Suasana dongeng anak-anak di Kota Medan (Dok. Istimewa)
Hal berbeda diungkapkan Fadila atau yang akrab disapa Kak Dila untuk sehari-hari dipanggung. Ia merupakan seorang story teller (pendongeng) atau seorang pencerita di Kota Medan.
Menurutnya, perkembangan teknologi yang semakin maju seperti sekarang bukan hanya sebagai mempermudah mobilitas sehari hari-hari. Namun, dapat menggantikan peran manusia.
“Kalau dulu yang kita tahu media seperti YouTube kita gunakan untuk mencari informasi, atau hanya memutar video clip musik favorit kita, atau melihat dunia dengan visual lebih luas, dan hanya bisa di buka kalau kita punya komputer dengan kemampuan Pentium tertentu. Bercerita sebelum tidur, bercerita saat sedang Q-time di hari libur kerja dan lainnya. Nah, sekarang untuk mengakses YouTube atau media sosial digital sudah sangat mudah, dan aksesnya ramah untuk semua usia,” ucap Dila pada IDN Times.
Lanjutnya, perkembangan media sejalan juga dengan dengan berkembangnya konten-konten, yang isinya bukan tentang informasi saja, tapi sudah merangkap ke bagian hiburan termasuk hiburan untuk anak yang saya lihat disini menggantikan peran orang tua untuk bercerita.
“Tampilan yang menarik, artikulasi dan audio yang mendukung, membuat anak-anak betah untuk duduk tenang dengan layarnya dan tentunya aku yakin, orang tua secara khusus sudah menjadwalkan waktu untuk anaknya, agar tidak kecanduan gawai,” kata Dila.
Ia menceritakan bahwa, dulu dirinya pernah bekerja di tempat penitipan anak, disana kebiasaan membacakan cerita dengan buku ke anak sangat aktif, dan hasilnya sangat luar biasa. Hal ini menjadikan anak memiliki kosa kata baru, rasa penasaran, mandiri, bahkan ingin belajar membaca sendiri.
Dila mengatakan sejak tak bekerja di tempat tersebut, ada rasa ingin menularkan hal yang sama ke lebih banyak anak lagi, tapi dengan teknik berdongeng.
“Dan, walaupun aku belum punya anak untuk saat ini. Aku ingin nanti bisa bercerita ke anak-anak ku suatu saat nanti, seperti yang aku lakukan ke anak2 di tempat aku bekerja dulu, terliterasi,” tutur Dila.
Beberapa waktu lalu saat, ia berada di kereta api perjalanan hendak ke kota Tebing Tinggi. Dila duduk bersama dengan seorang ibu dan anak laki-lakinya yang berusia dua tahun dan mengajaknya berbicara.
“Ketika bercerita ke anak-anak yang akan aku temui, aku akan tatap matanya satu-satu agar mereka merasa kalau aku mengajak mereka bercerita yang sebenarnya, dan imajinasi mereka terbentuk,” ungkapnya.