Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
-
Pendeta Paten Sidabutar saat bertemu dengan IDN Times, Jumat (19/12/2025). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Intinya sih...

  • Pendeta Paten Sidabutar tetap melayani jemaat meski gereja terdampak banjir bandang di Tapanuli Tengah, Sumatra Utara.

  • Sidabutar dan istrinya selamat dari bencana, tetap memberikan pelayanan kepada jemaat, dan mendahulukan pembersihan gereja.

  • Bencana alam menjadi cara Tuhan mengingatkan umatnya untuk menjaga alam, dengan 133 korban jiwa dan 33 jiwa masih hilang di Tapanuli Tengah.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tapanuli Tengah, IDN Times - Sejak pagi Pendeta Paten Sidabutar sudah sibuk. Dia ikut membersihkan gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) tempat dia memberikan pelayanan kepada jemaat.

Gereja yang berada di Desa Hutanobolon, Kecamatan Tukka, Tapanuli Tengah, Sumatra Utara itu ikut terdampak banjir bandang pada Selasa (25/11/2025) lalu. Lumpur mengendap hingga 50 cm di dalam gereja. Nyaris setinggi bagian panggung tempat altar berdiri.

Selama sepekan pasca banjir surut, para muda – mudi, masyarakat dan relawan bahu membahu membersihkan rumah ibadah itu. Gereja HKBP Resor Tukka itu digunakan untuk perayaan Natal 2025.

Pembersihan gereja masih berlangsung saat IDN Times berkunjung ke Hutanobolon, Jumat (19/12/2025). Tegel yang tadinya berlumpur sudah terlihat kembali warnanya. Bangku – bangku jemaat sudah tidak berlumpur lagi. Meski, garis ketinggian air dan lumpur masih terlihat jelas.

Saat banjir, Sidabutar sempat dikira sudah hilang bersama istrinya. Anak-anaknya yang berada di luar kota sempat mencarinya selama tujuh hari. Bersyukur, Sidabutar dan istrinya selamat dari bencana. Dia tetap memberikan pelayanan. Dari rumah ke rumah, hingga ke tenda pengungsian jemaat.

 

Bahala menantang iman Sang Pendeta

Prajurit TNI membersihkan Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI), Desa Hutanobolon, Kecamatan Tukka, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, Jumat (19/12/2025). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Bagi Pendeta Sidabutar, bencana alam tidak menyurutkan imannya. Dia tetap berupaya memberikan pelayanan kepada jemaat saat bahala melanda.

Sidabutar jugalah penyintas. Rumah yang ditempati bersama istrinya ikut menjadi sasaran air dan lumpur.

“Biarpun ini bencana datang, tapi untuk memuji Tuhan itu harus semakin teguh,” katanya.

Keteguhan itu ditunjukkan Sidabutar dan istrinya pasca banjir surut. Minggu, pekan pertama pasca banjir, mereka langsung memberikan kepada para jemaat. Mereka mendatangi rumah – rumah jemaat untuk sekadar memberikan penghiburan dan doa bersama.

Sidabutar sempat berduka. Beberapa jemaatnya menjadi korban tewas dalam banjir itu. Semula para korban dimakamkan di lahan samping gereja. Namun makan itu sempat terseret, kala air kembali naik.

Saat air naik kembali, Sidabutar bertahan dekat makam-makam itu. Dia berupaya mencari pertolongan untuk mengevakuasi jenazah.

Saat ini, seluruh jenazah yang dimakamkan di samping gereja sudah dievakuasi ke lokasi yang lebih aman.

Mendahulukan pembersihan gereja

Warga dan pengurus membersihkan gereja di Desa Hutanobolon, Kecamatan Tukka, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, Jumat (19/12/2025). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Sebagai pemuka agama, Pendeta Sidabutar menunjukkan dedikasinya. Pengalaman 31 tahun menjadi Pelayan Tuhan dan empat tahun ditasbihkan menjadi pendeta, membuat Sidabutar lebih mengutamakan kepentingan jemaat.

Dia lebih memilih membersihkan gereja. Sementara rumahnya sendiri juga belum dibersihkannya.

Bersama sejumlah pengurus gereja mereka bergotong royong. Hingga akhirnya, gereja kembali bisa digunakan kembali untuk beribadah. Bahkan, per 24 Desember 2025, jemaat merayakan Natal di gereja itu. Karena HKBP menjadi salah satu gereja yang bertahan dari beanjir. Sementara lainnya, hancur dan terendam lumpur.

“Jadi untuk Natal bagi saya sekarang ini benar-benar menantang iman saya sebagai pendeta untuk tetap bersama dengan jemaat Melakukan semua perayaan-perayaan natal yang lebih khidmat lagi,” katanya.

Bencana jadi cara Tuhan mengingatkan umatnya untuk menjaga alam

Warga membawa hasil pertanian melintasi Desa Hutanobolon pasca banjir menghantam kawasan itu, Sabtu (20/12/2025). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Meski dengan perayaan Natal yang sederhana, Sidabutar tidak ingin bersedih. Bagi dia, Natal bukan sekedar perayaan dengan gemerlap lampu dan umbul-umbul serta baju baru.

“Natal itu, bagaimana kita merasakan Tuhan datang kepada manusia. Jadi sukacita Natal yang sebenarnya kita bersama Tuhan, dan Tuhan ada bersama kita memberi kekuatan,” katanya.

Bagi Sidabutar, bencana ini adalah cara Tuhan mengingatkan umatnya untuk lebih menghargai alam. Bagaimana hutan-hutan bisa tetap lestari. Dia meyakini, ketika manusia menjaga alam, maka alam kembali akan menjaga manusia.

“Kami harapkanlah jemaat untuk mencintai ciptaan Tuhan. Merawatnya menjadi bagaimana tanggung jawab kita sebagai ciptaan Tuhan,” pungkasnya.

Hutanobolon menjadi salah satu daerah terdampak paling parah di Tapanuli Tengah. Rumah – rumah warga di sana hancur dihantam gelondongan kayu dan lumpur. Warga setempat saat ini masih bertahan di pengungsian.

Sementara itu data per 24 Desember 2025 menunjukkan, banjir dan longsor di Tapteng memakan 133 korban jiwa. Sebanyak 33 jiwa masih hilang dan dalam proses pencarian.

Kemudian, otal korban jiwa banjir dan longsor di Sumatra Utara sebanyak 371 jiwa. Total korban yang masih hilang sebanyak 70 orang. Sebanyak 13.262 jiwa masih menjadi pengungsi.

Editorial Team