Bukan Sekadar Gratis, Ini 4 Terobosan Sekolah Rakyat di Sumut

Ada sebuah sekolah yang menganggap kegagalan masa lalu bukanlah titik akhir, dan pintu pendidikan senantiasa terbuka lebar, kapan pun seseorang merasa siap untuk kembali belajar. Itulah janji yang dibawa oleh Sekolah Rakyat, sebuah program terobosan yang resmi diluncurkan pada Juli 2025.
Digagas oleh pemerintah pusat, program pendidikan gratis untuk keluarga prasejahtera ini telah diluncurkan di beberapa titik strategis di Sumatera Utara. Salah satu lokasi utamanya berada di Medan, bertempat di Balai Sentra Bahagia, Jalan Willem Iskandar, dengan kapasitas awal untuk 100 siswa jenjang SMP.
Namun, yang membuat Sekolah Rakyat benar-benar istimewa bukanlah sekadar status gratisnya, melainkan pendekatannya yang dirancang unik dan fleksibel untuk menjawab kebutuhan nyata di lapangan.
Lalu, apa saja yang membuat program ini begitu istimewa? Berikut adalah empat terobosan utama dari Sekolah Rakyat yang diterapkan di Sumatera Utara.
1. Kurikulum Fleksibel: Tak Ada Kata Terlambat untuk Belajar

Lupakan sistem tahun ajaran yang kaku. Di sini, berlaku sistem kurikulum luwes bernama Multi Entry-Multi Exit. Artinya, siswa dapat mendaftar kapan saja sepanjang tahun. Seorang anak yang ditemukan putus sekolah pada bulan Oktober misalnya, bisa langsung masuk dan mulai belajar di hari berikutnya.
Menurut Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, konsep ini dirancang agar siswa belajar sesuai tingkat kemampuannya, bukan usianya. Kelulusan pun tidak diukur dari jenjang kelas, tapi dari penguasaan kompetensi yang dirancang khusus untuk setiap anak. Ini adalah sebuah filosofi pendidikan yang merangkul setiap anak, tak peduli seberapa terjal jalan yang telah mereka lalui sebelumnya.
2. Dukungan Holistik: Saat Keluarga Ikut "Naik Kelas"

Sekolah Rakyat paham bahwa anak tidak tumbuh sendirian. Mereka adalah bagian dari ekosistem keluarga yang juga perlu disehatkan. Karena itu, program ini tidak hanya fokus pada siswa.
Orang tua siswa akan menerima program pemberdayaan yang terstruktur. Menteri Sosial Saifullah Yusuf menjelaskan, dukungannya lengkap, mulai dari pelatihan keterampilan, bantuan modal usaha, hingga program renovasi rumah.
Jika keluarga punya tanah, rumahnya akan diperbaiki. Jika tidak, pemerintah akan mencarikan solusinya. Dengan begini, sekolah bertransformasi menjadi pusat harapan, tidak hanya untuk pendidikan anak, tetapi juga untuk kebangkitan ekonomi seluruh keluarga.
3. Seleksi Unik: Pintu Terbuka Bukan karena Nilai, tapi Kebutuhan

Meskipun fasilitasnya premium asrama ber-AC, makan tiga kali sehari, hingga iPad untuk tiap siswa jangan bayangkan ada tes akademik yang menegangkan. Pintu di sini terbuka murni berdasarkan kondisi ekonomi.
Mensos Saifullah Yusuf menegaskan, calon siswa adalah mereka yang namanya tercatat di Desil 1 (miskin ekstrem) dan Desil 2 (miskin) dalam data nasional. Sebagai gantinya, sekolah melakukan talent mapping (pemetaan bakat) lewat wawancara dan tes psikologi.
Bahkan, ada rencana pemanfaatan teknologi canggih seperti AI dan tes DNA untuk memetakan potensi karier siswa di masa depan. Sebuah pendekatan yang memadukan teknologi canggih dengan tujuan sosial.
4. Fasilitas Premium: Memuliakan dengan Cara yang Paling Nyata

Gagasan untuk "memuliakan orang belum mampu" bukan sekadar slogan. Di Sekolah Rakyat, hal itu diterjemahkan ke dalam setiap detail yang bisa dirasakan langsung. Fasilitasnya gratis dan jauh di atas standar. Siswa mendapatkan asrama nyaman, perlengkapan belajar modern, dan hingga tujuh setel seragam lengkap dengan sepatu.
Namun, yang paling menyentuh adalah perhatian pada hal-hal kecil. Raharjo, Kepala Sub Bagian TU Balai Sentra Bahagia, berbagi cerita.
"Menu makan anak-anak itu beda dengan kami (staf) takutnya nanti mereka iri. Nutrisinya juga ada tambahan," ujarnya dalam laporan IDN Times.
Sebuah detail sederhana yang menunjukkan komitmen untuk mengangkat harkat dan martabat para siswa secara total.
Pada akhirnya, Sekolah Rakyat di Sumatera Utara lebih dari bangunan atau program. Ia adalah sebuah pernyataan bahwa setiap anak berharga, dan kemiskinan tidak boleh menjadi vonis yang membatasi masa depan mereka.