Sementara itu, VP of Public Affair eFishery Muhammad Chairil menyampaikan, eFishery merupakan startup aquaculture berbasis teknologi yang hadir untuk mengintegrasikan pembudidaya ikan dan petambak udang dalam super-ecosystem di Indonesia.
“Program sertifikasi pembudidaya merupakan produk unggulan, karena dapat meningkatkan kualitas dan nilai produk perikanan, peningkatan serta perluasan akses pasar, dan peningatan potensi ekspor produk perikanan unggul,” kata Chairil.
Pada satu dekade, katanya, eFishery telah berkontribusi positif terhadap sektor akuakultur di Indonesia, dengan mendukung lebih dari 200.000 pembudidaya dengan jumlah 1,1 juta kolam aktif yang tersebar di 280 kabupaten/kota.
Chairil juga menyampaian eFishery yang berdiri sejak 1993 itu telah memfasilitasi transaksi penjualan ikan air tawar senilai Rp 1,105 triliun, sebesar Rp1,125 triliun transaksi penjualan udang, penjualan pakan ikan dan udang Rp1,99 Trilun, dengan mempercepat siklus panen sekitar 74 hari yang menggunakan teknologi eFeeder (untuk udang).
“Untuk di Sumut ada 3.000 pembudidaya yang tergabung dalam ekosistem eFishery, sekitar 850 pembudidaya mendapatkan akses layanan pembiayaan dengan transaksi Kabayan eFishery sebesar Rp65 miliar. Sehingga kontribusi eFishery terhadap sektor akukultur mencapai Rp140 miliar,” sebutnya.
Ia mengatakan sasaran program sertifikasi nelayan berada di Kawasan Danau Toba. Setelah ini pihaknya akan berdiskusi dengan para nelayan yang ada di Kabupaten Simalungun. Chairil berharap kerja sama yang sudah terjalin ini akan memberikan dampak positif kepada para nelayan dan juga Sumut ke depannya.