Batu yang diduga meteor jatuh di Tapteng (Dok. IDN Times)
Josua yang sehari-hari bekerja sebagai perajin peti mati menganggap batu itu pertanda baik. Sebelum kejadian, Josua dan keluarganya tidak memiliki firasat aneh. Demikian juga dengan tanda-tanda lewat mimpi. Semuanya berjalan seperti biasa. Batu itu tidak jatuh tepat di atas rumah bagian utama. Melainkan di bagian pinggir.
“Kalau memang batu itu pertanda buruk, bisa saja batunya menghantam bagian tengah rumah, atau mengenai anggota keluarga kami. Tetapi batu itu jatuh di pinggir atap rumah, dan tertanam ke tanah. Makanya saya yakin, bahwa batu itu pertanda baik karena tidak ada melukai atau merusak rumah kami,” bebernya.
Batu yang belum diketahui asal-usulnya itu sudah ditawar Rp200 juta oleh warga lainnya. Lantaran proses kejadiannya yang sangat jarang.
“Kemarin sudah ada yang minta batu ini seharga Rp200 juta, tapi saya jawab batu itu gak saya jual. Saya gak tahu apakah mereka serius atau tidak,” ungkapnya.
Sampai sekarang batu itu dijaganya dengan baik. Jika pun ada yang menawarnya dengan harga yang cocok, dia tidak akan menjual seutuhnya.
“Kalau seumpamanya ada yang beli batu itu dengan harga yang lebih, hanya sebagian yang saya jual. Artinya, harus ada tetap tinggal sama kami. Jadi kalau seutuhnya, saya tidak jual, biar saya simpan saja, karena itu menjadi sejarah yang sangat berharga bagi kami,” pungkasnya.