cuplikan buku dengan judul Willem Iskandar ( Sati Nasution ) Tokoh Pendidikan dan Sastrawan dari Sumatera Utara(dipersip.riau.go.id)
Banyak yang mengenal nama resminya, namun tak banyak yang tahu kisah di baliknya. Willem Iskandar, lahir dengan nama Sati Nasution pada 1840, adalah seorang visioner pendidikan dari Mandailing.
Ia menjadi salah satu putra Sumatera pertama yang berkesempatan langka menimba ilmu hingga ke Belanda pada abad ke-19. Sekembalinya ke tanah air, dedikasinya terwujud lewat pendirian sekolah guru pertama di Tano Bato, sebuah gebrakan besar pada zamannya.
Namun, takdir berkata lain. Dalam perjalanan studi lanjutnya di Belanda, ia menemukan cinta dan menikah dengan seorang wanita setempat. Sayangnya, ikatan itu menjadi sumber dilema terbesarnya; sang istri enggan ikut dengannya pulang ke Hindia Belanda.
Terjebak antara cinta pada pasangan dan panggilan jiwa untuk tanah air, Willem Iskandar mengambil keputusan tragis di sebuah taman di Amsterdam pada 8 Mei 1876. Kini, namanya terpatri di jalan yang menjadi salah satu koridor pendidikan terpenting di Medan.
Willem Iskandar sendiri adalah tokoh pencerahan (Aufklärung) yang mendedikasikan hidupnya untuk kemajuan dan keteraturan. Di sinilah letak ironi yang menarik, jalan yang didedikasikan untuk sang pencerah kini justru menghadapi tantangan khas perkotaan yang kompleks. Dinamika lalu lintasnya yang padat seolah menjadi kontras dengan visi keteraturan yang dulu ia perjuangkan.