3 Ton Jeruk Untuk Jokowi, Cara Warga Sindir Kinerja Bupati Karo

Medan, IDN Times – Tiga ton jeruk hasil bumi Liang Melas tiba di Istana, Senin (6/12/2021). Presiden Joko Widodo langsung menyambut jeruk yang datang dengan beberapa perwakilan masyarakat.
Jeruk itu ternyata tak hanya sekedar oleh-oleh biasa. Ini adalah upaya masyarakat supaya diperhatikan pemerintah. Akses ke daerah di Kabupaten Karo itu rusak parah. Sudah puluhan tahun, kondisi ini dipertahankan masyarakat. Sementara, dari Liang Melas Datas, hasil bumi melimpah. Jeruk yang dikirim ke Jokowi, diklaim sebagai salah satu yang terbaik dari Tanah Karo Simalem. Belum lagi komoditas seperti cabai, jagung, durian, kopi dan lainnya.
Buruknya akses jalan di Liang Datas membuat masyarakat kesulitan mendistribusikan hasil pertanian ke luar.
Sejumlah awak media sempat merasakan, bagaimana menantangnya akses ke Liang Melas Datas. Akses menuju ke sana dimulai dari persimpangan, Desa Kuta Bangun, Kecamatan Tiga Binanga. Untuk menempuh perjalanan ke Liang Datas Melas, disarankan menggunakan mobil berpenggerak empat roda.
Jarak ke dusun terujung, terhitung sekitar 30 Km. Kondisi medannya berlumpur lembek. Jarak tempuhnya sekitar 3-4 jam. Tak jarang mobil terjerembab di dalam lumpur. Apalagi jika cuaca hujan. Kondisi akses jalan tak kalah dengan jalur off road.
Di Liang Datas, ada enam desa dan dua dusun. Mulai dari Desa Sukajulu, Desa Kuta Mbaru, Desa Batu Makmak, Desa Kuta Mbelin, Desa Pola Tebu, Desa Kuta Pengkih. Kemudian ada dusun Dusun Kuta Kendit dan Dusun Cerumbu.
Tingginya biaya transportasi dari Liang Melas Datas membuat penghasilan petani tak maksimal. Misalnya, mobil pengangkut hasil pertanian terjerembab, mereka harus menyewa mobil berpenggerak empat roda untuk menarik mobil yang terjebak di lumpur itu. Ongkosnya sekitar Rp500 ribu. Kondisi ini diklaim masyarakat sudah terjadi puluhan tahun.
Arsyad Ginting, warga setempat menguatkan informasi itu. Dia lantas bercerita. Kupak-kapiknya jalan sudah terjadi sejak dia belum lahir sampai sekarang. Cerita itu didapatnya dari orang tua. Sampai dia sekarang berumur 20 tahun keadaan buruk itu masih dirasakannya.
"Dari aku belum lahir jalannya tetap begini. Tidak ada perhatian dari pemerintah. Paling swadaya masyarakat dan gotong royong untuk memperbaikinya, sampai di mana lah tahannya itu. Padahal, inilah kampung yang bisa membangun kota," ujar mahasiswa USU itu.
1. Jeruk sebagai 'sindiran' kepada pemerintah yang kurang perhatian
Masyarakat kian resah dengan kondisi akses yang kian memprihatinkan. Mereka kemudian melakukan urun rembug. Mereka kemudian mengatasnamakan diri sebagai Forum Peduli Pembangunan Daerah Liang Melas Atas (FORPEDALIMA)
Dalam urun rembug itu, masyarakat merumuskan cara bagaimana supaya pemerintah bisa memerhatikan mereka. Lantas, muncullah ide untuk mengirimkan jeruk kepada Jokowi. Karena, mayoritas masyarakat di sana memang bertani jeruk.
“Awal mulanya, sewaktu masyarakat ada rencana, karena di sini mobil gak bisa lewat. Jadi ada inisiatif dari masyarakat. Muncul lah ide untuk mengirimkan jeruk ke Presiden Joko Widodo dari hasil panen,” kata Andi Sitepu, salah seorang masyarakat Liang Melas Datas.
Andi pun kembali menegaskan, aksi mengirim jeruk itu adalah murni inisiatif masyarakat. “Jadi memang bukan karena ada kepentingan partai politik tertentu,” kata Andi.