Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Tim Dompet Dhuafa bareng Chiki Fawzi turun ke lokasi bencana Sumatra untuk evakuasi dan salurkan bantuan (IDN Times/Doni Hermawan)
Tim Dompet Dhuafa bareng Chiki Fawzi turun ke lokasi bencana Sumatra untuk evakuasi dan salurkan bantuan (IDN Times/Doni Hermawan)

Intinya sih...

  • Dompet Dhuafa turunkan tim DMC bantu 9.663 penyintas banjir di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.

  • Kondisi di Aceh hingga Sumatra Barat: 3.320 penyintas terbantu di Sumut, 3.834 di Sumbar, dan 2.527 di Aceh.

  • Ajak influencer turun ke lokasi bencana; tim lapangan hadapi kendala akses sulit dan pengalaman Chiki Fawzi.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Medan, IDN Times- Bencana Sumatra yang melanda Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat butuh perhatian serius. Dompet Dhuafa menurunkan tim Disaster Management Center (DMC) untuk operasi kemanusiaan membantu para penyintas banjir di 3 provinsi itu. Sebanyak 9.663 penyintas telah terjangkau dengan berbagai aksi yang dilakukan lembaga filantropi.

Tim DMC Dompet Dhuafa tak sekadar melakukan distribusi makanan. Melainkan juga turut membantu proses evakuasi korban. Hingga kini layanan darurat sudah mengevakuasi 153 jiwa, distribusi 380 paket makanan siap santap, pelaksanaan 884 titik aksi bersih, penyediaan 244 layanan air bersih, pendirian 1.709 pos hangat, 5.263 layanan dapur umum, serta 30 taman ceria untuk membantu memulihkan kondisi psikologis anak-anak terdampak. Operasi ini digerakkan oleh 72 personel yang diperkuat dua mobil taktis dan tujuh mobil operasional.

1. Kondisi di Aceh hingga Sumatra Barat

Berbagai bantuan Tim Dompet Dhuafa untuk bencana Sumatra (IDN Times/Doni Hermawan)

Di Sumatra Utara, hingga 1 Desember 2025, sebanyak 3.320 penyintas telah menerima bantuan. Tim mengevakuasi 90 warga, menyalurkan air bersih bagi 884 jiwa, menghadirkan pos hangat bagi hampir 600 penyintas, menjalankan dapur umum, serta menyalurkan paket sembako bagi 1.000 penerima manfaat. Sebanyak 22 personel dikerahkan, mengingat banyak akses di wilayah ini kerap terputus akibat longsor susulan.

Sementara di Sumatra Barat, layanan DMC menjangkau 3.834 penerima manfaat dengan fokus pada evakuasi, penyediaan air bersih, pendirian pos hangat, dan pengoperasian taman ceria. Total 37 personel memperkuat respon di provinsi ini. Di Aceh, bantuan mencapai 2.527 warga, dengan dapur umum menjadi layanan terbesar. LKC Aceh turun langsung ke wilayah Pidie Jaya, sementara LKC Sumatera Selatan menyisir Sumbar membawa ambulans dan logistik medis. Tim medis dari Jakarta turut diterjunkan untuk memperkuat layanan di Sumut.

2. Ajak influencer turun ke lokasi bencana

Chiki Fawzi turun bareng Dompet Dhuafa untuk bencana Sumatra (IDN Times/Doni Hermawan)

DMC Dompet Dhuafa juga menyiapkan pos Wi-Fi gratis agar penyintas tetap dapat terhubung dan mengakses informasi penting, serta membuka gerai cuci yang dapat dimanfaatkan relawan dan warga. Sejumlah pos layanan di Sumut, Sumbar, dan Aceh tetap siaga untuk memudahkan masyarakat mengakses bantuan dan memberikan laporan lapangan secara berkala.

"Dompet Duafa sudah berkolaborasi dan berkoordinasi dengan BNPB dan Basarnas. Kami menurunkan tim langsung ke lokasi bencana. Hari ini kami memberangkatkan tim ke Aceh Tamiang yang kondisinya masih putus. Selain itu ada tim yang menyeberang di Bakeuheni untuk masuk ke Sumatra Bagian Utara," kata Deputy Corporate Secretary Dompet Dhuafa Dian Mulyadi saat konferensi pers di Medan, Rabu (3/12/2025).

Untuk menjangkau daerah yang terisolir, timnya menyiapkan mobil taktis untuk wilayah yang sulit diakses. Begitu juga dengan perangkat komunikasi menembus wilayah tertentu. "Kami juga siapkan perahu. Beberapa sudah kita kirim ke Padang, Suut, Aceh Tamiang dan Pidie Jaya. Kita juga menyiapkan air bersih di banyak wilayah," bebernya.

Selain itu Dompet Dhuafa juga mengajak berbagai influencer yang peduli untuk ikut turun ke lokasi bencana. Chiki Fawzi salah satu yang sudah turun ke Langkat, Sumatra Utara.Dapur umum yang digerakkan oleh Ria Ricis tengah dipersiapkan, sementara Olivia Zalianty dijadwalkan bergabung di Aceh. “Bencana adalah kondisi force majeure yang hanya bisa dihadapi melalui kolaborasi. Tidak ada yang bisa bergerak sendiri,” tegasnya.

3. Tantangan tim di lapangan dan pengalaman Chiki Fawzi

Chiki Fawzi turun bareng Dompet Dhuafa untuk bencana Sumatra (IDN Times/Doni Hermawan)

Taqi Falsafati dari DMC mengatakan timnya sudah turun sejak hari pertama ke lokasi bencana Tapteng. Namun berbagai kendala dihadapi. Timnya sempat terjebak tiga hari di lokasi karena beberapa daerah sudah tertutup longsor.

"Dari awal Sibolga kejadian relawan langsung ke lokasi via Tarutung. Masih banyak longsoran. Jaraknya dari kita menyelesaikan satu longsoran di depan ada lagi. Tidak ada sinyal dan air. Tim kita sempat terjebak selama 3 hari di lokasi. Kita buka akses di belakang kembali tertutup. Perhitungan dengan teman PUPR. Kita kembali ke Medan. Baru 2 hari ini bisa masuk ke Tapteng melalui jalur lain lewat atas Toba masuk ke Sibolga," kata Taqi.

Sementara tantangan dari jalur, jaringan komunikasi yang sulit juga menyulitkan. "Selain itu masyarakat masih banyak belum dapat bantuan, sehingga ketika masuk lokasi sangat mungkin dijarah. Siang ini saya akan menyusul tim ke Tapteng. Kenapa tim baru bisa masuk hari ini,akses yang sangat sulit dan BBM langkat. Jadi benar-benar harus memersiapkan BBM, genset dan jaringan internet.

Sedangkan Ketua FOZ Sumut, Sulaiman, menambahkan bahwa sedikitnya 15 lembaga telah merespons banjir di Sumatra, termasuk di titik-titik yang belum tersentuh pemerintah seperti Air Hitam dan Paya Bekuang di Langkat. FOZ memastikan 19 lembaga bekerja dalam satu koordinasi agar upaya tidak berhenti di fase darurat, tetapi berlanjut hingga pemulihan jangka panjang, terutama bagi warga yang kehilangan mata pencaharian.

Di tengah situasi yang masih berubah-ubah, artis sekaligus relawan Chiki Fawzi turun langsung ke lapangan, di antaranya ke Tanjung Pura. Ia melakukan psychological first aid untuk anak-anak pengungsi yang mengalami guncangan emosional. “Banyak anak kebingungan dan sedih karena rumah mereka tenggelam. Tapi ada juga yang merasa senang karena bisa mandi dengan air bersih,” tuturnya.

Chiki mengaku sedih karena bantuan masih belum bisa menjangkau seluruh penyintas, dan tidak menutup mata bahwa sebagian bencana dipicu kebijakan lingkungan yang keliru. “Ini berasal dari kebijakan pemerintah yang salah. Banyak yang berpura-pura jadi manusia,” katanya.

Namun ia menegaskan bahwa kepedulian adalah hal paling dasar yang bisa dilakukan setiap orang. “Ini bare minimum sebagai manusia untuk peduli,” ujarnya.

Editorial Team