Penemuan bayi laki-laki di Desa Bantiran, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan (Dok.IDNTimes/Istimewa)
Kemudian, jasad anak kesayangan Agung pun dibedong sama perawat jaga. Perawat ini lantas memerintahkan untuk dibawa pulang begitu saja. "Sungguh tragis yang kami rasakan. Tak menyangka pelayanannya sangat buruk. Seharusnya SOP RSUD ttu kan jenazah harus dibersihkan terlebih dahulu baru boleh kita bawa pulang. Kami dan keluarga besar tak terima dengan perlakuan RSUD Djoelham. Pelayanan yang sangat buruk," terang Agung.
"Lalu pihak RSUD sempat berkata, bawa saja dulu anknya pulang nanti kita ketemu. Apa maksudnya, anak saya saja sudah tidak ada lagi," timpalnya bertanya.
Bahkan atas kejadian ini, Agung mengaku pasien lain yang satu ruangan dengan anaknya mengalami kepanikan. "Pasien satu ruangan pada saat itu juga panik ingin bawa anaknya pulang. Karena takut anaknya juga diperlakukan tidak becus oleh pihak rumah sakit. Kami keluarga pasien sangat kecewa dengan pelayanan RSUD Djoelham," tegas Agung.
Plt Direktur RSUD Djoelham, dr Romy Ananda Lukman, saat dikonfirmasi menyikapi keluhan warga yang menilai lambanya pelayanan di rumah sakit masih belum merespon. Pesan singkat WhatsApp yang dilayangkan tidak kunjung dibalas.
Pelayanan buruk RSUD Djoelham Binjai kian ramai dan menjadi buah bibir. Seharusnya bisa menjadi rumah sakit kebanggan warga malah mendapat nilai buruk. Karena sebelumnya, seorang pasien bernama R Br Ketaren (75) meninggal dunia saat sedang melakukan cuci darah.
Anak korban merasa tidak puas dan ganjal atas kematian ibunya. Karena sebelum ibunya wafat, di mesin cuci darah berbunyi alarm dan muncul tulisan "No Water". Ketidak puasan ini membuat anak korban menyurati DPRD Binjai dan Inspektorat untuk menindaklanjuti apa yang dialami ibunya sebelum meninggal dunia. Dengan harapan rumah sakit milik pemerintah bisa menjadi kebanggaan dan memiliki pelayanan yang maksimal dari dokter hingga tenaga medis serta teknologi.