Medan, IDN Times — Di tengah meningkatnya produksi kopi di Kabupaten Karo, persoalan baru muncul di Desa Kutambaru, yaitu adanya gunungan limbah kulit kopi yang mengganggu lingkungan. Namun kini, tumpukan limbah itu berubah menjadi peluang ekonomi baru berkat program edukasi dan pelatihan yang digagas Universitas Prima Indonesia (UNPRI) melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM).
Desa Kutambaru, yang dikenal sebagai salah satu sentra kopi rakyat, mengalami pertumbuhan produksi cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, luas lahan kopi rakyat di Kabupaten Karo meningkat dari 9.198 hektar (2019) menjadi 9.210 hektar (2021), diikuti naiknya produksi kopi dari 7.402 ton menjadi 7.411 ton. Kenaikan ini ikut memicu meningkatnya jumlah limbah kulit kopi pascapanen.
Sayangnya, sebagian besar petani masih membuang kulit kopi begitu saja di area kebun. Kebiasaan tersebut menciptakan permasalahan lingkungan: bau tak sedap, tumpukan organik yang mengundang hama, hingga penurunan kualitas ekosistem tanah. “Karena belum pernah ada pembinaan pengelolaan limbah, kulit kopi hanya dibiarkan menumpuk,” kata Ketua Kelompok Tani Gambelin, Sam Dhiko Tarigan.
Melihat kondisi itu, tim PKM UNPRI menghadirkan pelatihan pengolahan limbah kulit kopi menjadi cascara—minuman herbal dari kulit kopi yang bernilai tinggi. Program ini dipimpin oleh Salman Faris bersama tim dosen dan mahasiswa lintas disiplin, mulai dari manajemen, agribisnis, hingga agroteknologi.
