Aktivitas Sri Marlen, warga Tanjung Uma saat berjualan makanan di depan rumahnya (IDN Times/Putra Gema Pamungkas)
Tanjung Uma, sebuah kawasan yang terletak di pesisir Kota Batam dengan kehidupan yang berjalan lambat, kini menyimpan cerita perubahan energi. Di balik terangnya lampu rumah dan warung-warung yang makin ramai, ada sebuah kisah tentang sebuah teknologi yang tidak hanya mengubah wajah desa ini, tetapi juga nasib dan ekonomi warganya. PLTS yang hadir di Kawasan ini telah menjadi simbol dari kemajuan yang tidak hanya mengalirkan listrik, tetapi juga mengalirkan harapan dan perubahan.
Sri Marlen, seorang ibu rumah tangga yang telah lebih dari dua dekade mengarungi hidup di Tanjung Uma, adalah salah seorang yang merasakan betul dampak kehadiran PLTS ini. Sejak menetap di kawasan ini pada tahun 2005, Sri telah menjadi saksi bisu dari pergulatan masyarakat Tanjung Uma menghadapi permasalahan ketidakstabilan pasokan listrik.
“Dulu, listrik sering mati. Sehari bisa dua kali padam, dan setiap padam bisa berlangsung hingga tiga jam,” ujar Sri dengan nada yang penuh kenangan pahit.
Bagi Sri yang mengandalkan warung makan kecil sebagai sumber nafkah utama, gangguan pasokan listrik bukan hanya masalah teknis, tetapi persoalan hidup yang mempengaruhi setiap aspek kesehariannya. Warung makan yang ia kelola pun tak luput dari dampak buruk ini. Makanan yang dijualnya mudah rusak tanpa adanya pendingin yang berjalan dengan baik.
Lampu yang sering padam membuat pelanggan enggan mampir. Waktu yang terbatas akibat seringnya listrik mati menyebabkan omzet penjualan menjadi terhambat.
Namun, segalanya berubah sejak PLTS Tanjung Uma mulai beroperasi di tahun 2022. Perlahan, keadaan mulai memperlihatkan tanda-tanda perubahan.
"Alhamdulillah, sejak PLTS ini beroperasi, listrik jadi lebih stabil. Warung saya bisa buka lebih lama, barang-barang tidak mudah rusak, dan anak-anak pun bisa belajar dengan tenang tanpa khawatir listrik padam,” ujar Sri, suaranya penuh rasa syukur.
Menurut Sri yang telah 12 tahun berjuang untuk mempertahankan usaha warung makannya, kehadiran PLTS adalah sebuah anugerah. Tak hanya mengatasi masalah utama dalam usahanya, tetapi juga membuka peluang baru bagi kesejahteraan keluarga.
Keberadaan listrik yang stabil, menurut Sri, telah mengubah cara hidupnya dan banyak warga Tanjung Uma lainnya. Warung makan yang sebelumnya hanya buka terbatas pada siang hari kini dapat melayani pelanggan hingga malam. Usaha yang sempat terhenti akibat pasokan listrik yang tak menentu, kini kembali beroperasi penuh, bahkan dengan kapasitas yang lebih baik.
Tidak hanya bagi Sri, perubahan ini dirasakan oleh banyak keluarga di Tanjung Uma. Bagi mereka, PLTS bukan hanya sekadar penyedia energi, tetapi juga penyulut semangat dan harapan baru.
Aktivitas ekonomi yang sempat terhambat kini berkembang. Warung-warung kecil mulai menghidupkan suasana ekonomi di sekitar Kawasan Tanjung Uma, anak-anak bisa belajar lebih giat tanpa terhalang oleh pemadaman listrik, dan yang lebih penting, warga Tanjung Uma kini merasakan stabilitas yang selama ini diidam-idamkan.