5 Fakta Tugu Timbangan Lubuk Pakam, Ikon Jantung Deli Serdang

Kalau kamu melintas di Lubuk Pakam, pasti kenal tugu yang satu ini. Ya, Tugu Timbangan. Ikon ini berdiri megah di jantung Deli Serdang. Posisinya sangat strategis: persimpangan empat Jalan Lintas Sumatra.
Ia menjadi gerbang visual bagi siapa pun yang masuk atau keluar kota dari arah Galang dan Serdang Bedagai, menyambut kedatangan sekaligus melepas kepergian.
Namun, di balik penampilannya, Tugu Timbangan menyimpan banyak kisah. Ada makna mendalam. Ada drama kontroversi yang pernah bikin heboh. Mari kita ungkap lima faktanya.
1. Namanya Simbol Keadilan, Bukan Sekadar Hiasan

Kenapa namanya "Timbangan"? Jawabannya bukan acak. Timbangan adalah lambang keadilan dan keseimbangan hukum universal. Nama ini menegaskan posisi Lubuk Pakam sebagai pusat pemerintahan dan peradilan untuk Kabupaten Deli Serdang, sebuah peran vital yang diembannya sejak lama.
Di kota inilah lembaga hukum penting seperti Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama berdiri melayani seluruh warga. Jadi, tugu ini adalah pengingat bahwa Lubuk Pakam adalah jantung penegakan hukum.
2. Mahkotanya Adalah Warisan Kerajaan Melayu

Perhatikan puncaknya. Ornamen yang ada sekarang adalah atap khas Melayu. Namun, itu bukan hiasan pertamanya. Dahulu, sebuah "mahligai adat Melayu" yang megah berdiri anggun di sana.
Hiasan itu bukan sekadar pemanis, melainkan penanda hubungan historis antara Lubuk Pakam dengan Kerajaan Melayu Serdang yang pernah berkuasa di wilayah ini. Bagi para pemangku adat, mahligai tersebut adalah representasi marwah dan sejarah yang tak ternilai.
3. Pernah Diganti Patung Elang dan Memicu Geger

Inilah babak paling dramatisnya. Pada akhir 2021, warga dikejutkan sebuah perubahan. Mahligai Melayu di puncak tugu lenyap. Penggantinya? Patung seekor elang yang siap menerkam.
Perubahan drastis ini sontak memicu protes keras dari masyarakat dan pemangku adat karena dianggap menghilangkan nilai sejarah. Anehnya, tak ada pejabat yang mengaku bertanggung jawab.
Setelah gelombang protes masif, patung elang itu akhirnya diturunkan diam-diam pada dini hari. Posisinya digantikan oleh ornamen atap Melayu yang baru. Hingga kini, dalang di balik insiden itu tetap menjadi misteri.
4. Dibangun Era Orde Baru dengan Kepemilikan Rumit

Tugu Timbangan ternyata sudah cukup berumur. Monumen ini dibangun pada era 1990-an, di masa pemerintahan Orde Baru. Namun, usianya bukan satu-satunya hal yang kompleks.
Kepemilikannya juga rumit. Secara teknis, lokasinya di Jalan Lintas Sumatra membuat tugu ini milik pemerintah pusat. Namun, dana perawatan dan perbaikannya berasal dari Pemkab Deli Serdang. Struktur kepemilikan ganda inilah yang diduga menjadi sumber kebingungan saat insiden perubahan tugu terjadi.
5. Punya "Kembaran" Bernasib Miris

Tugu Timbangan tidak sendiri. Lubuk Pakam punya ikon kebanggaan lain, Tugu Adipura. Simbol prestasi kota dalam hal kebersihan. Sayangnya, nasib mereka serupa. Sama-sama pernah memprihatinkan.
Jika Tugu Timbangan menghadapi krisis identitas budaya, Tugu Adipura justru berulang kali menjadi target kriminalitas. Logo Piala Adipura dari kuningan di tugu ini dilaporkan hilang dicuri setidaknya tiga kali.
Kisah keduanya membuktikan satu hal, menjaga ikon kota bukanlah perkara mudah. Itulah lima fakta di balik Tugu Timbangan. Ternyata, sebuah monumen bukan sekadar beton. Ia adalah saksi bisu sejarah, politik, dan denyut nadi sosial masyarakatnya.