Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mengunjungi perpustakaan (pexels.com/Abby Chung)

Intinya sih...

  • Plagiarisme adalah tindakan mengambil ide, gagasan, atau karya orang lain tanpa memberikan kredit yang semestinya, termasuk self-plagiarism.

  • Mahasiswa harus kuasai teknik sitasi dan parafrasa dengan benar serta manfaatkan perpustakaan sebagai "benteng pertahanan" akademik dari praktik tidak etis.

  • Hargai proses belajar dan jadilah mahasiswa yang anti-plagiarisme untuk menjaga reputasi diri dan almamater di Sumatera Utara.

Belakangan ini, dunia pendidikan tinggi Indonesia, khususnya di Sumatera Utara, sedang dihebohkan oleh rilis Research Integrity Risk Index (RI²). Laporan global ini menempatkan salah satu kampus kebanggaan Sumut, Universitas Sumatera Utara (USU), dalam kategori "Red Flag" atau zona merah, yang menandakan adanya risiko integritas riset yang sistemik.

Salah satu pelanggaran integritas yang paling umum dan sering jadi momok bagi mahasiswa adalah plagiarisme. Isu ini bukan main-main, lho. Kasus dugaan plagiarisme, termasuk self-plagiarism, bahkan pernah menyeret nama-nama petinggi di USU beberapa tahun lalu.

Nah, sebagai mahasiswa Sumut yang cerdas dan berintegritas, kamu tentu gak mau kan, masa depan akademikmu tercoreng gara-gara salah langkah? Tenang, IDN Times sudah merangkum 5 cara jitu untuk menghindari plagiarisme. Dan ternyata, solusinya ada di tempat yang mungkin sering kamu lewati.

1. Pahami Dulu, Apa Sebenarnya Plagiarisme Itu?

ilustrasi membaca bukut(pexels.com/RDNE Stock Project)

Langkah pertama dan paling fundamental adalah memahami dengan benar apa itu plagiarisme. Banyak yang mengira plagiarisme itu cuma sekadar copy-paste tulisan orang lain. Padahal, definisinya jauh lebih luas dari itu.

Plagiarisme adalah tindakan mengambil ide, gagasan, atau karya orang lain dan mengakuinya sebagai milik sendiri tanpa memberikan kredit atau sitasi yang semestinya.

Bentuknya bisa beragam, mulai dari menyalin teks kata per kata, melakukan parafrasa atau mengubah beberapa kata dari sumber asli tapi tetap mempertahankan struktur ide utamanya tanpa menyebutkan sumber, hingga mengambil sebuah teori unik dari seorang ahli lalu menuliskannya seolah-olah itu idemu sendiri.

Bahkan ada yang namanya self-plagiarism, yaitu menggunakan kembali sebagian besar tulisanmu dari tugas sebelumnya untuk tugas yang baru tanpa izin dari dosen. Kasus seperti ini pernah menjadi sorotan tajam di Sumut dan bahkan berujung pada sanksi.6 Dengan menyadari semua bentuk ini, kamu sudah selangkah lebih maju untuk menghindarinya.

2. Kuasai Teknik Sitasi dan Parafrasa yang Benar

ilustrasi menulis (pexels.com/JESHOOTS.com

Setelah paham apa saja yang termasuk plagiarisme, sekarang saatnya kamu menguasai "senjata" untuk melawannya. Senjata utamamu adalah kemampuan melakukan sitasi (mengutip sumber) dan parafrasa dengan benar. Parafrasa bukan sekadar mengganti beberapa kata dengan sinonimnya.

Parafrasa yang baik adalah saat kamu membaca sebuah sumber, memahaminya secara mendalam, lalu menuliskannya kembali sepenuhnya dengan gaya bahasamu sendiri. Namun, yang paling penting untuk diingat adalah, meskipun sudah menggunakan bahasamu sendiri, kamu wajib mencantumkan dari mana sumber ide itu berasal.

Di sinilah peran sitasi menjadi krusial. Setiap kali kamu mengambil ide, data, atau kalimat dari sumber lain, kamu harus melakukan sitasi. Pelajari gaya sitasi yang umum digunakan di jurusanmu, entah itu APA, MLA, atau Chicago.

Agar tidak pusing, kamu bisa memanfaatkan aplikasi manajemen referensi gratis seperti Mendeley atau Zotero yang bisa membantumu menyimpan sumber dan membuat daftar pustaka secara otomatis.

3. Jadikan Perpustakaan sebagai "Benteng Pertahanan" Akademikmu

ilustrasi mengambil buku di perpustakaan(pexels com/Element5 Digital)

Di sinilah peran perpustakaan menjadi sangat vital, baik itu perpustakaan di kampusmu atau bahkan perpustakaan umum seperti Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Medan. Perpustakaan bisa menjadi "benteng pertahanan" akademikmu dari praktik-praktik yang tidak etis.

Salah satu indikator dalam indeks RI² yang membuat sebuah kampus mendapat rapor merah adalah tingginya persentase publikasi di jurnal abal-abal atau predator.1 Dengan memanfaatkan perpustakaan, kamu bisa mendapatkan akses gratis ke database jurnal internasional bereputasi seperti Scopus, JSTOR, atau ProQuest, yang memastikan referensimu berkualitas.

Lebih dari itu, jangan anggap pustakawan hanya sebagai penjaga buku. Mereka adalah profesional informasi yang bisa menjadi konsultan gratis untuk membantumu mencari sumber yang relevan, mengajarimu cara menggunakan database, hingga memberikan pelatihan tentang cara melakukan sitasi yang benar.

Banyak juga perpustakaan universitas yang menyediakan akses ke perangkat lunak pendeteksi plagiarisme seperti Turnitin. Kamu bisa memanfaatkannya untuk mengecek tugasmu sendiri sebelum dikumpulkan, layaknya "general check-up" untuk memastikan tulisanmu sehat dari virus plagiarisme.

4. Hargai Proses, Bukan Cuma Hasil Akhir

ilustrasi tertidur saat membaca (pexels.com/cottonbro studio)

Tekanan untuk dapat nilai bagus sering kali jadi alasan mahasiswa mengambil jalan pintas. Padahal, esensi dari tugas kuliah bukanlah sekadar nilai A di transkrip. Esensinya ada pada proses belajarnya,proses membaca, berpikir kritis, menganalisis, dan menuangkan gagasan secara orisinal. Saat kamu melakukan plagiarisme, kamu mungkin dapat nilai bagus, tapi kamu kehilangan kesempatan belajar yang paling berharga. Kamu menipu dirimu sendiri.

Ingat, di beberapa kampus seperti UNIMED, masalah integritas seperti "jasa joki tugas" bahkan sudah menjadi bahan penelitian karena dianggap sebagai tantangan serius. Ini menunjukkan bahwa budaya menghargai proses sedang coba dibangun. Jadi, cintai proses menulis skripsi atau makalahmu, seberat apa pun itu.

5. Ingat, Jujur Itu Keren dan Menjaga Reputasi Jangka Panjang!

ilustrasi memegang gulir putih saat wisuda (pexels.com/Gül Işık)

Di era digital ini, jejak rekam sangat mudah dilacak. Sekali kamu ketahuan melakukan plagiarisme, sanksinya bisa berat, mulai dari nilai E, skorsing, bahkan dikeluarkan dari kampus. Reputasimu sebagai pribadi yang jujur dan dapat dipercaya akan hancur.

Ingat, isu integritas ini tidak hanya berdampak pada individu, tapi juga pada reputasi almamater secara keseluruhan.

Status "Red Flag" yang diterima sebuah universitas pada indeks RI² adalah cerminan dari akumulasi tindakan-tindakan yang kurang berintegritas. Dengan menjaga kejujuranmu, kamu tidak hanya menyelamatkan dirimu sendiri, tetapi juga ikut menjaga nama baik kampus kebanggaanmu di Sumatera Utara.

Jadi, yuk, mulai sekarang jadilah mahasiswa yang anti-plagiarisme. Manfaatkan semua sumber daya yang ada, terutama perpustakaan. Buktikan bahwa mahasiswa Sumut itu cerdas, kreatif, dan yang terpenting, berintegritas!

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team