Pertumbuhan Ekonomi Sumut Diprediksi Membaik di Tengah Tekanan Belanja

- Pertumbuhan ekonomi Sumut mencapai 4.69 persen di kuartal kedua, sedikit membaik dari kuartal pertama yang sebesar 4.67 persen.
- Konsumsi rumah tangga menjadi indikator pelemahan daya beli, terjadi peningkatan konsumsi di kuartal kedua karena diskon tarif listrik 50 persen sudah berakhir.
- Peningkatan konsumsi rumah tangga di kuartal kedua tidak sepenuhnya menggambarkan pemulihan daya beli masyarakat, peran pemerintah dalam menggelontorkan subsidi memiliki posisi strategis dalam mendorong pemulihan daya beli wilayah ini.
Medan, IDN Times - Wilayah Sumatra Utara (Sumut) merealisasikan pertumbuhan ekonomi sebesar 4.69 persen di kuartal kedua. Sedikit membaik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama yang sebesar 4.67 persen secara year on year.
Pengamat ekonomi, Benjamin Gunawan memprediksi secara realistis menggambarkan pertumbuhan ekonomi Sumut. Meskipun, menyimpan masalah besar khususnya dari sisi konsumsi rumah tangga yang menjadi indikator pelemahan daya beli.
"Jika kita balik dulu ke pertumbuhan ekoomi di kuartal pertama tahun 2025 oleh BPS, dimana secara kuartalan konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 0.41 persen (q to q). Padahal dikuartal pertama tahun 2025 ada Ramadhan dan idul fitri, dan dikuartal kedua tahun 2025, terjadi kenaikan pada konsumsi rumah tangga sebesar 2.8 persen (q to q). Padahal di kuartal kedua tidak ada agenda pengeluaran masyarakat yang besar kecuali rencana pengeluaran untuk kebutuhan sekolah," ucapnya.
1. Kebijakan diskon tarif listrik dikuartal pertama tahun 2025 membuat pengeluaran masyarakat menjadi berkurang

Dia menilai kebijakan diskon tarif listrik dikuartal pertama tahun 2025 membuat pengeluaran masyarakat menjadi berkurang, dan terpantau alami kenaikan di kuartal kedua karena diskon tarif listrik 50 persen sudah berakhir.
"Jadi bentuk subsidi seperti itu akan membuat pengeluaran masyarakat untuk kebutuhan listrik menurun selama diskon berlangsung. Ini yang membuat konsumsi rumah tangga dari sisi pengeluaran tercatat membaik di kuartal kedua," ucap pengamat ekonomi ini.
2. Daya beli masyarakat di kuartal pertama tahun 2025 saat Ramadan dan Idulafitri tengah alami guncangan hebat

Menurut Benjamin, seharusnya dengan diskon tarif listrik tersebut masyarakat bisa menggunakan dana lebih untuk pengeluaran lainnya. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa, daya beli masyarakat di kuartal pertama tahun 2025 saat Ramadhan dan Idul fitri tengah alami guncangan hebat.
"Dan peningkatan konsumsi rumah tangga di kuartal kedua justru dipicu oleh kewajiban para ibu rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti sekolah," ungkap Benjamin.
3. Dinilai tidak ada masalah pada daya beli masyarakat

Jadi peningkatan konsumsi rumah tangga di kuartal kedua untuk wilayah Sumut tidak sepenuhnya menggambarkan bahwa daya beli masyarakat alami pemulihan. Justru menunjukan bahwa, peran pemerintah dalam menggelontorkan subsidi memiliki posisi strategis dalam mendorong pemulihan daya beli wilayah ini.
"Jadi pemerintah sebaiknya jangan terkecoh dengan data tersebut. Ada baiknya dianalisa lebih mendalam dan jangan lantas berkesimpulan bahwa tidak ada masalah pada daya beli masyarakat. Karena pertumbuhan yang diukur disini adalah pengeluaran, bukan pendapatan yang bisa saja dijelaskan dengan tolak ukur lainnya," tandasnya.