ilustrasi hujan asam (pexels.com/Chris F)
Setelah cukup energi panas, lanjutnya maka terkumpul sejak siang, awan-awan konvektif ini mulai matang di sore hingga malam hari. Kemudian, saat sudah cukup berat dengan air, awan melepaskan muatannya menjadi hujan deras, sering disertai petir dan angin kencang.
"Itulah sebabnya hujan sering turun pada sore atau malam hari apalagi saat siangnya terasa terik atau panas," kata Putri.
Adapun faktor meteorologi lainnya juga berpengaruh dalam mendukung turunnya hujan, contohnya pada hari ini kondisi meteorologis di wilayah sumatera utara yaitu tercatat bahwa nilai IOD indeks -1.27, dan MJO berada di fase 4, dan terdapat pola shearline di wilayah sumatera utara. Hal tersebut berpotensi meningkatkan aktivitas/pola konvektif di wilayah Indonesia bagian barat.
Lanjutnya, nilai DMI/IOD yaitu perbedaan suhu permukaan laut antara Samudra Hindia bagian barat dan timur, selanjutnya MJO adalah singkatan dari Madden Julian Oscillation, sebuah fenomena cuaca di daerah tropis berupa pergerakan awan dan curah hujan yang melintasi Bumi dari barat ke timur setiap 30-60 hari. Fenomena ini dapat memengaruhi cuaca di wilayah yang dilaluinya, termasuk Indonesia, dan berdampak pada peningkatan intensitas curah hujan yang berpotensi menyebabkan cuaca ekstrem seperti banjir atau tanah longsor. untuk wilayah indonesia bagian barat berada pada MJO Fase 3-4.
"Belokan angin atau shearline adalah pola angin yang mempengaruhi atau memicu pertumbuhan awan konvektif (awan hujan), semua faktor ini cukup mendukung kondisi pembentukan awan konvektif (awan hujan) di wilayah Sumatera Utara," tutur Prakirawan BBMKG Wilayah 1 Medan ini.