Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kerja (freepik.com/freepik)

Kerja di startup sering kali dianggap sebagai pilihan yang penuh risiko, apalagi dibandingkan dengan perusahaan mapan yang udah punya sistem rapi dan gaji tetap yang stabil. Tapi justru di sinilah letak serunya. Lingkungan yang serba cepat dan dinamis bisa bikin siapa pun yang terjun ke dunia startup jadi berkembang jauh lebih pesat, bukan cuma secara profesional, tapi juga secara mental dan emosional.

Di balik chaos-nya daily task yang gak pernah habis, ada banyak peluang emas buat tumbuh lebih cepat daripada kerja di tempat yang ritmenya datar-datar aja. Dari keputusan yang harus diambil cepat, sampai tanggung jawab yang kadang gak sesuai jobdesc, semua itu justru jadi ajang pembuktian kapasitas diri. Dan hasilnya? Skill nambah, mental makin kuat, dan jaringan makin luas.

1. Multi role tanpa batas, skill melonjak cepat

ilustrasi kerja (freepik.com/wirestock)

Di startup, satu orang sering harus pegang lebih dari satu peran. Misalnya, yang kerja di marketing bisa aja sekalian ngurus konten, desain, bahkan urusan partnership. Meskipun awalnya capek dan bingung, tapi lama-lama jadi terbiasa, bahkan lihai. Situasi ini memaksa otak buat terus belajar hal baru dalam waktu singkat.

Setiap tantangan yang datang jadi semacam mini training intensif. Gak ada ruang buat merasa nyaman terlalu lama, karena setiap minggu bisa aja ada hal baru yang harus dikuasai. Dan dari situ, kemampuan multitasking dan adaptasi pun berkembang secara alami. Bukan cuma jadi tahu banyak hal, tapi juga jadi bisa mengerjakan banyak hal dengan cepat dan tepat.

2. Keputusan cepat, mental jadi tangguh

ilustrasi kerja (freepik.com/freepik)

Startup dikenal dengan ritmenya yang serba cepat. Kadang satu keputusan harus diambil dalam hitungan jam, bahkan menit. Gak ada waktu buat berlama-lama mikir atau terlalu perfeksionis. Dalam kondisi kayak gitu, kemampuan berpikir kritis dan cepat jadi terasah dengan sendirinya.

Tekanan yang muncul dari tanggung jawab besar bikin mental lebih tahan banting. Gagal itu udah jadi makanan sehari-hari, tapi dari kegagalan itu justru belajar banyak hal. Dan semakin sering ketemu tantangan, semakin kuat juga mental untuk tetap fokus, berpikir jernih, dan bangkit lebih cepat.

3. Akses langsung ke founders, belajar langsung dari sumbernya

ilustrasi kerja (freepik.com/katemangostar)

Di banyak startup, struktur organisasinya cenderung flat. Gak jarang tim bisa ngobrol langsung sama CEO atau founder. Interaksi ini jadi kesempatan emas buat nyerap ilmu dan visi bisnis langsung dari orang yang punya mimpi dan misi. Belajar langsung dari sumbernya bikin pemahaman terhadap industri dan strategi bisnis jadi lebih dalam.

Gak cuma soal visi besar, tapi juga bagaimana cara pengambilan keputusan penting dilakukan. Kedekatan ini bikin siapa pun yang kerja di startup punya sense of ownership lebih tinggi. Rasanya kayak lagi bantu bangun sesuatu dari nol, dan itu bikin semangat kerja dan kepercayaan diri jadi naik signifikan.

4. Budaya kerja yang fleksibel, kreativitas muncul terus

ilustrasi kerja (freepik.com/freepik)

Beda dari kantor konvensional, budaya kerja di startup biasanya jauh lebih santai dan terbuka. Tapi bukan berarti gak profesional, justru dari fleksibilitas itu muncul banyak ide-ide segar. Gak ada batasan yang kaku, sehingga setiap orang bebas berekspresi dan eksplorasi solusi kreatif.

Fleksibilitas ini juga bikin keseimbangan hidup kerja lebih sehat. Walaupun sering kerja sampai malam, tapi karena dijalani dengan antusias dan rasa kepemilikan yang tinggi, rasanya tetap menyenangkan. Dan dari lingkungan yang suportif ini, kreativitas tumbuh liar dan solusi out of the box jadi hal yang biasa ditemuin setiap hari.

5. Tumbuh bersama, rasa kompak jadi kekuatan

ilustrasi kerja (freepik.com/peoplecreations)

Tim di startup biasanya kecil dan solid. Karena semuanya saling bergantung dan harus kerja bareng dalam tekanan, otomatis rasa kebersamaan jadi kuat banget. Bukan cuma rekan kerja, tapi berasa kayak partner seperjuangan.

Dari sini lahir rasa empati dan kerja sama yang tinggi. Setiap keberhasilan dirayakan bareng, setiap kegagalan ditanggung bareng juga. Tumbuh bareng dalam situasi kayak gini bikin skill sosial dan leadership naik level. Dan ketika pernah survive bareng di masa sulit, itu jadi bekal berharga di dunia kerja ke depannya.

Kerja di startup memang gak selalu mudah, tapi justru di situlah letak nilai tumbuhnya. Dalam waktu yang singkat, banyak orang bisa berkembang jauh lebih pesat karena terus dipaksa belajar, berpikir, dan beradaptasi.

Pengalaman yang didapat pun sering kali lebih kaya daripada sekadar jabatan atau angka gaji. Dan ketika akhirnya melangkah ke fase karier berikutnya, bekal yang dimiliki udah jauh lebih siap. Startup bukan cuma tempat kerja, tapi juga tempat belajar yang sesungguhnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team