AS Naikkan Tarif Impor, Pengamat: Komoditi Ekspor dari Sumut Terancam

Medan, IDN Times - Pengamat ekonomi, Benjamin Gunawan mengatakan bahwa kinerja ekonomi Sumut tidak bisa dilepaskan dari industri sawit yang ada di wilayah ini. Sawit memberikan konstribusi lebih dari 60 persen, untuk total ekonomi Sumut hingga kini.
Aktivitas industri sawit hulu dan hilir di Sumut sangat mendominasi. Pada umumnya, basis ekonomi Sumut masih didominasi oleh komodoitas seperti sawit, akret, kakao, kayu hingga kopi.
Di sisi lain, kinerja ekspor Sumut pada tahun 2024 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2023. Secara kuantitas, eskpor Sumut turun 10.5 persen, dan di Januari 2025 eskpor Sumut turun 8.15 persen dibandingkan dengan Januari 2024 mengacu kepada rilis BPS.
Kini, ekspor Sumut kembali terancam setelah Trump menaikkan tarif sebesar 32 persen untuk barang dari Indonesia.
1. Harga CPO dunia terpantau alami penurunan setelah AS naikan tarif impornya
Dikatakannya, harga CPO dunia terpantau alami penurunan setelah AS naikan tarif impornya. Dimana, harga CPO pada tanggal 2 April 2025 berada di kisaran 4.532 ringgit per ton, turun dikisaran 4.460 ringgit per ton saat ini.
"Sayangnya, ekspor Sumut ke AS pada bulan Januari menduduki posisi tertinggi kedua setelah China. Dimana porsi ekspor Sumut ke AS sebesar 14.01 persen atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan China sebesar 14.86 persen," jelasnya pada IDN Times Jumat (4/4/2025).
Sedangkan, kenaikan tarif impor AS untuk barang-barang dari Indonesia sebesar 32 persen, itu juga berlaku ke banyak negara mitra dagang sumut lainnya seperti China, Jepang, India, Uni Eropa hingga sejumlah negara ASEAN lainnya. Artinya, kenaikan tarif impor AS berpeluang menekan kinerja ekspor Sumut ke hampir semua negara tujuan ekspor Sumut.