Berawal dari pekerjaannya sebagai karyawan perkebunan yang berpusat di Jakarta, Siti Muslihah diutus ke Tapanuli Selatan. Di sini dia ditugaskan mengurus perkebunan kopi.
Kopi Sipirok menjadi varietas andalan di daerah ini. Setiap hari bersentuhan dengan Kopi Sipirok, perempuan asal Sragen, Jawa Tengah ini melihat potensi yang besar untuk pengembangan bisnis kopi dengan cara berbeda. Maka, ia resign dari pekerjaannya dan bersama sang suami Bambang mendirikan Kopi Tabo satu dekade lalu di daerah Sumuran, Kelurahan Baringin, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Tabo diambil dari bahasa Mandailing yang berarti enak. Hingga kini Tabo berhasil mencuri perhatian pasar kopi di tanah air.
"Tahun 2013 saya resign dari perusahaan dan melihat potensi kopi yang ada di Tapsel, khususnya di Sipirok. Itu kan potensinya luar biasa. Cuma kan selama ini gak diolah matang, di-roasting gitu. Akhirnya kita punya inisiatif membuatnya jadi kopi bubuk untuk dipasarkan," kata Siti mengawali cerita saat dihubungi IDN Times, Jumat (9/6/2023).