Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi pondok pesantren. (IDN Times/Prayugo Utomo)
Ilustrasi pondok pesantren. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Sejarah peradaban Islam di Sumatera Utara tidak dapat dipisahkan dari peran sentral pondok pesantren. Jauh sebelum sistem pendidikan modern terbentuk, lembaga-lembaga ini telah menjadi kawah candradimuka bagi para ulama, pemimpin, dan pejuang.

Dari pedalaman Mandailing hingga pesisir Langkat, setiap pesantren bersejarah memiliki kisah, karakteristik, dan warisan unik yang menjadikannya pilar penting dalam membentuk lanskap keagamaan, sosial, dan intelektual di wilayah ini.

 Berikut adalah ringkasan dari lima pesantren paling signifikan dan berpengaruh kuat dalam peradaban di Sumatera Utara.

1. Pesantren Musthafawiyah Purba Baru, Mandailing Natal

Cuplikan Pelaksanaan Belajar Mengajar Musthafawiyah Purba Baru (youtube.com/MUSTHAFAWIYAH CHANNEL)

Didirikan pada 12 November 1912 oleh ulama besar Syekh Musthafa Husein Al-Mandaily, Pesantren Musthafawiyah adalah salah satu institusi pendidikan Islam tertua dan terbesar di Sumatera.

Setelah menimba ilmu di Makkah, Syekh Musthafa Husein membangun pesantren ini dengan sistem pendidikan salafiyah yang berfokus pada pengkajian mendalam kitab-kitab kuning. Sebuah ciri khas yang paling ikonik dari pesantren ini adalah ribuan pondok atau "gubuk" sederhana yang dibangun secara mandiri oleh para santri sebagai tempat tinggal mereka, menanamkan jiwa kemandirian dan kesederhanaan.

Pengaruh Musthafawiyah sangat luar biasa, terutama melalui jaringan alumninya yang tergabung dalam Korps Abituren Musthafawiyah (KAMUS). Banyak pesantren berpengaruh lainnya di Sumatera Utara, khususnya di wilayah Tapanuli Bagian Selatan, didirikan oleh para alumni Musthafawiyah.

Dengan jumlah santri yang kini mencapai belasan ribu, pesantren ini tidak hanya menjadi mercusuar ilmu agama, tetapi juga pusat perputaran ekonomi yang signifikan bagi masyarakat di Desa Purba Baru, Mandailing Natal.

2. Pesantren Babussalam, Langkat

cuplikan gedung pesantren Babussalam Langkat (youtube.com/Ponpes Babussalam Langkat)

Pesantren Babussalam merupakan pusat Tarekat Naqsyabandiyah terpenting di Sumatera Utara, yang lahir dari sinergi antara ulama dan umara. Didirikan sekitar tahun 1883 oleh seorang mursyid agung, Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi An-Naqsyabandi, atas dukungan penuh dari Sultan Musa al-Muazzam Syah dari Kesultanan Langkat.

Sultan memberikan sebidang tanah luas yang kemudian dinamai "Babussalam" (Pintu Keselamatan), yang oleh masyarakat lebih dikenal dengan sebutan "Besilam". Tempat ini dengan cepat menjadi pusat spiritual yang menarik ribuan pengikut dari seluruh Nusantara hingga Semenanjung Malaya.

 Ajaran utama di Babussalam berpusat pada tasawuf melalui zikir dan rabitah (ikatan batin dengan guru), namun Syekh Abdul Wahab Rokan juga menekankan pentingnya keseimbangan antara dunia dan akhirat, mendorong para pengikutnya untuk memiliki etos kerja yang tinggi.

Hingga kini, Pesantren Babussalam tetap menjadi tujuan ziarah spiritual yang utama. Peringatan haul (ulang tahun wafatnya) Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan setiap tahunnya selalu dihadiri oleh puluhan ribu jemaah, membuktikan pengaruh spiritualnya yang tak lekang oleh waktu.

3. Pesantren Syekh Silau Laut, Asahan

Cuplikan Pesantren Syekh Silau Laut Asahan(youtube.com/sirajul musthafa Silau Laut)

Pesantren Syekh Silau Laut di Asahan adalah monumen perjuangan seorang ulama, Tuan Syekh Haji Abdurrahman Rahim (1858-1941), dalam membangun peradaban dari nol. Pada tahun 1909, beliau membuka hutan belantara yang dianggap angker di pesisir Asahan dan mengubahnya menjadi sebuah perkampungan yang religius.

Sebagai pusat kegiatan, beliau pertama kali mendirikan Masjid Ar-Rahman, yang kemudian disusul dengan pendirian Madrasah An-Najah pada tahun 1937, sebuah langkah inovatif pada masanya karena telah menerapkan sistem kelas formal.

 Sebagai seorang mursyid Tarekat Syattariyah, ajaran Syekh Silau Laut memadukan syariat dan hakikat, di mana pengkajian kitab-kitab fikih diimbangi dengan amalan zikir dan tasawuf untuk membersihkan jiwa.

Warisannya tetap hidup melalui Pondok Pesantren Sirajul Musthafa yang terus beroperasi hingga kini, serta makamnya yang menjadi tujuan wisata religi penting di Kabupaten Asahan, menunjukkan betapa besar pengaruhnya dalam membentuk tatanan sosial-keagamaan di wilayah tersebut.

4. Pesantren Al-Washliyah, Medan

Cuplikan Museum Al Washliyah (youtube.com/Daily Sayang Pasaribu)

Berbeda dari yang lain, Pesantren Al-Washliyah merujuk pada jaringan pendidikan yang lahir dari sebuah organisasi Islam modern, Al Jam'iyatul Washliyah.

Didirikan di Medan pada 30 November 1930 oleh sekelompok ulama muda visioner seperti Ismail Banda dan Arsyad Thalib Lubis, Al-Washliyah lahir dengan misi mempersatukan umat Islam yang terpecah akibat perbedaan pandangan antara "kaum tua" dan "kaum muda". Sejak awal, pendidikan menjadi pilar utamanya.

 Madrasah pertama didirikan pada tahun 1932, yang kemudian disusul dengan afiliasi berbagai madrasah lain di bawah naungan organisasi pada tahun 1933. Al-Washliyah memelopori sistem pendidikan Islam yang terorganisir di perkotaan, yang secara progresif mengintegrasikan ilmu umum ke dalam kurikulumnya.

Jaringan kelembagaannya yang masif, dari madrasah hingga universitas (UMN Al-Washliyah), menjadikannya salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang lahir dari Sumatera Utara dan telah memberikan kontribusi luar biasa dalam mencerdaskan bangsa.

5. Pesantren Syekh Ahmad Basyir, Tapanuli Selatan

Cuplikan Pesantren Syekh Ahmad Basyir Tapanuli Selatan(facebook.com/ikatan alumni ponpes ahmad basyir )

Pesantren Syekh Ahmad Basyir di Parsariran, Batang Toru, adalah contoh penting dari tradisi pengembangan pesantren melalui jaringan alumni. Didirikan pada tahun 1983, cikal bakal pesantren ini berasal dari kegiatan suluk (retret spiritual) tahunan yang dipimpin oleh ulama lokal, Syekh Ahmad Basyir Nasution (1905-1991).

Atas permintaan para jemaah suluk yang ingin anak-anak mereka mendapat pendidikan agama formal, pesantren ini kemudian didirikan secara resmi.  Pesantren ini memiliki keterkaitan keilmuan dan historis yang erat dengan Pesantren Musthafawiyah Purba Baru, di mana para pendiri dan pengajarnya merupakan bagian dari jaringan alumni Musthafawiyah.

Keberadaannya menjadi bukti nyata bagaimana pengaruh sebuah pesantren besar menyebar dan melahirkan pusat-pusat pendidikan baru di berbagai daerah. Pesantren Syekh Ahmad Basyir hingga kini terus berperan sebagai benteng pendidikan Islam di tingkat lokal, menjaga tradisi keilmuan Ahlussunnah wal Jama'ah di wilayah Tapanuli Selatan.

 Kelima pesantren ini, dengan segala keunikannya, menunjukkan betapa dinamisnya sejarah pendidikan Islam di Sumatera Utara. Mereka tidak hanya menjadi lembaga pendidikan, tetapi juga pusat kebudayaan, spiritualitas, dan pergerakan sosial yang warisannya terus terasa hingga hari ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team