ternak udang, ikan dan kepiting masih terbilang subur sejak tidak ada pemotongan kayu pohon mangrove.

Mangrove sebagai ekosistem karbon hijau, dalam jangka panjang memang tinggi karbonnya.

Tanaman mangrove disini pernah dipotong warga untuk mengambil kayu-kayu, tanpa mengetahui bahwa fungsi mangrove dapat menahan abrasi serta perkembangbiakan ikan dan udang agar tidak punah nantinya.

Sejak tahun 2022, pihak Yayasan Konservasi Pesisir Indonesia (Yakopi) hadir untuk menanam bibit jenis mangrove yaitu Rhizopora Stylosa. Penanaman ini dilakukan sekitar 23 hektar ada di empat titik disepanjang habitat mangrove, dan ada disisi sungainya.

3. Yakopi memiliki dua fokus untuk Desa Pasar Rawa pada mangrove

Edu-Ekowisata Mangrove Dusun X Paluh Baru Desa Pasar Rawa, Langkat (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Direktur Yakopi, Eling Tuhono menyatakan bahwa target ambisius tersebut merupakan bagian dari komitmen jangka panjang Yakopi dalam membangun ketahanan iklim dan ekologis di kawasan pesisir yang rawan abrasi. Bukan hanya itu, upaya tersebut juga diharapkan dapat berdampak bagi kesejahteraan ekonomi warga Desa Pasar Rawa.

“Kami sedang mendorong percepatan perlindungan dan restorasi mangrove di kawasan yang memang kritis, baik dari sisi ekologis maupun sosial ekonomi masyarakatnya,” jelas Eling.

Menurutnya, program ini fokus pada dua hal utama yaitu, perlindungan terhadap kawasan mangrove yang masih utuh, dan pemulihan area yang telah rusak atau terdegradasi, dengan melibatkan masyarakat sebagai pengelola langsung.

Salah satu implementasi program tersebut tampak nyata di Desa Pasar Rawa, Langkat, tempat Yakopi melakukan penanaman mangrove bersama warga lokal. Di mana wilayah kerja Yakopi dengan Kelompok Tani Penghijauan Maju Bersama sudah sekitar 23 hektar.

Muhammad Habib, Program Manager Yakopi di wilayah Aceh dan Sumatera Utara, menyebut kegiatan ini sebagai bentuk aksi nyata dalam pemulihan lingkungan.

“Penanaman ini bukan sekadar menanam pohon, tapi bagian dari upaya memulihkan sistem penyangga kehidupan masyarakat pesisir,” ujarnya.

Habib menekankan bahwa program konservasi yang dijalankan Yakopi bersifat partisipatif. Warga tidak hanya sebagai penerima manfaat, tetapi juga aktor utama dalam perencanaan, penanaman, dan pengawasan kawasan mangrove.

“Kami mendampingi dan melatih kelompok masyarakat agar menjadi pelindung lingkungan mereka sendiri,” tambahnya.

4. Pelestarian mangrove bukan hanya soal lingkungan, tapi juga soal keberlangsungan hidup warga pesisir

Penanaman Mangrove di Edu-Ekowisata Mangrove Dusun X Paluh Baru Desa Pasar Rawa, Langkat oleh Yayasan Konservasi Pesisir Indonesia atau Yakopi (IDN Times/Indah Permata Sari)

Salah satu mitra masyarakat yang terlibat aktif adalah Kelompok Tani Penghijauan Maju Bersama, yang dipimpin oleh K. Wahyudi. Di tengah berbagai ancaman terhadap ekosistem pesisir, masyarakat Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, menunjukkan komitmen kuat dalam menjaga hutan mangrove.

Ketua kelompok, K. Wahyudi, menegaskan bahwa pelestarian mangrove bukan hanya soal lingkungan, tapi juga soal keberlangsungan hidup warga pesisir.

“Kalau tidak ada mangrove, desa ini bisa habis terkikis air laut. Kami sudah lihat dampaknya sendiri. Jadi kami bergerak bukan karena disuruh, tapi karena sadar,” ujarnya.

Menurut Wahyudi, penanaman mangrove sudah menjadi kegiatan rutin kelompok sejak beberapa tahun terakhir, baik secara swadaya maupun bekerja sama dengan Yakopi. Selain menanam, mereka juga menjaga kawasan agar tidak dirambah atau dikonversi menjadi tambak ilegal.

5. Membuka peluang ekonomi seperti budidaya kepiting bakau, udang, hingga ekowisata berbasis alam

Edu-Ekowisata Mangrove Dusun X Paluh Baru Desa Pasar Rawa, Langkat (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Selain menjaga lingkungan, kegiatan ini juga membuka peluang ekonomi seperti budidaya kepiting bakau, udang, hingga ekowisata berbasis alam. Kelompok berharap, ke depan, dukungan dari pemerintah dan lembaga pendamping semakin kuat agar upaya pelestarian ini berkelanjutan.

“Kami tidak ingin sekadar menanam, tapi juga menghidupi desa dari mangrove,” tegas Wahyudi.

Yakopi berharap kolaborasi lintas sektor, termasuk dengan pemerintah daerah dan pihak swasta, terus diperkuat. Program ini tak hanya menyasar perlindungan lingkungan, tetapi juga peningkatan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan.

Editorial Team