Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_20251128_152202.jpg
warga tampak memindahkan motor pakai sampan rakitan (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Deli Serdang, IDN Times - Curah hujan di Kecamatan Batang Kuis, Deli Serdang lambat laun sudah mereda. Namun, banjir yang menerjang rumah warga alih-alih tambah parah.

Jumat (28/11/2025) banjir di Batang Kuis khususnya di Desa Tanjung Sari, Gang Masjid, kini sudah setinggi pinggang orang dewasa. Ratusan warga berbondong-bondong mengungsi di masjid. Mereka menyayangkan sampai saat ini bantuan dari pemerintah belum ada menyentuh mereka.

1. Sungai meluap, banjir sudah setinggi pinggang orang dewasa

Warga bergotong royong memindahkan motor dan mengevakuasi barang berharga (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Warga Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis, Hendra Saputra (41 tahun), tampak sibuk membantu orang tuanya yang sudah lansia. Mereka memindahkan kursi dan kasur agar tak hanyut dibawa banjir.

"Hari ini sudah mulai naik-naiknya. Banjir memang sejak kemarin melanda, mulai semata kaki, naik terus kini sudah sepinggang orang dewasa," aku Hendra kepada IDN Times, Jumat (28/11/2025) sore.

Banjir yang melanda desanya memiliki arus yang terbilang kencang. Hendra mengatakan banjir disebabkan tanggul sungai Bakaran Batu yang pecah.

"Ini dari jam 08.00 pagi tadi cepat sekali meningkat. Bahkan sampai sekarang masih naik ini, karena katanya tanggul jebol di sungai Bakaran Batu meluap ke desa kami," lanjutnya.

2. Barang-barang dievakuasi pakai sampan rakitan

warga tampak memindahkan motor pakai sampan rakitan (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Pantauan IDN Times, ramai warga yang bergotong royong memindahkan sejumlah barang berharga. Mulai dari elektronik, kendaraan, bahkan perkakas rumah tangga menggunakan sampan rakitan.

"Jadi kalau rumah-rumah di sini, sebagian barang elektroniknya terlambat untuk diangkat dan sudah masuk air, termasuk kendaraan-kendaraan mereka itulah. Ini kami angkat pakai rakit buatan dari anak-anak desa, dibuat dari debog pisang dirakit lima atau enam lalu dijadikan satu. Baru ada juga dari bak plastik. Sementara menggunakan cara inilah kami evakuasi anak-anak, barang-barang, untuk dipindahkan ke masjid," jelas Hendra.

Di masjid inilah Hendra dan warga lainnya bernaung. Anak-anak, lansia, dan ibu rumah tangga sementara waktu mengungsi di Masjid depan rumah mereka yang tanahnya sedikit tinggi.

"Sebagian ada yang jaga di rumah, tapi itu pun Kepala Rumah Tangganya, Bapak-bapaknya. Kalau Ibu-ibunya sudah ke masjid itu. Kebanyakan orang-orang tua kita larinya ke masjid," bebernya.

3. Warga desa mengaku belum dapat bantuan pemerintah

Hendra Saputra selaku warga desa (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Sampai dengan berita ini ditulis, belum ada dapur umum maupun tenda yang dibangun untuk masyrakat. BPBD juga disebut Hendra belum datang kepada mereka.

"tenda pengungsian Belum ada. Kalau dapur-dapur dari pemerintah belum ada juga. Dapur umum pun belum dibuat ini. Makan masih cari sendiri. Contohnya runah saudara saya, menampung beberapa KK," bebernya.

Hendra berharap pemerintah segera membantu mereka. Terlebih masih banyak barang yang tak sempat dievakuasi.

"Untuk saat ini kami belum terima satu cuil beras pun dari pemerintah. Yang kami harapkan itu tadi, mohon pengertiannya. Dengan seperti ini, ekonomi lumpuh. Kami juga tak bisa kerja, sementara anak-anak butuh makan," pungkasnya.

4. Sunarsih: banjir lebih parah dari tahun 2002

Sunarsih saat menuju ke rumahnya yang terendam banjir (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Sementara itu warga lain bernama Sunarsih tampak sibuk membantu suaminya menggeser lemari es. Ia pasrah terlebih saat becak rujak milik suaminya tak bisa diselematkan lagi.

"Sudah gak kerja lagi sejak Senin kemarin karena banjir. Kemarin sudah motong buah tapi ya tetap gak bisa dijual. Barang-barang kami tak ada yang bisa diselamatkan lagi. Cuma lemari es yang sempat dinaikkan dan televisi," jelas Sunarsih.

Lansia berusia 60 tahun ini mengatakan bahwa banjir kali ini sangat parah. Bahkan lebih parah dari tahun 2002.

"Paling parah sekarang ini banjirnya. Bahkan tahun 2002 dulu tak separah ini. Biasanya di sini gak banjir," pungkasnya.

Editorial Team