Bergandeng Tangan Cegah Badak Sumatra Hilang di Bumi Andalas
Konvoi mobil berpenggerak empat roda bergerak dari Kecamatan Idi Rayeuk menuju Desa Rantau Panjang, Kecamatan Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur, Kamis (12/11/2021) pagi. Jarak yang ditempuh dari Idi Rayeuk sekitar empat jam. Menerabas medan berat berlumpur menuju lokasi pembangunan Sumatra Rhino Sanctuary (SRS) atau Suaka Badak Sumatra.
Bupati dan pejabat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) pun ikut ke sana. Meletakkan batu pertama pembangunan suaka.
Rombongan disambut Peusijuk. Ritual serupa tepung tawar dalam kebudayaan Aceh. Di bawah tenda biru, Ayat suci Al Quran dikumandangkan. Beradu dengan suara serangga hingga katak dari dalam hutan.
Bupati Aceh Timur Hasballah bin HM Thaib yang pertama meletakkan batu, menandai pembangunan SRS. Dia mendukung penuh upaya penyelamatan mamalia bercula itu.
Badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) menjadi salah satu satwa yang masuk dalam daftar merah Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Populasinya terus berkurang karena banyak faktor.
“Pembangunan SRS ini adalah langkah penting. Ini masa terakhir kita melakukan penyelamatan badak dari ancaman kepunahan. Karena populasinya kurang dari 100 individu,” ujar Dedi Yansyah, Koordinator Forum Konservasi Leuser (FKL).
FKL menjadi lembaga pelaksana konsorsium upaya penyelamatan Badak. FKL mendapat hibah dana dari lembaga Aksi Nyata Konservasi Hutan Tropis Sumatera (TFCAS) untuk membangun SRS.
SRS akan dibangun di atas lahan yang berdampingan dengan Cagar Alam Serbajadi dan Hutan Lindung Aceh. SRS akan dibangun di atas lahan yang luasnya tidak lebih dari 120 Ha.
Di atas lahan itu nantinya akan dibangun sekitar 11 kandang dengan rata-rata luas 11 hektare. Kemudian ditambah dengan areal perkantoran pengelola kawasan. Lahan yang digunakan berstatus Areal Penggunaan Lain (APL). Pembangunan ditarget rampung Maret 2022.
1. Konsorsium berharap, ada badak yang lahir di SRS Aceh Timur
Dedi menjelaskan, pihaknya mendapat dukungan penuh dari pemerintah Aceh Timur. Bupati Hasballah menilai betapa pentingnya satwa yang dikenal dengan sebutan ‘Badeuk’ bagi kelangsungan ekologi.
Nantinya, akan dilakukan upaya pengembangbiakan badak di SRS. Badak-badak yang ada di sejumlah habitat akan di evakuasi dan dikawinkan di sana.
“Kita harapkan, paling tidak lima tahun ke depan, ada individu badak yang lahir di SRS Aceh,” kata Dedi.
FKL bersama lintas pemangku kebijakan juga sudah melakukan monitoring lapangan. Mereka juga tengah membahas persiapan rescue badak di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) untuk kemudian dibawa ke SRS.