UNDP-Norwegia Gelar Kompetisi Solusi Limbah Plastik di Laut Indonesia
Kebocoran plastik di lautan terbesar terjadi di ASEAN
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times– Badan PBB untuk Pembangunan (UNDP) bersama Kementerian Luar Negeri Norwegia, dan NORAD (Norwegian Agency for Development Cooperation) kembali menggelar kompetisi penyelesaian limbah laut di Indonesia. Kompetisi yang bertajuk EPPIC (Ending Plastic Pollution Innovation Challenge) 2 ini merupakan lanjutan dari EPPIC yang berfokus ke negara-negara ASEAN.
EPPIC tahap pertama dilaksanakan tahun lalu, berfokus di Ha Long Bay Vietnam dan Koh Samui Thailand, untuk tahap 2 sendiri akan dilaksanakan dengan berfokus di Indonesia dan Filipina.
Tujuan kompetisi EPPIC untuk memberi jalan solusi inovatif terbaru yang dapat menghasilkan implikasi secara nyata dan mampu berkontribusi kepada masyarakat tidak hanya secara lingkungan, namun juga dapat berpengaruh secara ekonomi dan sosial budaya.
Baca Juga: Ulang Tahun, 10 Potret Transformasi Nikita Mirzani di Usia 35 Tahun
1. Asia Tenggara merupakan wilayah dengan kontribusi kebocoran plastik di lautan yang terbesar
Sophie Kemkhdaze, selaku Deputy Resident Representative UNDP Indonesia mengatakan, berdasarkan studi lain menunjukan bahwa Asia Tenggara merupakan wilayah dengan kontribusi kebocoran plastik di lautan yang terbesar.
"UNDP berharap bahwa EPPIC dapat berkontribusi untuk menurunkan angka tersebut melalui munculnya solusi-solusi inovatif, pengembangan dan replikasinya,” ujarnya.
Riset dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan bahwa ada sekitar 268,740 – 594,558 ton sampah plastik yang masuk ke perairan Indonesia tiap tahunnya. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI memperkirakan kasar nilai potensi laut Indonesia sampai Maret 2019 adalah senilai 1.772 triliun. Besarnya potensi nilai laut kemudian menjadikan Indonesia tentunya harus memiliki perhatian khusus terhadap kondisi laut.
“Dari EPPIC 2020 sebelumnya di Vietnam dan Thailand, kita sudah melihat solusi yang ditawarkan oleh berbagai startup, LSM, dan akademisi yang berasal dari negara-negara ASEAN. Tahun ini, kami berharap dapat melihat kontribusi yang lebih banyak lagi untuk menyelesaikan masalah-masalah polusi plastik laut yang ada di Indonesia dan Filipina. Gerakan bersama ini tidak hanya akan meningkatkan kekuatan kawasan ASEAN, tapi juga kemitraan multilateral di kawasan ASEAN,” tutup Kemkhadze.
Baca Juga: Sampah Plastik Ilegal dari AS Masuk Belawan, Nexus3: Harus Disita