Siarkansyah konversi motor RX King tahun 2003 special edition menjadi motor listik (IDN Times/ Indah Permata Sari)
Sementara itu, ia juga membandingkan budget yang dikeluarkan klien sebesar Rp4juta juga jauh jika dibandingkan dengan motor turun mesin atau yang telah rusak.
"Kebayang misalnya punya motor di rumah, mesin udah rusak. Kalau dibagusi lumayan (mahal), tapi gak maksimal. Biasa kalau motor udah turun mesin itu tetap gak maksimal kayak motor baru. Kalau mau motor baru minimum Rp17 juta seperti matic. Ini motor lama mesinnya kita konversi dengan modal Rp5 juta atau Rp4 juta masih worth it (setimpal)," kata Siar.
Diakui olehnya, ada perbedaan motor listrik dengan motor biasa pada umumnya atau standar untuk kecepatan. Namun, meski begitu tetap hasilnya maksimal digunakan untuk bepergian seperti ke kantor dan lainnya.
"Sangat berbeda karena ini yang aku pakai modul ini adalah modul 350 Watt jadi itu kalau dikonversi motor ke konvensional gak sampai 50 cc udah lumayan kencang untuk ke kantor atau ke pasar. Jadi ini gak sekencang basic-nya. Tapi kalau klien minta mau dibesarkan watt-nya bisa. Ini sampai puluhan ribu ada. Ini yang paling kecil modulnya 350 watt," jelasnya.
Siar menjelaskan, untuk maksimal speed (kecepatan) ini telah berada di 55 km per jam. Sehingga bisa dibawa bepergian dengan daya tahan baterainya kurang lebih 5 sampai 6 jam.
"Jadi kalau motor listrik ini agak unik dia. Ketahanannya itu kita ukur berdasarkan seperti jarak tempuhnya sekitar 50 km. Setelah itu harus di-charger lagi 6 jam. Tapi ini kayak laptop. Misalnya kita lagi ngopi, Ya sudah coloki saja," ujarnya.
Sedangkan untuk keunggulannya, secara otomatis hemat, tanpa harus mengisi BBM karena hanya di-charger dan tak perlu perawatan untuk mengganti oli.
"Terus dia ini kan pakai arus DC. Wattnya kecil kayak charger laptop aja. Cuma butuh waktu yang lama untuk dia ngisi. Jadi ini isinya ada 4 baterai kering," ujarnya.