Prasetyo menegaskan sudah ada tiga pelaku terduga teroris yang berhasil diamankan oleh tim Densus 88 dalam pengembangan penangkapan di Sibolga termasuk AH. Dikatakan Prasetyo pengembangan ini merupakan hasil penangkapan teroris berinisial R Alias P di Lampung pada 9 Maret lalu.
"Yang diamankan di Sibolga ada tiga pelaku terduga teroris. Ini rangkaian daripada penangkapan terorisme R Alias P yang ada di Lampung Sabtu kemarin," kata Prasetyo.
Terkait adanya kesamaan jenis bom yang sebelumnya diamankan di Lampung, Prasetyo juga mengaku memiliki kesamaan yakni jenis bom 'lontong'. Namun, untuk jumlah di Sibolga lebih banyak dan diprediksi lebih dari sembilan bom rakitan. Bom tersebut juga dinilai cukup membahayakan karena dirakit dalam bentuk paralon yang bahannya terdiri dari paku, serpihan besi, baut dan mur.
"Jadi, di Lampung kita juga menemukan bom juga hampir sama. Cuma bom yang di Lampung bom 'Lontong' itu tidak sebanyak yang ada di Sibolga. Di Sibolga cukup banyak, baik yang sudah terakit maupun yang belum terakit. Kalau volume dan bahannya itu juga cukup membahayakan. Seperti bom lontong atau yang di rakit oleh paralon. Sama polanya, isinya paku, kemudian serpihan besi, kemudian ada baut dan mur," jelasnya.
"Yang diamankan oleh petugas ada sekitar empat, cuma yang didalam itu cukup ada sekitar empat atau lima yang dipegang istri AH itu," tambahnya.
Prasetyo menambahkan terduga AH juga sudah lama melakukan rencana peledakan bom tersebut, dan sasaran utama diduga adalah aparat keamanan.
Namun Prasetyo menegaskan tidak ada kaitan peristiwa peledakan bom bunuh diri di Sibolga dengan Pemilu 2019. Pihaknya mengajak masyarakat tetap tenang dan menyerahkan penanganan tersebut sepenuhnya kepada tim kepolisian.
"Tujuan mereka adalah untuk melakukan Amaliyah yang sasarannya adalah aparat keamanan. Tapi, dalam hal ini kasus terorisme yang kita angkat tidak ada kaitan dengan pemilu. Saya pastikan juga tim terus bekerja. Kami menghimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang. Yakinkan kepada aparat keamanan. Kita cukup banyak pengalaman sangat panjang 20 tahun aparat kepolisian bersama aparat lainnya memerangi terorisme yang ada di Indonesia," katanya.