Belajar tanpa perteduhan jika datang hujan (IDN Times/Patiar Manurung)
Anak-anak memilih belajar dengan mendaki perbukitan karena tempat tinggal warga di sana di kelilingi pegunungan. Ketinggian di kawasan ini berada di 800-1.000 Mdpl. Ketika dijumpai di lokasi mereka belajar, anak-anak didik tersebut menunjukkan beberapa titik yang bisa dilalui sinyal. Diperkirakan hanya ada empat titik.
“Titiknya tidak banyak. Makanya sebagian memanjat pohon supaya anak-anak ini bisa terbagi. Posisi tempat duduk yang bisa terjangkau sinyal cukup terbatas juga,” kata salah seorang pelajar.
Mengingat sinyal internet hanya didapatkan di perbukitan itu, anak didik pun harus bertarung dengan waktu karena jarak antara lokasi sinyal ke rumah penduduk kurang lebih 1,5 Km. Mereka biasanya mulai belajar daring sekitar pukul 8.00 WIB hingga dua jam berikutnya. Kemudian sore harinya terbatas karena keburu gelap atau malam.
“Kita tidak bisa berlama-lama juga di sini karena waktunya juga terbatas. Pasti berbeda ketika kami bisa mendapatkan sinyal di rumah,” kata Aldi, Selasa (4/8/2020)
Anak didik di sana mengaku tidak semuanya harus belajar daring. Ada juga guru yang datang mengantarkan tugas-tugas pelajaran. Namun ketika ada yang hal sulit, yang butuh ditanyakan balik kepada guru maka jalan satu-satunya adalah lewat daring.