Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_20251130_150235.jpg
antrean SPBU di Jalan Sultan menuju Kualanamu, warga menunggu BBM masuk (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Intinya sih...

  • Moda udara menjadi pilihan realistis untuk wilayah terisolasi

  • Masyarakat diimbau tidak panic buying dalam pembelian BBM

  • Pemerintah harus introspeksi terhadap tata kelola lingkungan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Medan, IDN Times- Banjir besar dan longsor yang melanda Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Aceh dalam beberapa hari terakhir tidak hanya merusak infrastruktur, tetapi juga menghambat distribusi energi, terutama pasokan bahan bakar minyak (BBM). Diketahui hampir di seluruh daerah terdampak terjadi antrean SPBU yang panjang.

Praktisi energi, Ismoyo Hadi, menilai situasi ini sebagai salah satu tantangan distribusi BBM paling berat dalam beberapa tahun terakhir. Kendati demikian, ia percaya Pertamina memiliki kapasitas dan pengalaman panjang untuk mengatasinya.

Ismoyo menyampaikan duka cita kepada masyarakat terdampak dan menjelaskan bahwa sistem distribusi Pertamina bertumpu pada tiga moda utama: darat, laut, dan udara. Pada bencana banjir dengan skala masif seperti saat ini, jalur darat menjadi yang paling terdampak akibat akses jalan terputus, jembatan rusak, dan area distribusi yang terendam.

“Melihat massivenya banjir, modul darat sudah pasti banyak yang terputus dan terkendala. Hanya laut dan udara yang mungkin bisa jalan,” ujarnya, Selasa (2/12/2025).

1. Untuk wilayah yang benar-benar terisolasi, moda udara menjadi pilihan paling realistis

Pertamina Patra Niaga memastikan suplai BBM jalur laut sudah pulih (dok.Pertamina)

Namun, moda laut pun memiliki keterbatasan karena hanya dapat menjangkau pelabuhan. Untuk wilayah yang benar-benar terisolasi, moda udara menjadi pilihan paling realistis. Helikopter, menurut Ismoyo, menjadi sarana paling efektif untuk menembus daerah yang terputus total.

“Alternatif yang paling mungkin adalah moda udara dengan bantuan TNI–Polri,” katanya.

Mengacu pada pengalaman penanganan bencana seperti Gempa Palu dan banjir besar di Kalimantan Selatan, Pertamina dinilainya telah teruji dalam mengelola distribusi BBM di tengah kondisi ekstrem. Pengalaman tersebut menjadi modal penting dalam menghadapi situasi banjir kali ini.

“Pertamina punya sejarah dan pengalaman panjang. Insya Allah mereka bisa mengatasi hal ini dengan bantuan semua pihak,” tegasnya.

Ia meyakini pemulihan distribusi BBM dapat berjalan optimal melalui kerja bersama pemerintah pusat, pemerintah daerah, TNI–Polri, dan BNPB.

“Kita yakin dengan dukungan semua pihak, distribusi BBM di wilayah terdampak bisa segera teratasi,” ujarnya.

2. Masyarakat diimbau tidak panic buying dalam pembelian BBM

BBM tersedia di SPBU dekat SMA Negeri 1 Tanjung Morawa, antrean panjang (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Kepada masyarakat, Ismoyo mengimbau agar tetap tenang dan tidak melakukan panic buying. Ia menegaskan bahwa Pertamina terus berupaya menyalurkan BBM melalui seluruh instrumen yang tersedia, meskipun harus menghadapi hambatan alam.

“Butuh waktu untuk sampai ke end user. Diharapkan masyarakat sabar, tenang, dan berhemat dengan stok BBM yang ada,” katanya.

Ia juga menyoroti potensi penimbunan BBM dan kenaikan harga eceran yang kerap muncul dalam situasi krisis. Ia menilai tindakan tersebut tidak dapat ditoleransi dan meminta aparat segera menindak.

“Wajib hukumnya TNI–Polri menegakkan hukum di lapangan. Musibah ini harus melahirkan gotong royong, bukan aji mumpung,” tegasnya.

3. Pemerintah harus introspeksi terhadap tata kelola lingkungan

Kondisi salah satu daerah di Kabupaten Aceh Tamiang pasca banjir dan longsor. (Dokumentasi warga untuk IDN Times)

Di sisi lain, Ismoyo mendorong pemerintah melakukan introspeksi terhadap tata kelola lingkungan. Evaluasi perizinan penebangan hutan, pengawasan AMDAL, pengendalian ekspansi perkebunan, dan penindakan illegal logging perlu dilakukan lebih serius.

“Semua itu ikhtiar manusia. Faktor cuaca ekstrem juga berperan, namun itu di luar kendali manusia,” pungkasnya.

Editorial Team