Tama juga membuat kontainer untuk UMKM kuliner dengan harga yang ekonomis. (IDN Times/Prayugo Utomo)
Bengkel Tama kian dikenal. Mesin-mesin espresso yang rusak atau sekedar perawatan sederhana terus berdatangan.
Pertumbuhan coffee shop yang kian masif menjadi peluang. Bahkan, pelanggan dari luar provinsi juga mempercayakan mesin mereka kepada Tama. Begitu juga dengan orderan pembuatan mesin roasting.
Dalam dua tahun terakhir, ratusan mesin espresso dan grinder (penggiling) kopi sembuh di tangannya. Begitu juga dengan ratusan mesin roasting, sudah ke luar dari bengkelnya.
Sampai saat ini Tama tidak pernah memasang tarif mahal untuk biaya reparasi. Bahkan, beberapa pelanggan sempat tidak percaya. Karena biasanya, untuk memperbaiki mesin espresso ataupun roasting sudah pasti berbiaya mahal.
“Pernah ada yang memperbaiki mesin espresso-nya. Jadi itu merek mahal. Saya perbaiki. Kemudian biayanya hanya Rp60 ribu. Gak percaya orangnya. Karena belum dilihat mesinnya, dikira saya teknisi abal-abal. Yah saya bilang, memang harga komponen yang diganti itu murah. Jadi bayarnya murah. Bahkan kita kasih garansi lagi,” katanya.
Biasa, mesin yang datang ke bengkel Tama kondisinya sudah parah. Jika dilihat secara umum, kondisinya tidak mungkin diselamatkan. Tama juga pernah memperbaiki mesin espresso mati yang sudah dijadikan akuarium ikan. Kondisi-kondisi seperti ini yang membuat Tama semakin tertantang.
Dengan kemampuannya di bidang otomotif, Tama lebih mudah mencari akar kerusakan mesin. Dari situ dia kemudian merunut sistem operasionalnya. Barulah dicari siasat untuk menanggulangi kerusakan. Komponen yang digunakan juga sederhana dan berbiaya murah. Tak jarang, Tama sering membuat sendiri jika komponennya tidak tersedia atau pun sudah langka.
Untuk membuat mesin roasting pun dia membeli bahan dengan harga yang relatif murah. Namun dia tetap berusaha membuat kualitas yang mumpuni. Untuk membuat satu mesin roasting, Tama memanfaatkan besi dan plat metal campuran aluminium yang lebih tahan dengan berbagai kondisi. Bahan-bahan ini juga lebih tahan terhadap korosi. Bahan yang bercampur aluminium juga lebih mudah untuk dibentuk.
Satu mesin roasting Tama, dibanderol mulai dari harga Rp20 jutaan. Tergantung kapasitas kopi yang bisa diproduksi. Harga ini berbanding jauh ketimbang mesin bermerek yang bisa mencapai ratusan juta.
Tama kian mengembangkan usahanya. Selain membuat mesin roasting, dia juga merakit kontainer untuk usaha kulineran.
“Kalau yang kontainer ini, ada orderan baru kita bikin. Mana tau bisa jadi peluang cuan juga,” ungkapnya.
Untuk membuat kontainer, dia memanfaatkan baja ringan sebagai rangkanya. Kemudian plat aluminium sebagai penutupnya. Kontainer itu di cat dengan ragam warna supaya menarik. Beberapa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sudah menggunakan kontainer hasil produksinya. Begitu juga usaha warung kopi yang juga tengah dirintis Tama tak jauh dari bengkelnya.