Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-12-03 at 15.25.50.jpeg
Warga mengantre BBM di salah satu SPBU di Kabupaten Aceh Besar. (Dokumentasi Riska untuk IDN Times)

Intinya sih...

  • Warga Aceh mengantre hingga 11 jam untuk mendapatkan BBM

  • Banyak yang membeli BBM berkali-kali untuk dijual kembali, menciptakan kelangkaan

  • Mahasiswa meminta aparat tindak dan ungkap mafia kelangkaan BBM di Aceh

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banda Aceh, IDN Times - Masyarakat di Aceh mengalami kesulitan bahan bakar minyak (BBM) pascabencana banjir dan longsor melanda provinsi tersebut. Antrean panjang terjadi di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) nyaris di seluruh kabupaten kota dalam beberapa hari terakhir.

IDN Times mewawancarai beberapa warga di Aceh untuk hal ini, pada Rabu (3/12/2025). Mereka tersebar di berbagai daerah yang terkena banjir maupun tidak. Di antaranya Kota Banda Aceh, Kota Langsa, Kabupaten Aceh Besar, dan Kabupaten Pidie.

1. Rela mengantre empat hingga 11 jam hanya untuk tiga liter minyak

Warga mengantre BBM di salah satu SPBU di Kota Banda Aceh. (Dokumentasi Meli untuk IDN Times)

Salah seorang di antaranya adalah Auliya di Kota Langsa. Ia sempat menunggu selama enam jam pada Selasa (2/12/2025). Namun, dikarenakan lelah mengantre dan truk tangki tak kunjung datang, ia memilih pulang dari SPBU.

Perempuan warga Langsa ini kembali mengantre pada Rabu, sekira pukul 06.40 WIB. Meski datang lebih awal, antrean sudah mengular. 

Auliya akhirnya baru bisa mengisi bbm ke sepeda motornya sekira pukul 16.45 WIB. Tentunya dengan jumlah yang terbatas.

"Kalau ditotalkan sejak kemarin, lebih kurang 17 jam harus menunggu hanya untuk mengisi minyak yang dicatu maksimal tiga liter per orang," kata Auliya, kepada IDN Times, Rabu.

Pengalaman serupa turut dirasakan Meli di Kota Banda Aceh. Ia rela keluar usai melaksanakan salat subuh hanya untuk mengantre BBM.

Datang lebih awal ternyata juga tidak membuatnya lebih cepat mendapatkan minyak. Perempuan ini harus ikut antrean mengular di SPBU. Setidaknya lebih pendek daripada tempat pengisian lain yang sempat ia datangi.

“Alasan datang jam segitu biar cepat dan tidak kelamaan. Kalau datangnya agak siang dan kelamaan, itu bisa panjang kali antrean,” kata Melli, kepada IDN Times, Rabu.

Meli mengaku baru bisa dan dapat mengisi minyak sekira pukul 08.59 WIB. Lebih syukurnya lagi, ia dapat mengisi minyak dengan penuh ke dalam tangki motornya.


2. Diduga banyak yang membeli berkali-kali untuk dijual kembali

Warga menjual BBM eceran di Kota Banda Aceh saat di sejumlah SPBU di Aceh antrean mengular. (IDN Times/Muhammad Saifullah)

Kondisi antre mengular juga terjadi di Kabupaten Pidie. Namun, warga menyayangkan adanya orang yang memanfaatkan kondisi sulitnya mendapatkan BBM.

Afifuddin mengaku salah satu penyebab kelangkaan minyak bukan karena kepanikan warga semata, akan tetapi beberapa ada yang melakukan berulang kali antrean dengan tujuan memperjualbelikan BBM.

Ia melihat sendiri kejadian warga menyedot minyak dari tangki motor lalu antre kembali untuk mendapatkan BBM lain.

“Yang panik bukan masyarakat, tapi pedagang eceran yang antre di SPBU berkali-kali, depan mata saya sendiri mereka sedot minyak dari tangki motor, lalu antre lagi, dan itu bukan sekali, tapi berkali-kali,” kata Afifuddin, kepada IDN Times, Rabu.

“Lalu dijual kembali satu liter 30 ribu rupiah. Belum lagi yang antre pakai jeriken, baik besar dan kecil ada ratusan orang,” imbuhnya.

Ia berharap aparat penegak hukum menertibkan oknum-oknum tersebut agar BBM bisa tepat sasaran untuk dimanfaatkan masyarakat.

Pengakuan serupa juga diungkapkan Nauval di Kabupaten Aceh Besar. Malah, minyak hasil sedotan dari tangki tersebut dijual Rp20 ribu per liter.

“Ini bukan kelangkaan, ini ulah yang menciptakan kelangkaan demi keuntungan pribadi,” kata Nauval, kepada IDN Times, Rabu.

“Tolong lah, jangan jadikan kesusahan orang lain sebagai ladang bisnis gelap,” ucapnya.


3. Mahasiswa minta aparat tindak dan ungkap mafia kelangkaan BBM di Aceh

Warga mengantre BBM di salah satu SPBU di Kota Langsa. (Dokumentasi Auliya untuk IDN Times)

Pengurus Wilayah Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (PW SEMMI) Aceh meminta aparat penegak hukum mengusut dugaan mafia minyak yang dinilai memperparah kondisi Aceh pascabanjir dan longsor.

Ketua PW SEMMI Aceh, Teuku Wariza Arismunandar, menyebut pihaknya menerima laporan masyarakat terkait praktik penimbunan dan penyimpangan distribusi Pertalite.

“Kami melihat dan mendengar dari masyarakat langsung terkait praktik penimbunan dan pengalihan distribusi pertalite dari jalur resmi untuk kepentingan spekulasi harga dan keuntungan kelompok tertentu,” kata Teuku Wariza, Rabu.

Ia menilai kelangkaan BBM bukan hanya masalah teknis distribusi, tetapi ada dugaan permainan mafia minyak yang melibatkan oknum aparat.

“Yang paling memprihatinkan adalah adanya dugaan keterlibatan aparat berseragam yang diduga menjadi pelindung dan dalang utama di balik kelangkaan minyak di Aceh,” ujarnya.

“Ini tindakan sangat mencederai keadilan dan kepercayaan masyarakat,” imbuhnya.

SEMMI Aceh mendesak penegakan hukum dilakukan transparan dan tanpa pandang bulu. “Mafia minyak Pertalite ini adalah kejahatan ekonomi yang merampas hak masyarakat Aceh,” tambahnya.

Organisasi itu juga memberikan ultimatum kepada SPBU agar tidak bekerja sama dengan jaringan mafia minyak.“Dalang sebenarnya tidak hanya mafia di lapangan, tetapi juga SPBU yang bersedia bekerja sama dengan kelompok mafia tersebut. Tanpa keterlibatan SPBU, mafia minyak tidak punya ruang gerak. Jika praktik kotor ini masih terjadi, SEMMI Aceh tidak akan tinggal diam dan akan mengambil langkah strategis yang diperlukan,” tegas Teuku Wariza.

PW SEMMI Aceh meminta distribusi Pertalite segera dipulihkan dan para pelaku ditindak tegas. “Karena pada Hakikatnya Kita tidak akan membiarkan rakyat terus dirugikan,” tutup Teuku Wariza.


Editorial Team