Tanpa Satgas, Keluarga Harus Makamkan Sendiri Pasien COVID-19 di Aceh

Keluarga sebut tidak ada satgas yang memfasilitasi

Aceh Besar, IDN Times - Satu keluarga di, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, terpaksa melakukan pemakaman anggota keluarganya yang meninggal karena COVID-19 secara mandiri. Pasalnya keluarga tersebut tidak mendapatkan fasilitas maupun dibantu oleh pihak Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 setempat dalam melakukan pemakaman.

Kejadian itu dialami oleh Jandri, warga Perumahan Bukit Permai, Gue Gajah, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, saat melakukan pemakaman ibunya, pada Rabu (4/8/2021).

1. Sempat dirawat di rumah sakit dengan status positif COVID-19

Tanpa Satgas, Keluarga Harus Makamkan Sendiri Pasien COVID-19 di AcehIlustrasi petugas medis berada di dalam ruangan Respiratory Intensive Care Unit. (ANTARA FOTO/Ampelsa)

Jandri mengatakan, sebelum meninggal, ibu mengalami sakit dan dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Zainoel Abidin di Kota Banda Aceh, Aceh, pada Minggu (1/8/2021).

Setelah dicek, sang ibu diagnosis mengalami COVID-19 sehingga harus mendapatkan perawatan lanjutan di Ruang Penyakit Infeksi Emerging dan Remerging (Pinere).

Beberapa hari dirawat, tepat pada Rabu (4/8/2021) sekitar pukul 00.00 WIB, ibu dari Jandri dinyatakan meninggal dunia oleh pihak rumah sakit. Malam itu juga, ia dihubungi dan ditanyakan kesediaan pihak keluarga terkait pemakaman sesuai protokol kesehatan (protkes).

"Setelah itu, ditelpon saya sama pihak rumah sakit, ditanya apakah bersedia orang tua dimakamkan secara prokes. Sebab ibu didiagnosa positif COVID-19. Saya ditelepon bukan dijumpai langsung oleh pihak rumah sakit," kata Jandri, saat dikonfirmasi IDN Times, Rabu (4/8/2021) malam.

2. Keluarga pasien menyetujui pemakaman dilakukan secara protokol kesehatan

Tanpa Satgas, Keluarga Harus Makamkan Sendiri Pasien COVID-19 di AcehPemakaman secara mandiri yang dilakukan keluarga Jandri, di Kabupaten Aceh Besar, Aceh (Foto: Hotli Simanjuntak)

Jandri yang dihubungi lalu beranjak ke rumah sakit. Ia menyatakan bersedia jika ibunya dimakamkan sesuai protkes. Jenazah pasien pun lalu dilakukan pemulasaraan seperti ketentuan protkes COVID-19 yang berlaku.

Di sela itu, Jandri menanyakan bagaimana proses pemakaman ibunya. Dikarenakan di lokasi kala itu hanya ada petugas pengurus jenazah, sehingga informasi harus ditunggu hingga Rabu pagi.

Paginya, Jandri menjumpai salah seorang petugas rumah sakit yang menangani pasien COVID-19 dan menyampaikan hal serupa. Lalu petugas menanyakan lokasi pemakaman kepada pihak keluarga.

"Ini pemakaman ibu harus bagaimana? Saya tanya. Lalu lalu ditanya balik, mau dibawa ke mana ibu? Saya jawab ke Mata Ie. Ohh Mata Ie, Aceh Besar ya. Oh itu biasa ada Satgas sendiri," ujar Jandri menceritakan.

3. Pihak rumah sakit tidak bisa memfasilitasi dikarenakan masalah zonasi

Tanpa Satgas, Keluarga Harus Makamkan Sendiri Pasien COVID-19 di AcehIlustrasi proses pemakaman dengan protokol COVID-19. (ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha)

Kepada Jandri pihak rumah sakit menyampaikan bahwa kawasan Mata Ie di Kecamatan Darul Imarah, merupakan wilayah Kabupaten Aceh Besar. Sementara, pihak RSUD dr Zainoel Abidin hanya bisa memfasilitasi wilayah Kota Banda Aceh saja.

Alasannya, adanya aturan baru yang dikeluarkan sehingga pihak rumah sakit tidak bisa turun tangan langsung mengurus pemakaman pasien seperti saat awal COVID-19 menjangkit di Aceh.

"Dikatakan bahwa mereka tidak bisa ikut campur lagi karena SK-nya sudah jelas jadi mereka hanya khusus Banda Aceh saja," kata Jandri.

Baca Juga: Seorang Mahasiswi di Aceh Lumpuh Setelah Divaksin COVID-19  

4. Dikatakan sudah ada, ternyata di lokasi pemakaman tidak ada satgas

Tanpa Satgas, Keluarga Harus Makamkan Sendiri Pasien COVID-19 di AcehIlustrasi proses pemakaman salah satu jenazah COVID-19 di TPU. IDN Times/Aldila Muharma-Fiqih Damarjati

Mendapat informasi itu pihak keluarga langsung mencoba menghubungi pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar untuk menanyakan terkait pengurusan pemakaman.

"Dibilang kalau Satgas sudah menuju ke pemakaman," ucap Jandri.

Menumpangi ambulans RSUD dr Zainoel Abidin, Jandri membawa jenazah ibunya ke lokasi pemakaman di kawasan Mata Ie. Sesampainya di lokasi, ternyata tidak ada satu orangpun anggota satgas.

"Ternyata di lokasi tidak ada satgas satupun dan hanya ada orang dari puskesmas kecamatan," jelas Jandri.

"Mereka datang tanpa perlengkapan APD. Padahal seharusnya Satgas harus sudah lengkap APD dan pengurusan jenazah juga sudah sama mereka langsung," imbuhnya.

Bukan hanya tidak ada anggota satgas yang melakukan pemakaman. Bahkan pihak keluarga juga harus mengeluarkan biaya sendiri untuk penggalian liang lahat.

5. Petugas puskesmas mengaku bahwa mereka tidak memiliki satgas untuk pemakaman

Tanpa Satgas, Keluarga Harus Makamkan Sendiri Pasien COVID-19 di AcehIlustrasi proses pemakaman salah satu jenazah COVID-19. (IDN Times/Aldila Muharma dan Fiqih Damarjati)

Jandri lalu menanyakan kepada pihak puskesmas mengenai satgas yang bakal melakukan pemakaman jenazah ibunya. Akan tetapi petugas dari puskesmas mengatakan pihaknya tidak memiliki satgas khusus.

Pihak puskesmas juga malah mengaku jika selama ini pemakaman langsung difasilitasi oleh pihak rumah sakit.

"Sementara pihak kecamatan mengatakan bahwa tidak pernah ada Satgas karena tidak ada pernah kejadian dan jika ada pemakaman langsung dilakukan dari rumah sakit," tiru Jandri menyampaikan.

"Jadi mereka meminta pengurusan dilakukan sama keluarga yang bersedia karena Satgas tidak ada. Padahal sebelumnya dikatakan Satgas sudah ada di lokasi," imbuhnya.

6. Sempat bersitegang, akhirnya pihak keluarga melakukan pemakaman secara mandiri

Tanpa Satgas, Keluarga Harus Makamkan Sendiri Pasien COVID-19 di AcehPemakaman Jhonni di pemakaman khusus COVID-19 (Dok. IDN Times/Istimewa)

Tidak memiliki kejelasan yang pasti, alhasil Jandri beserta dua abangnya serta dibantu salah seorang sopir ambulans dari puskesmas melakukan pemakaman secara mandiri.

Di tengah proses pemakaman, sempat terjadi ketegangan ketika petugas puskesmas coba mendokumentasikan Jandri beserta keluarganya yang sedang mengenakan alat pelindung diri (APD).

Jandri lalu mempertanyakan tujuan pihak puskesmas mendokumentasikan, sebab yang melakukan adalah keluarga dan bukan satgas.

"Jadi buat apa didokumentasikan, ini kan ceritanya kalian yang minta tolong keluarga bukan keluarga yang mau. Jangan nanti sudah dokumentasi lalu dibilang sudah ada satgas," ucap Jandri.

Bukan tanpa sebab pria 26 tahun itu menegur petugas dari puskesmas itu. Baginya, ia tidak ingin jika proses pemakaman secara mandiri yang keluarganya lakukan nantinya dijadikan sumber keuntungan oleh beberapa oknum.

"Saya pastikan jangan nanti usai pemakaman ibu saya, ada pihak-pihak yang diuntungkan atau pihak mencari keuntungan, saya marah. Karena semua ini ada anggarannya sampai dengan pemakaman," tegas Jandri.

7. Meminta kepada pemerintah untuk lebih tegas dalam penetapan tugas dari satgas

Tanpa Satgas, Keluarga Harus Makamkan Sendiri Pasien COVID-19 di AcehPemakaman Jhonni Sibarani di pemakaman khusus COVID-19 (Dok. IDN Times/Istimewa)

Pemakaman ibu dari Jandri telah dilakukan secara mandiri oleh pihak keluarga tanpa dibantu oleh satgas. Padahal, pihak keluarga telah menyetujui semua persyaratan pemakaman sesuai dengan protkes COVID-19 yang ditentukan.

Ia merasa kecewa jika ujung-ujungnya, pemakaman harus dilakukan secara mandiri. Oleh karena itu, ke depan, warga Gampong Gue Gajah itu berharap tidak ada lagi warga yang mengalami hal serupa seperti dialaminya.

"Saran saya untuk pemerintah di bagian satgas pemakaman ini dipertegas lagi satgas-satgasnya. Jangan sampai kejadian seperti ini lagi. Ketika kita butuh satgas malah kita tidak tahu satgasnya di mana. Bahkan sampai ke dinas kesehatan kabupaten mereka juga bingung jawabnya seperti apa," ucapnya.

Baca Juga: Viral di Medsos! Pemalak Sopir Lintas Aceh-Medan Diciduk Polisi

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya