Kenaikan UKT Dibatalkan, BEM Unri Tak Puas dengan Statemen Nadiem
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pekanbaru, IDN Times - Nadiem Makarim telah membatalkan kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) untuk perguruan tinggi negeri. Hal ini dilakukan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud-Ristek) setelah melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Terkait hal diatas, IDN Times mengkonfirmasi ke Rektor Universitas Riau Sri Indarti, melalui pesan aplikasi WhatsApp.
Adapun pertanyaan yang disampaikan terkait dengan kebijakan Universitas Riau yang telah menerima UKT baru dari calon mahasiswa baru, apakah ada pengembalian atau tidak.
Kepada Sri Indarti juga ditanyakan, apakah ada pihaknya menginformasikan kepada calon mahasiswa baru yang batal melanjutkan pendidikan di Universitas Riau karena UKT, bahwasanya kenaikan UKT telah dibatalkan Mendikbud-Ristek.
Pertanyaan selanjutnya kepada sang Rektor, yakni mengenai jumlah calon mahasiswa baru yang sudah membayar UKT, sebelum Mendikbud-Ristek membatalkan kenaikannya. Pertanyaan terakhir, IDN Times juga menanyakan, berapa jumlah calon mahasiswa baru yang batal melanjutkan pendidikan di Universitas Riau karena tidak sanggup membayar UKT.
Dari pertanyaan-pertanyaan diatas yang telah disampaikan, tidak ada satupun yang dijawab oleh Rektor Universitas Riau tersebut.
Sementara itu, Staf Khusus Bidang Komunikasi Universitas Riau Ridar Hendri saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya hingga saat ini mengaku belum mendapatkan informasi terkait hal itu.
"Kami belum dapat informasi tentang itu. Tapi kalau misalnya benar, nanti kita akan ikuti arahan pusat selanjutnya," kata Ridar Hendri, Senin (27/5/2024) malam.
Dikatakan Ridar Hendri, jika memang sudah pasti secara resmi dibatalkan kenaikan UKT, nantinya akan ada petunjuk teknis dan juga juklak. Proses tersebut akan dilaksanakan oleh Universitas Riau sesuai arahan dari Kemendikbud-Ristek.
"Kalau sekarang tentu kita belum bisa berandai-andai. Nanti biasanya ada petunjuk teknis selanjutnya bagaimana prosesnya. Tentunya kita mengikuti apa yang terbaik kedepannya untuk semua pihak," tuturnya.
1. Tidak melanjutkan pendidikan di Universitas Riau, mahasiswi berprestasi ini dapat beasiswa di UPP
Siti Aisyah, salah seorang calon mahasiswa baru yang lulus di Universitas Riau melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP), akhirnya mengurungkan niat untuk melanjutkan pendidikan di kampus negeri tersebut. Adapun alasannya, karena tidak mampu membayar UKT yang mahal.
"Saya harus membayar UKT golongan 5 sebesar Rp4,8 juta per semester. Karena berasal dari keluarga tidak mampu, tidak sanggup bayar dan memilih mundur," ucapnya saat dihubungi.
Gadis berusia 18 tahun itu merupakan lulusan SMA Negeri 1 Pendalian, Kecamatan Rokan IV Koto, Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), Provinsi Riau. sebelumnya, Siti lulus di jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau.
"Niatnya memang ambil jurusan itu, karena orang tua kan petani, mana tau nanti bisa kembangkan lagi," ujarnya.
Meskipun tak melanjutkan pendidikan di Universitas Riau, Siti kini memilih Universitas Pasir Pangaraian (UPP) di Kabupaten Rohul, sebagai tempatnya mengejar cita-citanya.
"Alhamdulillah dapat beasiswa (di UPP) dari Apkasindo. Sistem beasiswanya full sampai lulus, sama ada uang sakunya," tuturnya.
Keinginan Siti untuk mendapat gelar strata satu sangat tinggi. Terlebih ia anak tunggal di keluarganya.
"Saya anak tunggal di keluarga. Pengen buat orang tua bahagia, mau angkat derajat keluarga, supaya gak terus-terusan di rendahin," harapnya.
"Semoga pemerintah maupun pihak kampus manapun memberi kebijakan yang tidak memberatkan. Karena tidak semua orang yang ingin kuliah itu orang kaya. Apakah orang miskin tidak berhak kuliah?. Tentunya orang miskin juga butuh keadilan, karena ilmu itu memang mahal. Tapi pastikan setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan pendidikan tanpa harus merasa terbebani," sambungnya.
2. BEM Universitas Riau tidak puas dengan statement Mendikbud
Disisi lain, Presiden Mahasiswa (Presma) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Riau Muhammad Ravi saat dikonfirmasi mengaku tidak puas dengan keputusan Nadiem Makarim yang telah membatalkan kenaikan UKT.
"Kita sebenarnya tidak terlalu puas dengan keputusan mas Menteri (Nadiem Makarim). Karena fokus kita sebenarnya pada Permendikbudnya, bukan hanya sekedar kenaikan UKT," ujarnya.
Diterangkannya, yang menjadi permasalahan sebenarnya adalah Permendikbud nomor 02 Tahun 2024 tersebut. Dimana, permasalahan tersebut telah disampaikannya dalam rapat dengar pendapat dengan anggota DPR RI Komisi 10.
"Saat itu kita sampaikan untuk Permendikbud nomor 02 Tahun 2024 untuk ditinjau kembali dan dievaluasi. Agar tidak ada lagi ketidaksinkronan yang terjadi di masing-masing perguruan tinggi, sehingga ada kenaikan UKT," terangnya.
"Kita sebenarnya tidak mengharapkan statement mas Menteri ini (kenaikan UKT dibatalkan), yang kita harapkan adanya evaluasi, adanya pengembalian jumlah UKT dan (evaluasi) Permendikbud Nomor 02 Tahun 2024 itu," sambungnya.
3. 20-an calon mahasiswa baru tidak melanjutkan pendidikan di Universitas Riau
Lebih lanjut dijelaskan Presma BEM Universitas Riau itu, berdasarkan data yang diterima pihaknya, sebanyak 20-an calon mahasiswa baru tidak melanjutkan pendidikan di Universitas Riau.
"Totalnya 20-an Cemaba (calon mahasiswa baru) yang tidak melanjutkan pendidikannya di Universitas Riau karena UKT yang mahal," jelasnya.
"Mereka lebih memilih di perguruan tinggi swasta," sambungnya.
Muhammad Ravi mengaku, pihaknya sebenarnya sudah berupaya untuk mencarikan dana talangan bagi calon mahasiswa baru yang tidak sanggup membayar UKT.
"Upaya kita kemarin mencarikan (dana) talangan, beasiswa. Sebelumnya kan ada 50-an Camaba yang terancam tidak melanjutkan pendidikan di Universitas Riau karena UKT," tuturnya.
Baca Juga: Polemik UKT Universitas Riau, 50 Calon Mahasiswa Tidak Lanjut Kuliah