Chiki Fawzi turun bareng Dompet Dhuafa untuk bencana Sumatra (IDN Times/Doni Hermawan)
Taqi Falsafati dari DMC mengatakan timnya sudah turun sejak hari pertama ke lokasi bencana Tapteng. Namun berbagai kendala dihadapi. Timnya sempat terjebak tiga hari di lokasi karena beberapa daerah sudah tertutup longsor.
"Dari awal Sibolga kejadian relawan langsung ke lokasi via Tarutung. Masih banyak longsoran. Jaraknya dari kita menyelesaikan satu longsoran di depan ada lagi. Tidak ada sinyal dan air. Tim kita sempat terjebak selama 3 hari di lokasi. Kita buka akses di belakang kembali tertutup. Perhitungan dengan teman PUPR. Kita kembali ke Medan. Baru 2 hari ini bisa masuk ke Tapteng melalui jalur lain lewat atas Toba masuk ke Sibolga," kata Taqi.
Sementara tantangan dari jalur, jaringan komunikasi yang sulit juga menyulitkan. "Selain itu masyarakat masih banyak belum dapat bantuan, sehingga ketika masuk lokasi sangat mungkin dijarah. Siang ini saya akan menyusul tim ke Tapteng. Kenapa tim baru bisa masuk hari ini,akses yang sangat sulit dan BBM langkat. Jadi benar-benar harus memersiapkan BBM, genset dan jaringan internet.
Sedangkan Ketua FOZ Sumut, Sulaiman, menambahkan bahwa sedikitnya 15 lembaga telah merespons banjir di Sumatra, termasuk di titik-titik yang belum tersentuh pemerintah seperti Air Hitam dan Paya Bekuang di Langkat. FOZ memastikan 19 lembaga bekerja dalam satu koordinasi agar upaya tidak berhenti di fase darurat, tetapi berlanjut hingga pemulihan jangka panjang, terutama bagi warga yang kehilangan mata pencaharian.
Di tengah situasi yang masih berubah-ubah, artis sekaligus relawan Chiki Fawzi turun langsung ke lapangan, di antaranya ke Tanjung Pura. Ia melakukan psychological first aid untuk anak-anak pengungsi yang mengalami guncangan emosional. “Banyak anak kebingungan dan sedih karena rumah mereka tenggelam. Tapi ada juga yang merasa senang karena bisa mandi dengan air bersih,” tuturnya.
Chiki mengaku sedih karena bantuan masih belum bisa menjangkau seluruh penyintas, dan tidak menutup mata bahwa sebagian bencana dipicu kebijakan lingkungan yang keliru. “Ini berasal dari kebijakan pemerintah yang salah. Banyak yang berpura-pura jadi manusia,” katanya.
Namun ia menegaskan bahwa kepedulian adalah hal paling dasar yang bisa dilakukan setiap orang. “Ini bare minimum sebagai manusia untuk peduli,” ujarnya.