Lima puluh lima tahun sudah PT Aneka Tambang (Antam) Tbk hadir. Hampir tiga dekade, Gunung Pongkor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat menjadi tambang eksplorasi emas pertamanya sejak 1994 hingga kini. Selain menghasilkan emas untuk negeri, perusahaan yang merupakan bagian dari Holding Industri Pertambangan MIND ID ini juga menebar manfaat lain untuk masyarakat sekitar tambang.
-------
Bogor, IDN Times- Siang yang terik pada 17 Oktober 2023 di Kampung Cisangku, Desa Mala Sari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Sebuah daerah yang jadi bagian dari wilayah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Jaraknya 45,9 kilometer dari Kota Bogor.
Di sebuah gubuk, seorang perempuan sedang sibuk menumbuk biji kopi dengan alu. Satu orang lagi menyangrainya di atas kuali dari tanah liat dan bara dari kayu yang dibakar. Proses itu sehari-hari dilakukan dalam proses pembuatan kopi yang dilabeli Kopi Tumbuk.
"Ini dengan cara tradisional, karena memang kami mengikuti nenek moyang kami dari dulu dan beberapa tahun hampir punah. Kopi Tumbuk ini sejak tahun 2022 lalu menambah penghasilan kami," kata Hendrik, Ketua Model Kampung Konservasi (MKK) Cisangku.
Kopi Tumbuk dengan biji Arabika merupakan salah satu dari produk MKK Cisangku. Bijinya dari tanaman sendiri dari hasil hutan bukan kayu di area TNGHS.
Dikerjakan empat orang perempuan, setiap harinya MKK Cisangku memproduksi 50-100 toples per hari kemasan 150 gram dan 200 gram. Kopi-kopi itu dibanderol mulai Rp25 ribu hingga 45 ribu.
"Alhamdulillah ini dibantu PT Antam dengan izin edar dan label halal. Produksi ini baru satu tahun. Tadinya kopi mentah, lalu dijual dengan produksi kami sendiri. Sudah sampai luar Bogor seperti Sukabumi dan Jakarta dan juga penjualan online lewat instagram," tambahnya.
Kopi Tumbuk hanya satu dari program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pelestarian Lingkungan (Pepeling) Cisangku yang jadi program unggulan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) dari PT Antam Unit Bisnis Pengolahan (UBP) Emas Pongkor. Masyarakat Cisangku juga melakukan pembibitan tanaman endemik Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), mengelola wisata air terjun curug yang dinamai curug kembar, pupuk bokhashi dan pupuk hayati mikoriza.
Apa sebenarnya MKK Cisangku ini dan mengapa bisa terbentuk?
Jauh sebelum cerita indah ini dirangkai, ada sejarah kelam yang mengawali. Empat belas tahun sebelum lahirnya MKK Cisangku ini, wilayah TNGHS erat kaitannya dengan ilegal mining atau biasa disebut Peti (Pertambangan Tanpa Izin). Tak terkecuali perambahan hutan dengan ilegal logging. Sebagian besar anggota MKK Cisangku merupakan pelaku penebangan hutan dan penambangan liar. Gurandil, begitu biasa mereka menyebut pelaku penambangan liar.
Termasuk Hendrik, tokoh sentral di balik berdirinya MKK Cisangku. Pria berusia 51 tahun itu merupakan salah satu cukong kayu terbesar di Kabupaten Bogor. Hendrik mengisahkan masa kelam itu dilaluinya sebelum 'pensiun' tahun 2009.
Diketahui sejak dulu Pongkor tidak hanya jadi area tambang Antam, tapi juga pelaku tambang ilegal. Masyarakat dengan mudahnya mencari uang dengan menambang tanpa izin, maupun menebang secara liar.
"Saya salah satu pelaku penebang kayu. Termasuk cukong kayu terbesar di Bogor. Kalau masyarakat di sini rata-rata menambang emas ilegal, saya memilih kayu. Teman-teman saya sudah banyak yang dipenjara. Alhamdulillah saya dapat hidayah dari Allah SWT sehingga insyaf," kata Hendrik mengurai kisah kelamnya.
Tahun 2007 terjadi konflik di masyarakat menyusul terbitnya impelementasi SK Menteri Kehutanan no.175 terkait perubahan fungsi dari hutan produksi menjadi hutan konservasi TNGHS. Hal itu menimbulkan konflik terkait pemanfaatan lahan. Bahkan saat itu terjadi pembakaran hutan di kampung Cisangku.
Akhirnya Antam besama Balai TNGHS melakukan sosialisasi dan negosiasi dengan warga untuk menemukan solusi. Tercapailah kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak.
"14 Agustus 2007 digelar diskusi kesepahaman dengan pemerintah pengelola taman nasional. Kedua belah pihak terbuka untuk hak dan kewajiban. Kewajiban kami menjaga kelestarian kawasan, dan kami punya hak dalam kawasan untuk sumber kelanjutan ekonomi masyarakat. Terjadi MOU hingga akhirnya kami membentuk MKK Cisangku. Kami berinisiatif membangun lagi kawasan hutan yang telah kami tebang dan bakar," tambahnya.
Kemudian mereka mulai memberdayakan warga sekitar untuk restorasi kawasan. Tahun 2009, Hendrik dan kawan-kawan mulai membudidayakan tanaman endemik dengan inisiatif sendiri. Hingga kini MKK sudah menghijaukan 64 hektare lahan dan menanam 70 ribu pohon.
"Ini niat kami membangun hutan yang sudah kami rusak. Bibit-bibit yang kami budidayakan kemudian dibeli PT Antam maupun pemerintah. Setiap tahun kami menjual 100-350 ribu pohon endemik ke Antam maupun kabupaten Bogor," katanya.
Hendrik mengatakan, sejak 2009, UBP Emas Pongkor sudah membeli bibit 867.542 bibit pohon. Mereka juga menjualnya ke pemerintah setempat.
"Itu salah satu pendapatan terbesar kami. Pemerintah Bogor juga sudah membeli 260 ribu pohon ke MKK. Insya Allah saya lagi ada orderan ke Singapura," ucapnya.
Hingga kini sudah beragam jenis bibit tanaman endemik, buah hingga sayur yang disemai. Mulai dari Rasamala, Puspa, Ganitri, Salam, Ki Sireum, Huru, Mahoni hingga Kopi Arabika, Petay, Durian dan Pala.
Selain bibit, mereka juga mengembangkan ternak domba. Tahun 2012, UBP Emas Pongkor memberikan bantuan 55 ekor domba yang kini terus berkembang.
"Alhamdulillah tahun 2020 domba-domba tersebut dari laporan masyarakat mencapai 614 ekor. Dari kotoran domba itu kami buat pupuk bhokasi yang dibutuhkan Antam. Mereka sudah membeli 50 ribu ton," jelasnya.
Kemudian tahun 2021, MKK Cisangku melihat potensi lain untuk meningkatkan ekonomi. Curug dengan air terjun di kawasan Desa Malasari kemudian dikembangkan menjadi kawasan edu ekowisata.
"PT Antam serius kerja sama dengan kami membantu sarana maupun yang lainnya. Kami punya potensi tapi modal tidak punya. Antam memfasilitas bentuk fisik dan lainnya. Termasuk perizinan ke Taman Nasional Halimun Salak," tambahnya.
Curug Kembar, dinamakan demikian karena Hendrik punya saudara kembar bernama Hendro yang juga turut mengurus MKK Cisangku. Hingga kini pengunjung sudah berasal dari berbagai daerah di luar Kabupaten Bogor.
"Curugnya sudah dari dulu, tapi baru inisiatif buka objek ini tahun 2021. Ini lahan tertutup, sama sekali tidak kelihatan orang. Kami yang mengelola hutan di sini baru tahu setelah ada curug. Saat ini 10-20 orang pengunjung per hari. Hari libur bisa sampai 50-100 orang masuk ke sini," katanya.
Dari pengelolaan curug itu, MKK Cisangku bisa meraup sampai Rp7 juta sebulan. Untuk pemeliharaan, anggota kelompok bergantian membersihkan sampah dan pengurasan air.
"Alhamdulillah saya bersyukur setelah dibukanya curug, pembibitan lebih meningkat pesanannya, karena banyaknya pengunjung ke sini membawa kabar dan cerita, sehingga pasar bibit kami lebih luas sekarang. Sekarang lembaga lain pesan dan belanja bibit ke kami. Termasuk penjualan kopi," katanya.
Menurutnya yang terpenting ke depan bukan hanya soal mencari cuan, tapi menjaga kelestarian hutan di TNGHS. Apalagi mereka sudah bersusah payah membangunnya lagi.
"Harapannya dari kami MKK dan masyarakat hulu lainnya menjaga kelestarian hutan dan air ini, supaya tidak ada kekurangan musim kemarau. Hutan terjaga, jangan sampai ada tangan jahil yang merusaknya," ucapnya.
Tak hanya Kampung Cisangku dan Desa Malasari yang merasakan manfaat TJSL dari PT Antam. Tapi juga desa-desa lain di sekitarnya. Diketahui ada 11 desa di Kecamatan Nanggung yang diklasifikasikan Antam menjadi zona ring 1 kawasan terdampak pertambangan.
Selain Pepeling Cisangku, program-program unggulan yang digeber UBP Emas Antam yakni inkubator agribisnis Desa Nanggung untuk mengoptimalisasi lahan terlantar dan memperkuat peran perempuan dalam pertanian lewat penguatan Kelompok Wanita Tani (KWT) dengan lokasi di Kampung Dukuh Kaung.
Ada juga kolaborasi revitalisasi ketahanan pangan di Desa Kalongliud. Kemudian ada pertanian terintegrasi Cisarua di Kampung Babakan Cengkeh dan Kampung Cihiris. Di sini dibentuk Kelompok Tarunatani dan Warnasari muda yang juga eks pelaku PETI.
Selain itu ada juga kelompok yang menamakan diri Jaropam di Desa Cisarua. Mereka mengembangkan peternakan domba dan budidaya pertanian.
Sudin dari Jaropam Desa Cisarua juga berangkat dari masa lalu sebagai mantan gurandil, alias pelaku penambangan emas liar. Kini dia bersama para warga Desa Cisarua sudah merasakan manfaat dari ternak domba. Domba-domba itu berawal dari pemberian PT Antam.
"Dulu kami di Desa Cisarua juga menjadi gurandil. Lalu kemudian kami mulai berpikir itu tidak boleh, dan kami mau turun beternak domba. Kami diberikan 50 ekor domba dari PT Antam," kata Sudin, 18 Oktober 2023 lalu.
Dari 50 ekor domba, kini sudah berkembang hingga 200 ekor selama kurang dari 2 tahun. Mereka kemudian bisa meraup hingga ratusan juta rupiah dari hasil jual ternak.
"Alhamdulillah kami bisa mengeluarkan domba untuk kurban sekitar 40 ekor dari harga Rp2 juta sampai Rp3 juta. Alhamdulillah ada pemasukan sampai Rp300 juta. Antam sangat mendukung kami di Cisarua. Kami bisa mengajak anak-anak putus sekolah, kami rekrut dimasukkan ke Jaropam. Tidak hanya memberikan domba, Antam membimbing kami bagaimana melakukan ternak," tambahnya.
Di lahan seluas 3 hektare, mereka menanam rumput untuk makanan domba, dan sisanya untuk kandang dan lahan pertanian seperti sayur. Mereka menanam jagung, hingga timun. Pupuknya diperoleh dari kotoran domba.
"Kita memanfaatkan kotoran domba dari jaropam tanaman mulai dari holtikultura. Dari tahun ke tahun ada peningkatan dan penambahan tanaman seperti buah-buahan. Mudah-mudahan tahun yang akan datang, tanaman kami lebih banyak dan lahan kami lebih bermanfaat," kata Ahmatul yang juga dari Cisarua.
PT Antam sendiri akan terus melanjutkan program TJSL ini karena banyak warga yang merasakan manfaatnya dan berkelanjutan. Apalagi mereka bisa terhindar dari praktik-praktik penambangan ilegal. Head of West Region CSR and External Relations PT Antam Tbk, Munadji mengatakan, program ini mengubah mindset warga jika dengan cara halal mereka bisa meraup keuntungan meskipun harus melalui proses yang tidak sebentar.
"Kenapa kita menciptakan program unggulan, di Kecamatan Nanggung hampir sebagian besar penduduk mereka dengan gampangnya ilegal loging dan penambang ilegal. Mengubah mindset yang tadinya nyari bongkahan batu, gak usah repot dapat duit. Kini mereka bertani, beternak. Butuh waktu berbulan-bulan. Kalau berhasil? kalau kagak. Tapi kita terus membimbing. Dengan niat mereka mau jalan," kata Munadji.
Menurutnya pengelompokan daerah terdampak tambang Antam dengan sebutan ring 1 untuk masyarakat yang terkena dampak langsung dari aktivitas Antam. Mereka membuat program unggulan.
"Program kita gak dibiarkan liar. Tapi ada pendamping. Intinya komunikasi kita selalu berjalan. Terutama dengan asosiasi perangkat desa.Setiap masalah di masyarakat perusahaan, kita selalu berkomunikasi. Tetap ngariyung (kumpul, ngopi, ngobrol). Semua masalah asal usulnya karena gak ada komunikasi yang baik," bebernya.
Tahun lalu dari laporan TSJL 2022, PT Antam sudah menyalurkan dana sebesar Rp124,47 miliar. Sebanyak Rp6,82 miliar ditujukan khusus untuk Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil (PUMK) dan sisanya di luar PUMK.
Munadji menambahkan, selama tahun 2023, hampir 70 persen sudah program CSR tersalurkan ke masyarakat Ring 1. Semuanya terencana dan terprogram.
"Terlebih dulu ada pembicaraan dengan desa-desa terkait rencana pengembangan dan disepakati di musyarawah rencana pengembangan (musrembang) desa. Disepakati pengembangan apa saja di tahun berikutnya. Dari hasil evaluasi dan kesepakatan di tahun lalu sudah 100 persen. Paling tinggal program-program di luar kesepakatan musrembang," bebernya.