Selama COVID-19 Terjadi Tren Pencurian Data Melalui Malware
Indonesia harus tanggap dan siap menghadapi perang siber
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bali, IDN Times - Badan Siber dan Sandi Negara menggelar Simposium Strategi Keamanan Siber Nasional (SKSN) di Hotel The Westin Resort Nusa Dua, Bali, Senin (7/12/2020). Kegiatan ini dilaksanakan dalam Rangka Mendukung Penyusunan Kerangka Regulasi Literasi Media dan Literasi Keamanan Siber.
Dihadiri oleh Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian dan Gubernur Bali yang diwakili Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekda Provinsi Bali, I Gede Indra Dewa Putra S.E., M.M. serta Forkompimda Provinsi
Bali.
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, menyebabkan
keamanan siber menjadi isu strategis di berbagai negara. Dalam Pidato Kenegaraan
Presiden RI dalam rangka HUT ke-74 Proklamasi Kemerdekaan RI di Depan Sidang
Bersama DPD dan DPR RI pada 16 Agustus 2019 lalu, Presiden Republik Indonesia, Bapak
Joko Widodo menyampaikan bahwa Indonesia harus siaga menghadapi ancaman kejahatan siber, termasuk kejahatan penyalahgunaan data.
Baca Juga: Gak Banyak yang Tahu, 10 Artis Indonesia Ini Ternyata Asli Korea
1. Indonesia harus tanggap dan siap menghadapi perang siber
Data adalah jenis kekayaan baru bangsa Indonesia, kini data lebih berharga dari minyak. Sehingga, dalam bidang pertahanan keamanan, Indonesia juga harus tanggap dan siap menghadapi perang siber.
Terjadinya pandemi COVID-19 saat ini turut mengakselerasi transformasi digital di
seluruh dunia. Indikasinya adalah terjadinya peningkatan yang signifikan dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di kehidupan masyarakat. Peningkatan traffic internet dan maraknya penggunaan aplikasi daring turut dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk melancarkan serangan siber, seperti malware, phising, SQL Injection, Hijacking, dan Distributed Denial of Service (DDOS).
Selama periode bulan Januari-November 2020, BSSN mendeteksi telah terjadi
serangan siber sebanyak lebih dari 423 juta serangan. Jumlah ini lebih banyak hampir tiga
kali lipat dibandingkan dengan jumlah serangan di periode yang sama pada tahun 2019.
"Adapun serangan menjadi tren dalam masa pandemi COVID-19 ini adalah pencurian data
melalui malware. Hal ini menjadi perhatian karena serangan yang terjadi di dunia maya dapat menyebabkan kerusakan dan terganggunya stabilitas di dunia nyata," ujar Kepala Badan Siber dan Sandi Negara, Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian.
Baca Juga: Bikin Pangling, 10 Potret Asli Kiki Pembantu Aldebaran di Ikatan Cinta