Hardiknas 2019, di Medan Ada Guru yang Digaji Pakai Sampah 

Simak kisahnya guys.....

Medan, IDN Times – Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati setiap tanggal 2 Mei harus menjadi cermin pendidikan di Indonesia. Saban tahun sudah merdeka, pendidikan kita memang terus berkembang. Namun masih ada saja masyarakat yang berjuang untuk mendapat pendidikan layak.

Daerah pinggiran atau sub-urban harus mendapat perhatian dari pemerintah. Karena  pendidikan di daerah pinggiran acapkali belum memenuhi standar.

Di Kota Medan, terdapat satu sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang menyita perhatian.

Adalah Zainab Yusuf, perempuan yang harusnya dinobatkan sebagai pejuang pendidikan. Sejak 2012 lalu dia terus berjuang untuk memberikan kontribusi untuk anak-anak di kawasan Lingkungan IV, Lorong Masjid, Kelurahan Bagandeli, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara.

Mau tahu bagaimana kisah perjuangan Zainab yang membangun sekolah hanya bermodalkan sampah? Simak nih, rangkuman dari Tim IDN Times. Kisah Zainab pasti bakal bikin kamu terenyuh guys.

1. Memori kelam masa lalu jadi inspirasi membuat PAUD

Hardiknas 2019, di Medan Ada Guru yang Digaji Pakai Sampah IDN Times/Prayugo Utomo

Surat dari Guru PAUD tempat anaknya menimba ilmu menjadi motivasi Zainab. Surat itu berisi permintaan mengganti kursi plastik yang patah karena kecerobohan sang anak.

"Saat itu saya yang bekerja sebagai tukang bakso dan suami saya yang bekerja sebagai ojek tidak punya uang, namun pihak sekolah memaksa meminta ganti," ujar Zainab memulai obrolan, Kamis (2/5).

Sejak itu dia pun bertekad membentuk PAUD. Zainab mengikuti seminar mengenai pendidikan PAUD  demi memperoleh pengetahuan.

saat mengikuti berbagai pelatihan Zainab lebih mudah menyerapnya karena punah basic sebagai guru mengaji di masa lalu.

Tak sampai disitu untuk memudahkan langkahnya, ia banyak menemui teman teman lamanya untuk meminta bantuan biaya mendirikan PAUD.

Ilmu itu pun gampang di serapnya. Karena Zainab punya dasar sebagai guru ngaji

Baca Juga: Hardiknas 2019, Intip Yuk Segudang Prestasi Mahasiswa USU 

2. Impian membuat PAUD terwujud di 2012

Hardiknas 2019, di Medan Ada Guru yang Digaji Pakai Sampah IDN Times/Prayugo Utomo

Tahun 2012 menjadi awal perwujudan mimpi Zainab. Perempuan 47 tahun itu berhasil menggagas PAUD Fitri Al Islami yang berdiri hingga sekarang. Zainab pun menjadi kepala sekolahnya.

Di awal berdirinya, PAUD Fitri bermodal uang pinjaman dari teman lama Zainab. Mulai dari uang tunai, hingga barang-barang dia terima untuk membentuk PAUD.

Sekolah yang awalnya hanya berada di selasar rumah kini lebih besar. PAUD itu berada di lantai 1 kediamannya. Menempati ruangan berukuran sekitar 5x8 meter. Fasilitasnya juga seperti PAUD pada umumnya. Dihias berwarna-warni, khas anak-anak.  

Saat ini ada lima guru yang mengajar di sana. Totalnya, ada 71 murid yang bersekolah. Mereka hanya menerima peserta didik dari rentang usia 5-6 tahun.  

Namun siapa yang tahu jika PAUD Fitri bisa beroperasi berkat sampah. Konsep ini diusung Zainab pada 2014 lalu untuk memberi penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan. Zainab punya keinginan memajukan pendidikan, khususnya di wilayah pinggiran.

“Selama ini orang merasa PAUD itu untuk orang ekonomi menengah ke atas. Namun bagaimana yang nasibnya menengah ke bawah ?. Kita buat program bayar uang sekolah itu pakai sampah. Agar orang-orang yang menengah kebawah mampu dengan sekolah PAUD  yang sering dibilang mahal,” kata Zainab, Kamis (2/5).

3. Keren, sampah yang dikumpulkan masyarakat dijual ke pengepul, uangnya untuk keperluan sekolah

Hardiknas 2019, di Medan Ada Guru yang Digaji Pakai Sampah IDN Times/Prayugo Utomo

Yang dilakukan Zainab terbilang di luar akal sehat. Dia menjadikan sampah menjadi pengganti uang.

Setiap pekan, orangtua murid mengumpulkan sampah. Zainab hanya menerima sampah yang bisa di daur ulang. Mulai dari karton, ember plastik, botol bekas air mineral, kertas koran, buku bekas semuanya ditimbang dan dikonversi menjadi uang.

“Jadi supaya sampah itu tidak dibuang ke laut atau sungai lebih baik kita kumpulkan. Ditimbang dan dijual ke pengepul. Uangnya untuk kebutuhan, bayar SPP dan lainnya,” kata Zainab.

4. PAUD Fitri bisa kumpulkan 800 Kg sampah per bulan

Hardiknas 2019, di Medan Ada Guru yang Digaji Pakai Sampah IDN Times/Prayugo Utomo

Selama berjalan, Bank Sampah PAUD Fitri bisa mengumpulkan rata-rata 800 kg sampah daur ulang per bulan. Cukup efektif untuk mengurangi limbah daur ulang yang ada di seputaran Belawan yang selama ini dikenal kumuh.

Lantas, sampah yang disimpan dalam gudang di samping PAUD itu diambil oleh pengepul pada akhir pekan. PAUD Fitri juga sudah bekerjasama dengan para pengepul barang bekas.

“Setelah itu penghasilnya saya simpan di buku bank sampah, lalu dipotong uang PAUD per bulannya Rp30.000. Kemudian hasil dari penjualan sampah selama setahun, saya kembalikan kepada orang tua murid," ujarnya

Selama setahun, setiap orangtua murid bisa mendapat Rp1 juta dari hasil mengumpulkan sampah. Setidaknya bisa menambah penghasilan untuk kebutuhan hidup.

"Sebagai manusia saya hanya bisa ikhtiar dan berdoa yang terpenting bisa mendatangkkan manfaat bagi  banyak orang ," tuturnya .

5. Perjuangan Zainab hingga sabet prestasi sebagai Bank Sampah terbaik

Hardiknas 2019, di Medan Ada Guru yang Digaji Pakai Sampah IDN Times/Prayugo Utomo

Perjuangan Zainab bersama masyrakat menuai buah yang manis. Bank Sampah dan PAUD itu menuai prestasi. Kurun waktu 2014,2015 dan 2016 PAUD Fitri meraih prestasi sebagai Bank Sampah terbaik di Kota Medan

Masyarakat pun banyak merasakan dampak positif selama PAUD itu berdiri. Anak-anak mereka mendapat pendidikan dan diajarkan untuk menjaga lingkungan.

“Kami begitu terbantu. Anak-anak kami sekolah tanpa harus membayar uang tunai. Kami pun semakin sadar untuk menjaga kebersihan lingkungan,” ungkap Sumarni, salah seorang orangtua murid.

Baca Juga: Aksi Hardiknas, Massa GERAM-SU: Kampus Bungkam Mahasiswa yang Kritis

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya