Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Petugas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Tanjung Uma, Kota Batam saat melakukan pengecekan panel surya (IDN Times/Putra Gema Pamungkas)

Di balik desiran ombak yang tak henti memecah bibir pantai Tanjung Uma, Kota Batam, Kepulauan Riau, harapan baru menyinari masa depan, harapan yang dibawa oleh cahaya matahari yang terperangkap dalam panel-panel surya.

Langkah revolusioner dalam dunia energi ini mengantarkan Batam ke dalam era transisi energi bersih yang lebih ramah lingkungan, sekaligus memberikan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat setempat.

Di sinilah, sebuah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) pertama kali beroperasi, menggantikan sumber daya energi kotor dan menghentikan ketergantungan pada bahan bakar fosil.

PLTS Tanjung Uma, simbol harapan energi bersih

Petugas saat melakukan pembersihan panel surya di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Tanjung Uma, Kota Batam (IDN Times/Putra Gema Pamungkas)

Tahun 2022 menjadi saksi lahirnya sebuah inovasi yang tidak hanya membawa kemajuan dalam dunia energi, tetapi juga memberikan dampak langsung bagi kehidupan masyarakat Tanjung Uma. Sebuah PLTS on-grid dengan kapasitas 1 megawatt, setara dengan 1.000 kilowatt hours (kWh), berdiri kokoh di atas tanah seluas satu hektar.

Keberadaan PLTS ini tidak hanya menyuplai aliran listrik yang lebih stabil bagi warga, tetapi juga menjadi simbol harapan bagi masyarakat pesisir yang selama ini berjuang menghadapi ketidakpastian pasokan Listrik di Kota Batam.

“PLTS Tanjung Uma ini adalah bukti nyata komitmen kami dalam transisi menuju energi yang lebih bersih. Ini adalah permulaan yang besar, dan kami yakin Batam akan menjadi pionir dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia,” kata Muhammad Habibie, Engineer Instrument Facility PT Pelayanan Energi Batam (anak perusahaan PLN Batam).

Membangun bersama, menjadi lebih kuat

Petugas saat melakukan pemeriksaan panel surya di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Tanjung Uma, Kota Batam (IDN Times/Putra Gema Pamungkas)

Proyek PLTS Tanjung Uma bukan hanya sebuah pencapaian teknologi, tetapi juga bukti semangat gotong-royong yang menguatkan ikatan antar pihak. PT Pelayanan Energi Batam bersama PT Wika Energi Industri mengembangkan proyek ini melalui skema Kerja Sama Operasi (KSO).

Sebanyak 2.720 modul panel surya dipasang pada tahap pertama, mengalirkan listrik ke jaringan yang menghidupi ribuan rumah tangga dan usaha kecil setempat. Tidak hanya itu, proyek ini juga menjadi titik tolak untuk pengembangan lebih lanjut yang diharapkan akan meluas hingga dua hektar pada tahun-tahun mendatang.

“Kami berencana untuk mengembangkan kapasitas hingga dua hektar pada masa yang akan datang. Kami percaya, energi surya adalah pilihan terbaik untuk Batam yang beriklim tropis,” ungkap Habibie dengan harapannya.

Batam merupakan rumah bagi energi terbarukan

Foto tampak udara PLTS IKN yang telah mengalirkan listrik untuk kawasan IKN dengan kapasitas 10 megawatt. Jumlah tersebut akan bertambah hingga mencapai 50 megawatt pada akhir tahun 2024. Foto PLN

Rencana pengembangan ini sejajar dengan kebijakan pemerintah yang terus mendorong transisi energi bersih di Indonesia. Dengan iklim tropisnya yang kaya akan sinar matahari, Batam menjadi lokasi yang sangat strategis bagi pengembangan PLTS.

Selain itu, sejumlah perusahaan besar juga menunjukkan minatnya untuk berinvestasi dalam pembangkit listrik tenaga surya di wilayah ini.

Berdasarkan data yang berhasil di rangkum, enam konsorsium perusahaan telah merencanakan pembangunan PLTS di Batam dalam beberapa tahun mendatang, dengan total kapasitas yang diperkirakan akan mencapai 3.083 megawatt.

Di antaranya, PT Adaro Energi Indonesia berencana untuk membangun PLTS di Bendungan Duriangkang dengan kapasitas 720 megawatt; sementara PT Batam Sarana Surya dan PT Toba Bara Energi juga berencana membangun pembangkit serupa dengan kapasitas masing-masing 120 megawatt dan 333 megawatt.

Selain itu, PT TBS Energi Utama bersama PT PLN Batam dan PT PLN Nusantara Power akan mengembangkan PLTS di Bendungan Tembesi dengan kapasitas 42 megawatt; sementara PacificLight Power Ltd, Medco Power, dan Gallant Ventures Ltd turut berinvestasi di Pulau Bulan Batam, yang diharapkan dapat menghasilkan energi 670 megawatt.

Terakhir, PT Calypte Energy Indonesia dan PT Terragama Hariara Energi turut menyumbangkan energi sebesar 1.200 megawatt melalui proyek PLTS mereka.

Menggerakkan ekonomi dan kehidupan Warga Tanjung Uma

Aktivitas Sri Marlen, warga Tanjung Uma saat berjualan makanan di depan rumahnya (IDN Times/Putra Gema Pamungkas)

Tanjung Uma, sebuah kawasan yang terletak di pesisir Kota Batam dengan kehidupan yang berjalan lambat, kini menyimpan cerita perubahan energi. Di balik terangnya lampu rumah dan warung-warung yang makin ramai, ada sebuah kisah tentang sebuah teknologi yang tidak hanya mengubah wajah desa ini, tetapi juga nasib dan ekonomi warganya. PLTS yang hadir di Kawasan ini telah menjadi simbol dari kemajuan yang tidak hanya mengalirkan listrik, tetapi juga mengalirkan harapan dan perubahan.

Sri Marlen, seorang ibu rumah tangga yang telah lebih dari dua dekade mengarungi hidup di Tanjung Uma, adalah salah seorang yang merasakan betul dampak kehadiran PLTS ini. Sejak menetap di kawasan ini pada tahun 2005, Sri telah menjadi saksi bisu dari pergulatan masyarakat Tanjung Uma menghadapi permasalahan ketidakstabilan pasokan listrik.

“Dulu, listrik sering mati. Sehari bisa dua kali padam, dan setiap padam bisa berlangsung hingga tiga jam,” ujar Sri dengan nada yang penuh kenangan pahit.

Bagi Sri yang mengandalkan warung makan kecil sebagai sumber nafkah utama, gangguan pasokan listrik bukan hanya masalah teknis, tetapi persoalan hidup yang mempengaruhi setiap aspek kesehariannya. Warung makan yang ia kelola pun tak luput dari dampak buruk ini. Makanan yang dijualnya mudah rusak tanpa adanya pendingin yang berjalan dengan baik.

Lampu yang sering padam membuat pelanggan enggan mampir. Waktu yang terbatas akibat seringnya listrik mati menyebabkan omzet penjualan menjadi terhambat.

Namun, segalanya berubah sejak PLTS Tanjung Uma mulai beroperasi di tahun 2022. Perlahan, keadaan mulai memperlihatkan tanda-tanda perubahan.

"Alhamdulillah, sejak PLTS ini beroperasi, listrik jadi lebih stabil. Warung saya bisa buka lebih lama, barang-barang tidak mudah rusak, dan anak-anak pun bisa belajar dengan tenang tanpa khawatir listrik padam,” ujar Sri, suaranya penuh rasa syukur.

Menurut Sri yang telah 12 tahun berjuang untuk mempertahankan usaha warung makannya, kehadiran PLTS adalah sebuah anugerah. Tak hanya mengatasi masalah utama dalam usahanya, tetapi juga membuka peluang baru bagi kesejahteraan keluarga.

Keberadaan listrik yang stabil, menurut Sri, telah mengubah cara hidupnya dan banyak warga Tanjung Uma lainnya. Warung makan yang sebelumnya hanya buka terbatas pada siang hari kini dapat melayani pelanggan hingga malam. Usaha yang sempat terhenti akibat pasokan listrik yang tak menentu, kini kembali beroperasi penuh, bahkan dengan kapasitas yang lebih baik.

Tidak hanya bagi Sri, perubahan ini dirasakan oleh banyak keluarga di Tanjung Uma. Bagi mereka, PLTS bukan hanya sekadar penyedia energi, tetapi juga penyulut semangat dan harapan baru.

Aktivitas ekonomi yang sempat terhambat kini berkembang. Warung-warung kecil mulai menghidupkan suasana ekonomi di sekitar Kawasan Tanjung Uma, anak-anak bisa belajar lebih giat tanpa terhalang oleh pemadaman listrik, dan yang lebih penting, warga Tanjung Uma kini merasakan stabilitas yang selama ini diidam-idamkan.

Langkah pasti menuju masa depan hijau

Petugas saat melakukan pembersihan solar panel di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Tanjung Uma, Kota Batam (IDN Times/Putra Gema Pamungkas)

PLTS Tanjung Uma hanya langkah pertama dalam upaya PLN Batam untuk membawa Batam menuju masa depan yang lebih hijau. Pada 2025, perusahaan listrik milik negara ini menargetkan untuk menggandakan kapasitas PLTS di Tanjung Uma, menjadikan kota ini sebagai pionir dalam transisi energi bersih di Indonesia.

"Visi kami adalah Batam menjadi wilayah yang mandiri dalam hal energi, dan lebih penting lagi, menjadi contoh bagi daerah lain dalam upaya transisi menuju energi terbarukan yang ramah lingkungan," ujar Habibie.

Langkah ini lanjut Habibie bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan energi, tetapi tentang menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.

"Di sinilah, energi surya bukan hanya menjadi solusi untuk pencahayaan, tetapi juga menjadi simbol harapan akan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Batam dan untuk masa depan Indonesia yang lebih hijau," pungkas Habibie, menutup percakapan dengan penuh optimisme.

Editorial Team