ilustrasi kelapa sawit (commons.m.wikimedia.org/Wagino 20100516)
Menurutnya, pemicu utama terjadi peningkatan produksi tersebut karena pada bulan Maret memang merupakan bulan dengan produksi olahan sawit rendah karena ada Ramadhan dan Idul Fitri. Produksi olahan sawit memang mengalami penurunan, manakala bertepatan dengan Ramadhan dan Idul Fitri. Selanjutnya, permintaan produk olahan kelapa sawit umumnya pulih (naik) setelah perayaan keagamaan (Idul Fitri) usai.
Artinya, bulan April dan setelahnya terjadi peningkatan permintaan. Namun, lanjut Benjamin dari hasil survey ke beberapa produsen, mereka pesimis bahwa produksi olahan sawit akan naik setelah bulan April kemarin. Bahkan beberapa diantaranya menyatakan produksi CPO berikut olahan CPO di kuartal kedua (TW II) tahun ini akan lebih rendah sekitar 15% hingga 19% dibandingkan dengan TW I 2025.
"Banyak pelaku usaha yang wait and see setelah kebijakan kenaikan tarif resiprokal 32% AS di akhir Maret kemarin. Ditambah lagi ada kebijakan tarif universal dan tarif tambahan yang masing-masing angkanya 10%. Walaupun realita dilapangan bisa berbeda implementasinya dibandingkan dengan pengumuman tarif yang diumumkan AS sebelumnya," jelas Benjamin.