Pride of Gayo, Panggung untuk Lambungkan Seni Bersejarah Didong 

Pemerintah Aceh juga beri penghargaan untuk Abdul Kadir Toet

Banda Aceh, IDN Times - Sebagai warisan budaya tak benda, kesenian Didong harus dilestarikan. Dalam upaya mewujudkan itu Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menggelar "Pride of Gayo" pentas didong 2021 dengan tema “Pride of Gayo” di Hotel Amel & Convention Hall Banda Aceh, pada 10 April 2021 lalu.

Gawean ini merupakan upaya melestarikan kesenian yang berasal dari dataran tinggi Gayo tersebut. Apalagi kesenian ini sangat bersejarah bagi masyarakat Aceh, termasuk dalam upaya menyebarkan ajaran Islam di masa lampau. 

Pentas kesenian itu dimulai dengan pertunjukan tarian munalo untuk menyambut para tamu undangan. Selain itu pelaku seni dataran tinggi gayo menyuguhkan perpaduan seni pentas pertunjukan music ethnic, tari guel, tari saman dan didong yang menjadi satu pertunjukan “Pride Of Gayo”.

1. Didong awalnya digunakan sebagai sarana syiar Islam

Pride of Gayo, Panggung untuk Lambungkan Seni Bersejarah Didong Kesenian Didong yang ditampil di Pride of Gayo (Dok.IDN Times/istimewa)

Pada awalnya didong digunakan sebagai sarana bagi penyebaran agama Islam melalui media syair. Didong sangat diterima oleh masyarakat, dan memudahkan para tokoh untuk menyiarkan agama islam.

Dalam perkembangannya, didong tidak hanya ditampilkan pada hari-hari besar agama Islam, melainkan juga dalam upacara-upacara adat seperti perkawinan, khitanan, mendirikan rumah, panen raya, penyambutan tamu dan sebagainya.

Pada masa penjajahan jepang, kesenian didong digunakan untuk mengaspirasikan protes terhadap kekuasaan penjajah Jepang. Pada masa setelah proklamasi, seni didong dijadikan sebagai sarana bagi pemerintah dalam menjembatani informasi hingga ke desa-desa khususnya dalam menjelaskan tentang Pancasila, UUD 1945 dan semangat bela negara.

Kepala bidang bahasa dan seni Nurlaila Hamjah menjadi perwakilan Disbudpar Aceh untuk menerima prosesi penyambutan tamu. Disimboliskan dengan penyelendangan kain bermotif Kerawang Gayo di bahu.

“Didong ini merupakan seni kebanggaan masyarakat dari tanah tinggi Gayo yang harus terus dijaga serta dilestarikan agar dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya,” terang Nurlaila dalam siaran persnya, Senin (12/4/2021).

Baca Juga: Pentas Didong, Upaya Disbudpar Aceh Lestarikan Warisan Budaya

2. Pemerintah Aceh beri penghargaan untuk maestro Didong

Pride of Gayo, Panggung untuk Lambungkan Seni Bersejarah Didong Kesenian Didong yang ditampil di Pride of Gayo (Dok.IDN Times/istimewa)

Selain acara kesenian, dalam kegiatan itu juga ada sesi talk show membahas perihal kesenian di Aceh dengan narasumber yang merupakan pegiat seniman.

“Sejarah didong mengalami masa jaya dan masa stagnasi, dari periode ke periode. Abdul Kadir To’et atau yang lebih akrab dipanggil To’et merupakan seniman didong yang memadukan unsur tari, vocal dan satra. Beliau adalah penerima anugerah Bintang Jasa Nararya dari Presiden RI pada tahun 2010,” kata Nurlaila.

Sebagai wujud apresiasi pemerintah kepada seniman didong, Disbudpar Aceh menyerahkan plakat serta uang tunai untuk keluarga salah satu maestro didong Almarhum Abdul Kadir To'et yang diterima langsung anaknya.

3. DPRA berharap Didong kembali berjaya

Pride of Gayo, Panggung untuk Lambungkan Seni Bersejarah Didong Kesenian Didong yang ditampil di Pride of Gayo (Dok.IDN Times/istimewa)

Terpisah, Wakil Ketua DPR Aceh, Hendra Budian, SH lewat siaran jarak jauh menerangkan bahwa penyelenggaran pentas seni merupakan aksi nyata dalam upaya melestarikan kesenian didong.

“Kita mengapresiasi kegiatan pentas seni didong yang diselenggarakan dengan melibatkan banyak pihak. Ini upaya nyata dalam melestarikan kesenian didong untuk kembali berjaya,” ujar Hendra.

Dalam rangkaian acara puncak kegiatan itu panitia menyerahkan hadiah kompetisi dengan total hadiah tiga puluh empat juta lima ratus ribu rupiah.

Baca Juga: Selain Boh Lona, Ini 10 Nama Buah yang Unik dalam Bahasa Aceh

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya