Medan, IDN Times- Banjir susulan tidak hanya menerjang kabupaten Pidie Jaya dan Bireuen, namun sejumlah desa di Kabupaten Bener Meriah juga terendam. Air masuk ke pemukiman setelah hujan deras sejak Rabu (24/12/2025) selama beberapa jam.
Terpantau beberapa warga melaporkan lewat akun media sosialnya soal kondisi banjir. Termasuk akun media sosial Dinas Kominfo Pemkab Bener Meriah menunjukkan video arus deras di Lampahan, Kecamatan Timang Gajah. Beberapa warga terlihat mengungsi ke tempat yang lebih aman.
"Rabu 24 Desember 2025, Sungai Lampahan kembali meluap. Pengguna jalan Bireuen-Takenon harap berhati-hati," demikian informasi di akun resmi Dinas Kominfo tersebut.
Selain itu banjir juga merendam Kecamatan Pintu Rim Gayo dan Kecamatan Permata seperti dilaporkan warga lewat akun media sosialnya. Termasuk Jalan lintas Kertas Kraft Aceh di Kecamatan Permata yang kembali tergenang meski baru dibersihkan pascabanjir dan longsor 26 November 2025.
Pemkab Bener Meriah sendiri sudah memerpanjang masa tanggap darurat hingga sepekan ke depan."Hari ini Pemkab Bener Meriah secara resmi memperpanjang masa tanggap darurat mulai 24- 30 Desember 2025. Berdasarkan kajian dari BPBD beserta seluruh unsur forkopimda untuk memastikan penanganan darurat bencana hidrometerologi ini dapat tertangani sesegera mungkin," kata Ilham Abdi, Kepala Pusat Data dan Informasi Bencana Hidrometeorologi Bener Meriah.
Bener Meriah merupakan salah satu wilayah terisolir saat diterjang banjir bandang dan longsor 26 November lalu. Dari data Pemkab Bener Meriah, ada 10 kecamatan dan 232 desa yang terdampak. Jumlah penduduk terdampak tercatat sebanyak 183.043 jiwa, dengan rincian 30 jiwa meninggal dunia, 14 jiwa hilang, dan 12 jiwa mengalami luka-luka. Selain itu, terdapat 5.425 jiwa pengungsi yang saat ini menempati 39 titik pengungsian yang tersebar di beberapa kecamatan.
Bencana ini juga mengakibatkan 6 kecamatan dan 57 desa berada dalam kondisi terisolir, dengan total 35.387 jiwa warga terdampak isolasi akibat terputusnya akses jalan dan kerusakan infrastruktur.
Kerusakan infrastruktur meliputi 166 jembatan rusak, 81 titik jalan rusak yang mencakup jalan nasional, provinsi, dan kabupaten, serta kejadian longsor di 61 lokasi dan banjir di 27 lokasi. Selain itu, tercatat 1.792 unit rumah warga mengalami kerusakan dengan kategori rusak berat, sedang, dan ringan, serta 43 titik saluran air bersih terdampak.
Dampak bencana juga dirasakan pada sektor pertanian, antara lain kebun kopi seluas 291,5 hektar, sawah 65,227 hektar, perkebunan 214,2 hektar, dan kolam 0,645 hektar yang mengalami kerusakan.
Pada sektor fasilitas umum, tercatat kerusakan pada 22 fasilitas pendidikan, 23 fasilitas peribadatan, dan 15 fasilitas kesehatan dengan tingkat kerusakan beragam. Saat ini fase pemulihan berjalan dengan perbaikan infrastruktur dengan membangun jembatan darurat sementara untuk akses dan pemulihan kesehatan.
