Petugas Ditpam BP Batam di depan kawasan pelabuhan peti kemas Batu Ampar yang akan dikembangkan (IDN Times/Putra Gema Pamungkas)
Dendi menjelaskan, proyek pengembangan kawasan pelabuhan peti kemas Batu Ampar menjadi international transhipment port terus digesa pihaknya.
Ia mengungkapkan, dalam dunia pengangkutan kargo internasional, transhipment atau pemindahan kargo dari satu kapal ke kapal lain saat transit menjadi suatu kebutuhan. Hal ini terjadi ketika tidak terdapat koneksi langsung antara dua pelabuhan.
Saat ini, data menunjukkan bahwa potensi transhipment internasional masih sangat dipengaruhi oleh beberapa pelabuhan utama negara tetangga.
Pelabuhan transhipment terbesar di dunia saat ini adalah di Singapura, mencatatkan sebanyak 32,3 juta TEUs (Twenty-foot Equivalent Units). Disusul oleh Busan dengan 12,2 juta TEUs, Tanjung Pelepas dengan 10,6 juta TEUs, dan Port Klang dengan 8,4 juta TEUs.
Ketiga pelabuhan ini memiliki posisi strategis, terletak di jalur pelayaran tersibuk di dunia, yaitu Selat Malaka yang dilintasi oleh sekitar 90.000 kapal per tahunnya. Keberadaan pelabuhan-pelabuhan ini menjadi kunci dalam mendukung kelancaran transhipment global dan konektivitas antar negara.
“Pengembangan kawasan pelabuhan peti kemas Batu Ampar menjadi international transhipment port dibagi menjadi tiga tahapan, tahap pertama dimulai pada 1 November 2023 lalu hingga Juli 2025, akan mewujudkan TPK (Terminal Peti Kemas) Batu Ampar sebagai pelabuhan bongkar muat skala domestik. Barang-barang domestik akan dikumpulkan di TPK Batu Ampar sebelum dikirimkan ke tujuan pulau lain di Indonesia,” ujarnya.
Tahap kedua, direncanakan akan dimulai pada Agustus 2025, akan melibatkan TPK Batu Ampar sebagai direct call terminal. Dengan demikian, kapal-kapal dengan draught besar dapat langsung melakukan kegiatan bongkar muat di TPK Batu Ampar, tanpa perlu transit di pelabuhan hub lainnya.
“Pada tahap kedua ini, akan dilakukan pengembangan infrastruktur dengan perluasan lapangan penumpukan, pengerukan kolam dermaga utara, serta penambahan Quay Crane, HMC, RTG, dan Terminal Truck,” ungkapnya.
Sementara untuk tahap ketiga, Dendi menjelaskan bahwa akan melibatkan pengembangan TPK Batu Ampar sebagai international transhipment port atau hub logistik internasional. Ini melibatkan perluasan lapangan penumpukan, perpanjangan dermaga, dan peningkatan peralatan bongkar muat untuk meningkatkan efisiensi pelayanan.
“Dengan total investasi Rp3,8 triliun, TPK Batu Ampar akan dilengkapi dengan 11 Quay Crane, 2 HMC, 27 RTG, dan 56 terminal truck, mampu mengakomodir 1.6 Juta TEUs kontainer,” lanjutnya.