Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
MASJID JAMI'SEKUMUR.jpg
Potret udara kondisi Desa Sekumur, Kecamatan Sekerak, Kabupaten Aceh Tamiang, Kamis (11/12/2025) pasca diterjang banjir pada Rabu (26/11/2025). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Intinya sih...

  • Banyak bendera putih berkibar di Aceh Tamiang

  • Berkibar di beberapa kabupaten terdampak

  • Bendera putih sebagai tanda menyerah

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Aceh, IDN Times - Sudah tiga pekan pascabanjir hingga longsor menerjang tiga provinsi, Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Selasa (16/12/2025) pukul 09.30 WIB, bencana ini telah mengakibatkan 1.030 orang meninggal, 205 orang hilang, dan sekitar 7 ribu orang terluka. Sementara itu jumlah pengungsi di tiga provinsi sebanyak 608.940.

Data tersebut menunjukkan jumlah pengungsi terbanyak berasa di Aceh dengan 572.862 jiwa. Tiga pekan berada di pengungsian menjadi beban berat bagi para penyintas banjir. Penyakit mulai menyerang hingga logistik yang terus menipis.

1. Banyak bendera putih berkibar di sepanjang jalan

Relawan dari Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa membawa logistik dengan perahu untuk disalurkan ke Desa Sekumur, Kecamatan Sekerak, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, Rabu (10/12/2025). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Di Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, banyak pengungsi mengalami darurat air bersih. Belum lagi listrik yang belum menyala sampai hari ini. Sementara di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, warga harus berjalan berkilometer menyusuri medan ekstrem demi bisa mendapatkan sembako karena akses darat masih terputus.

Dalam beberapa hari terakhir tampak fenomena para penyintas mulai mengibarkan bendera putih. Laporan relawan Disaster Management Centre (DMC) Dompet Dhuafa, bendera putih terpantau berkibar di sepanjang jalan Kota Langsa menuju Tamiang.

"Fenomena itu banyak terlihat di sini," ujar Riza kepada IDN Times, Selasa (16/12/2025) petang.

2. Persediaan sembako mulai menipis

Potret seorang anak ikut membersihkan masjid pasca diterjang banjir, Desa Sekumur, Kecamatan Sekerak, Kabupaten Aceh Tamiang, Kamis (11/12/2025). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Fenomena bendera putih ini juga terekam di media sosial. Sejumlah akun melaporkan, bendera putih terkibar pada beberapa kabupaten terdampak di Aceh. Setidaknya mulai dari Pidie Jaya, Aceh Timur dan Aceh Tamiang.

Rian Rizki Ramadhan, warga Desa Kota Lintang Bawah, Kecamatan Kuala Simpang mengonfirmasi ihwal bendera putih itu.

"Iya, dikarenakan untuk bantuan sembako kemungkinan tidak bertahan jangka sampai panjang, tempat tinggal juga 95 persen hancur dan yang tersisa juga tak layak huni. Sembako di posko sudah mulai menipis," katanya.

Melihat penanganan yang ada Rizki khawatir. Desa Kota Lintang bawah sebagai daerah terdampak paling parah, tidak bisa pulih dalam waktu dekat.

"Musibah sudah selesai. Tapi dampaknya dua tahun ke depan belum tentu pulih," katanya.

Bendera putih dikenal publik sebagai tanda menyerah. Penggunaan bendera putih sebagai tanda menyerah mulai terdokumentasi lebih jelas pada abad ke-16. Pada 1578, pelaut Inggris George Best mencatat bahwa suku Inuit mengibarkan bendera putih untuk menunjukkan niat damai. Dilansir Piggotts, dalam buku hukum perang karya Hugo Grotius pada 1625, bendera putih disebut sebagai simbol permintaan untuk berunding.

Melansir History, bendera putih mungkin populer karena praktis, kain putih juga mudah ditemukan dari pakaian tentara dan jelas terlihat di medan perang. Pada akhir abad ke-19, simbol ini diakui secara internasional, termasuk dalam Konvensi Hague 1899.

3. Prabowo tetap kekeh menyebut situasi membaik

Anak - anak menikmati makanan ringan di sela kegiatan pembersihan masjid Jami' pasca banjir menerjang Desa Sekumur, Kecamatan Sekerak, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, Kamis (11/12/2025). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Sebelumnya Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem menyurati dua lembaga internasional Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) untuk meminta bantuan terkait pemulihan di Aceh usai dihantam banjir bandang hingga longsor sejak 26 November 2025 lalu. Diketahui kondisi di Aceh saat ini masih memprihatinkan.

"Secara khusus Pemerintah Aceh secara resmi telah menyampaikan permintaan keterlibatan beberapa lembaga internasional atas pertimbangan pengalaman bencana tsunami 2004, seperti UNDP dan UNICEF," kata Juru Bicara Pemprov Aceh Muhammad MTA dalam keterangan tertulisnya, Minggu (14/12/2025).

Sementara Presiden Prabowo beberapa kali mengklaim kondisi di Sumatra sudah membaik. Dia juga menegaskan jika RI tak butuh bantuan asing dan bisa menanganinya sendiri.

"Ada yang teriak-teriak ingin ini dinyatakan bencana nasional. Kita sudah kerahkan, ini tiga provinsi dari 38 provinsi. Jadi, situasi terkendali. Saya monitor terus, ya," kata Prabowo dalam rapat kabinet Merah Putih, Senin (15/12/2025).

Editorial Team