Suhari, pemilik usaha Naila Fotocopy (IDN Times/Doni Hermawan)
Ingatan Sri melayang ke 9 tahun lalu, tepatnya tahun 2014. Saat itu dirinya dan sang suami memilih usaha fotokopi karena memang sebelumnya sama-sama bekerja di bidang tersebut.
"Saya dulu pernah jadi operator fotokopi. Kalau suami saya teknisi mesin fotokopi. Jadinya matching, akhirnya pada tahun 2014 itu kami mulai buka usaha fotokopi kecil-kecilan," kata Sri memulai perbincangan dengan IDN Times, Sabtu (13/5/2023).
Merintis usaha tentu tak mudah. Dengan modal tabungan yang mereka punya, pasutri ini pun mantap melangkah untuk memulai usaha ini.
"Dimulai dari menyewa dulu. Ada ruko satu pintu di Marelan ini juga. Modal sekitar Rp30-an juta. Dulu suami karena sudah punya link di fotokopi jadi dapat barang-barang grosir dan mesinnya ada walaupun bekas, tinggal cari tempatnya saja. Awalnya cuma satu mesin," beber Sri.
Diakui Sri awalnya memang tak mudah. Tapi berkat kesabaran dan layanan yang mereka berikan, perlahan mereka mendapatkan pelanggan.
"Awalnya sempat putus asa, karena memang masih penyesuaian. Namanya juga merintis. Tapi gak lama, setelah beberapa bulan mulai dapat pelanggan. Ditambah kita ramah dengan orang," kata Ibu satu anak itu.
Saat itu sang suami, Suhari memang masih jual beli mesin fotokopi bekas. Jadi meski dapat mesin fotokopi bekas, masih bisa direkondisikan.
"Rata-rata yang dijual memang rekondisi. Mesin pertama kita adalah mesin manual. Dulu orang heran kenapa masih pakai manual, Canon NP 6650. Sementara zamannya sudah digital. Tapi memang mesinnya bandel," bebernya.