Suasana angkringan di Medan (IDN Times/Indah Permata Sari)
Hal yang sama juga pada pelaku bisnis angkringan, bernama Ari Ritonga berusia 24 tahun. Ia merupakan owner dari salah satu angkringan yang berada di Jalan Gatot Subroto Medan.
“Alasan membuka angkringan, kalau Coffeeshop itu udah mulai sunyi dan sekarang orang pun sudah lebih suka duduk di angkringan gini karena harganya terjangkau. Kadang tutup sampai pukul 01:00 WIB, sedangkan kalau coffeeshop pukul 10:00 WIB,” jelasnya.
“Dulu saya awalnya barista, daripada kerja sama orang bagus kerja sendiri. Barista 5 bulan di salah satu coffeeshop. Disini udah 2 bulan, awalnya di Krakatau angkringan juga,” tambah Ari.
Ramainya para pelanggan berada di pukul 22.00 WIB hingga pukul 00.00 WIB.
Sedangkan untuk lapak, Ari tidak membayar alias gratis. “Kalau di sini gak ada bayar. Tapi yang lain kurang tahu, mungkin ada yang bayar. Sampah bawa pulang sendiri untuk menjaga kebersihan. Barang saya titip di belakang, ada tempat. Mereka-mereka sebagian ada yang bawa pulang,” katanya.
Ari yang juga masih kuliah, menyisihkan waktunya malam hari berdagang angkringan. Jadi waktu istirahat siang sampai sore habis magrib, Ari sudah kemas-kemas untuk berjualan.
“Daripada kemana-mana, bagus jualan seperti ini positif. Cari duit daripada habisi duit,” tuturnya.
Omzet yang didapat Ari mencapai Rp8 juta hingga Rp9 juta per bulan. Bersih mencapai Rp6 juta per bulan. Nantinya, Ari akan membuka menu makanan khas Kalimantan. Nasi telur Kalimantan.