Rencana Ambisius BP Untuk Hadirkan Transhipment Port di Kota Batam

Batam, IDN Times - Badan Pengusahaan (BP) Batam mengungkapkan rencana ambisiusnya untuk mengembangkan pelabuhan peti kemas Batu Ampar, dengan investasi besar mencapai Rp3,8 triliun hingga tahun 2025.
Direktur Badan Usaha Pelabuhan (BUP) BP Batam, Dendi Gustinandar mengatakan, pengembangan pelabuhan peti kemas Batu Ampar ini adalah bentuk kolaborasi BP Batam dengan PT Pengusahaan Daerah Industri (persero) Batam.
“Pengembangan kawasan pelabuhan peti kemas Batu Ampas bagian utara ini bertujuan untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai international transhipment port atau hub logistic, memanfaatkan jalur perdagangan global di Selat Malaka,” kata Dendi Gustinandar, Selasa (23/1/2024).
1. Pembangunan international transhipment port dibangun dalam tiga tahapan

Dendi menjelaskan, proyek pengembangan kawasan pelabuhan peti kemas Batu Ampar menjadi international transhipment port terus digesa pihaknya.
Ia mengungkapkan, dalam dunia pengangkutan kargo internasional, transhipment atau pemindahan kargo dari satu kapal ke kapal lain saat transit menjadi suatu kebutuhan. Hal ini terjadi ketika tidak terdapat koneksi langsung antara dua pelabuhan.
Saat ini, data menunjukkan bahwa potensi transhipment internasional masih sangat dipengaruhi oleh beberapa pelabuhan utama negara tetangga.
Pelabuhan transhipment terbesar di dunia saat ini adalah di Singapura, mencatatkan sebanyak 32,3 juta TEUs (Twenty-foot Equivalent Units). Disusul oleh Busan dengan 12,2 juta TEUs, Tanjung Pelepas dengan 10,6 juta TEUs, dan Port Klang dengan 8,4 juta TEUs.
Ketiga pelabuhan ini memiliki posisi strategis, terletak di jalur pelayaran tersibuk di dunia, yaitu Selat Malaka yang dilintasi oleh sekitar 90.000 kapal per tahunnya. Keberadaan pelabuhan-pelabuhan ini menjadi kunci dalam mendukung kelancaran transhipment global dan konektivitas antar negara.
“Pengembangan kawasan pelabuhan peti kemas Batu Ampar menjadi international transhipment port dibagi menjadi tiga tahapan, tahap pertama dimulai pada 1 November 2023 lalu hingga Juli 2025, akan mewujudkan TPK (Terminal Peti Kemas) Batu Ampar sebagai pelabuhan bongkar muat skala domestik. Barang-barang domestik akan dikumpulkan di TPK Batu Ampar sebelum dikirimkan ke tujuan pulau lain di Indonesia,” ujarnya.
Tahap kedua, direncanakan akan dimulai pada Agustus 2025, akan melibatkan TPK Batu Ampar sebagai direct call terminal. Dengan demikian, kapal-kapal dengan draught besar dapat langsung melakukan kegiatan bongkar muat di TPK Batu Ampar, tanpa perlu transit di pelabuhan hub lainnya.
“Pada tahap kedua ini, akan dilakukan pengembangan infrastruktur dengan perluasan lapangan penumpukan, pengerukan kolam dermaga utara, serta penambahan Quay Crane, HMC, RTG, dan Terminal Truck,” ungkapnya.
Sementara untuk tahap ketiga, Dendi menjelaskan bahwa akan melibatkan pengembangan TPK Batu Ampar sebagai international transhipment port atau hub logistik internasional. Ini melibatkan perluasan lapangan penumpukan, perpanjangan dermaga, dan peningkatan peralatan bongkar muat untuk meningkatkan efisiensi pelayanan.
“Dengan total investasi Rp3,8 triliun, TPK Batu Ampar akan dilengkapi dengan 11 Quay Crane, 2 HMC, 27 RTG, dan 56 terminal truck, mampu mengakomodir 1.6 Juta TEUs kontainer,” lanjutnya.
2. Batam miliki potensi hub logistik internasional

Masih kata Dendi, pihaknya saat ini tengah menyoroti potensi bisnis pelabuhan peti kemas Batu Ampar, yang terlihat dari nilai ekspor kawasan Batam yang menyumbang 79,3 persen dari total ekspor Kepulauan Riau sebesar US$19,6 miliar atau sekitar Rp303 triliun.
Sejauh ini, berbagai komoditas ekspor, seperti mesin atau peralatan listrik, pesawat mekanik, dan minyak nabati, telah dikirim ke berbagai negara.
“Komoditas tersebut dikirim melalui pelabuhan kargo utama di Batam, termasuk Pelabuhan Batu Ampar dengan nilai ekspor sebesar US$9,9 miliar, Pelabuhan Sekupang US$2,5 miliar, dan Pelabuhan Kabil US$1,6 miliar,” kata Dendi.
Dendi menekankan bahwa pengembangan Pelabuhan Batu Ampar adalah prioritas untuk mendukung perekonomian Batam. Dia memandang potensi Batam sebagai hub logistik internasional, mengingat posisinya yang strategis di jalur tersibuk dunia, Selat Malaka.
“Kami membutuhkan dukungan semua pihak agar mimpi untuk mewujudkan Batam sebagai hub logistik internasional dapat tercapai. Jika Pelabuhan Batu Ampar dikembangkan lebih baik lagi, maka perekonomian Batam dan Indonesia secara umum akan meroket,” harapnya.
3. Hingga saat ini, pengelolaan TPK Batu Ampar menunjukan peningkatan signifikan

Terakhir, Dendi juga mengungkapkan bahwa BP Batam secara rutin mengevaluasi pengelolaan TPK Batu Ampar oleh Persero Batam setiap minggunya.
Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan signifikan, dengan waktu sandar kapal (berthing time) meningkat 44 persen berkat penggunaan STS Crane dan HMC.
“Dengan peningkatan ini, rata-rata waktu sandar kapal untuk membongkar 100-600 kotak kontainer berkurang drastis menjadi 9-22 jam,” kata Dendi.
Lanjut Dendi, untuk mencapai tonggak pencapaian yang sudah ditetapkan oleh BP Batam dalam pengembangan kawasan pelabuhan peti kemas Batu Ampar menjadi international transhipment port, pihaknya juga akan membangun beberapa aspek yang dinilai penting.
“Untuk mencapai itu tentunya kita perlu membangun banyak hal, SDM, infrastruktur, supastruktur, sistem budaya kerja dan itu yang sedang kita bangun saat ini sesuai dengan program yang disampaikan kepala BP Batam. Tentunya kita sudah melakukan pembangunan fudamental yang sudah benar,” tutupnya.