Para pengungsi Afghanistan berunjuk rasa di depan Uniland Plaza, tempat Konjen Amerika berkantor, Selasa (12/10/2021). (IDN Times/Prayugo Utomo)
Communication Associate UNHCR Indonesia Dwi Prafitria memberikan tanggapan atas aksi bakar diri yang dilakukan pengungsi. Kata dia, pihak UNHCR sudah berkoordinasi dengan para pihak terkait di Medan. Mereka juga sudah melihat kondisi AS di rumah sakit.
Sementara itu, terkait unjuk rasa itu, kata Dwi, pihaknya membantah jika disebut tidak mau menemui massa. Selama ini pihaknya terus menggelar pertemuan secara virtual. Pandemik COVID-19 menjadi salah satu alasannya.
“Biasanya kami menawarkan pertemuan secara virtual. Karena bagaimanapun juga, virtual bisa menampung lebih banyak orang. Kalau pertemuan fisik kan terbatas. Jadi sebenarnya komunikasi kita tidak pernah putus. Tapi karena pandemik ini, pertemuan fisiknya sudah jarang. Kalau pertemuan secara virtual selalu ada dan bisa,” ungkap Dwi.
Dwi juga menjelaskan soal penempatan pengungsi ke negara ketiga yang menjadi tuntutan massa. Kata dia, saat ini kuota pemberangkatan sangat terbatas. Begitu juga daya tampung di negara tujuan. Proses untuk memberangkatkan para pengugsi juga tidak sebentar.
“Karena kuota, negara ketiga ini sangat terbatas jumlahnya. Jadi, prosesnya juga tidak sebentar, cukup lama. Sangat disayangkan, secara global penempatan ke negara ketiga ini sangat terbatas. Jadi kesannya menjadi lama sekali. Tapi sebenarnya prosesnya berjalan terus,” kata Dwi.
Selama 2021 ini, Dwi mengatakan pihak UNHCR sudah memberangkatkan 300-an pengungsi ke negara ketiga. “Yang pasti setiap tahun ada keberangkatan,” imbuhnya.
Dwi tidak menampik tidak ada kepastian waktu kapan pengungsi bisa diberangkatkan. Lantaran, keputusan ada pada negara penerima. Pihaknya hanya menjalankan prosedur yang disyaratkan. Saat ini, beberapa negara yang menerima pengungsi antara lain Amerika, Australia, Kanada dan lainnya.