Surabaya, IDN Times - Dua ledakan bom mengguncang Kota Sibolga, Sumatera Utara pada Selasa (12/3) kemarin.
Ledakan pertama terjadi saat penangkapan terduga teroris Husain alias Abu Hamzah alias Upang di rumahnya Jalan Cenderawasih Gang Serumpun, Kota Sibolga.
Namun ledakan ini berskala kecil, hanya melukai seorang petugas. Abu Hamzah pun diboyong ke kantor polisi.
Ledakan kedua terjadi 10 jam berikutnya, dilakukan oleh istri Abu Hamzah. Ini merupakan bom bunuh diri yang menewaskan istri Abu Hamzah dan satu anaknya.
Istri Abu Hamzah menolak keluar dari rumah dan menyerahkan diri. Ia malah nekat meledakkan bom bunuh diri bersama anaknya.
Kepolisian memastikan Husain alias Abu Hamzah beserta istrinya merupakan anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD), kelompok teroris yang berafiliasi dengan kelompok teroris Negara Islam Irak-Suriah (ISIS). Merekalah pemilik bahan peledak 300 kilogram yang baru saja ditemukan oleh Densus 88.
“Jadi mereka ini sudah kena paham ISIS. Kelompok mereka sudah dijejaki Tim Densus 88,” kata Kapolri Tito Karnavian usai bersilaturahmi di Pondok Pesantren Al Kautsar Al Akbar, Medan, Selasa (12/3) lalu.
Tidak kalah menarik, ternyata paham radikalisme istri Abu Hamzah jauh lebih mendalam daripada si suami.
“AH sampaikan kepada Densus, kalau istrinya lebih keras (pemahaman radikal) dibandingkan dirinya sendiri, negosiasi selama 10 jam tidak berhasil dan (istrinya) nekat meledakkan diri,” ujar Karopenmas Humas Mabes Polri, Brigjen Pol. Dedi Prasetyo.
Kira-kira apa yang mendasari paham radikalnya begitu mengakar?