Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Risiko Berkendara Saat Emosi Tidak Stabil, Jangan Nekat! 

ilustrasi kendaraan yang melaju agresif di jalan raya (pexels.com/Dom Sch-veg-man)
ilustrasi kendaraan yang melaju agresif di jalan raya (pexels.com/Dom Sch-veg-man)
Intinya sih...
  • Emosi nggak stabil mengurangi fokus dan konsentrasi saat berkendara
  • Perilaku agresif di jalan bisa dipicu oleh emosi yang nggak terkendali
  • Pengemudi dengan emosi nggak stabil lebih rentan terlibat konflik dengan pengemudi lain
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Berkendara bukan cuma soal teknik mengemudi, tapi juga soal kondisi mental dan emosi. Banyak orang yang nggak sadar kalau emosi yang nggak stabil bisa bikin perjalanan jadi berbahaya. Emosi yang meledak-ledak, stres, atau bahkan kesedihan yang mendalam bisa mengganggu fokus saat berkendara.

Pengemudi yang emosinya nggak terkendali sering kali mengambil keputusan yang impulsif, seperti ngebut tanpa perhitungan atau tiba-tiba mengerem mendadak. Selain itu, kondisi mental yang nggak stabil juga bisa bikin pengemudi lebih mudah terpancing konflik di jalan. Hal kecil seperti klakson dari kendaraan lain atau pengemudi yang menyerobot jalur bisa langsung memicu emosi.

Banyak kasus kecelakaan terjadi karena pengemudi nggak bisa mengendalikan emosinya. Berikut lima risiko utama berkendara saat emosi sedang nggak stabil yang wajib diwaspadai.

1. Mengurangi fokus dan konsentrasi

ilustrasi kendaraan yang melaju agresif di jalan raya (pexels.com/Luke Miller)
ilustrasi kendaraan yang melaju agresif di jalan raya (pexels.com/Luke Miller)

Emosi yang nggak stabil bisa bikin pengemudi kehilangan fokus. Pikiran yang dipenuhi kemarahan, stres, atau kesedihan bikin pengemudi sulit memperhatikan kondisi jalan. Kalau fokus terganggu, pengemudi bisa terlambat bereaksi terhadap situasi di jalan.

Misalnya, nggak sadar kalau kendaraan di depan mengurangi kecepatan atau nggak melihat rambu lalu lintas. Kondisi ini bisa meningkatkan risiko kecelakaan, terutama di jalan raya dengan kecepatan tinggi. Berkendara butuh konsentrasi penuh, dan emosi yang nggak terkendali bisa menghambat kemampuan berpikir jernih.

2. Memicu perilaku berkendara yang agresif

ilustrasi kendaraan yang melaju agresif di jalan raya (pexels.com/Abdulwahab Alawadhi)
ilustrasi kendaraan yang melaju agresif di jalan raya (pexels.com/Abdulwahab Alawadhi)

Emosi yang nggak stabil sering kali bikin pengemudi lebih agresif di jalan. Banyak yang jadi lebih mudah tersulut emosi kalau ada kendaraan lain yang dianggap mengganggu. Perilaku agresif seperti ngebut, menyerobot jalur, atau membunyikan klakson berlebihan bisa bikin suasana di jalan makin panas. Pengemudi lain bisa ikut terpancing, akhirnya terjadi konflik yang nggak perlu.

Selain itu, berkendara dengan agresif juga bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Keputusan impulsif yang diambil saat emosi bisa berujung pada kecelakaan yang fatal.

3. Resiko terlibat konflik dengan pengendara lain

ilustrasi kendaraan yang melaju agresif di jalan raya (pexels.com/Kaique Rocha)
ilustrasi kendaraan yang melaju agresif di jalan raya (pexels.com/Kaique Rocha)

Emosi yang nggak stabil bikin pengemudi lebih mudah tersinggung. Hal kecil seperti kendaraan lain yang terlalu dekat atau pengemudi lain yang nggak memberi jalan bisa langsung memicu kemarahan.

Banyak kasus pertengkaran di jalan terjadi karena pengemudi nggak bisa mengendalikan emosinya. Bahkan, ada yang berujung pada perkelahian atau tindakan kekerasan. Kalau emosi nggak terkendali, pengemudi bisa kehilangan kontrol dan mengambil tindakan yang merugikan diri sendiri. Berkendara harus tetap tenang dan sabar supaya perjalanan lebih aman.

4. Mengganggu kemampuan mengambil keputusan

ilustrasi kendaraan yang melaju agresif di jalan raya (pexels.com/Caio)
ilustrasi kendaraan yang melaju agresif di jalan raya (pexels.com/Caio)

Saat emosi nggak stabil, pengemudi sering kali mengambil keputusan yang nggak rasional. Misalnya, memilih jalur yang lebih berisiko atau mengabaikan aturan lalu lintas. Keputusan yang diambil dalam kondisi emosi bisa berbahaya.

Pengemudi yang marah atau stres cenderung lebih nekat dan nggak mempertimbangkan konsekuensi dari tindakannya. Selain itu, emosi yang nggak terkendali juga bisa bikin pengemudi lebih mudah panik saat menghadapi situasi darurat. Padahal, berkendara butuh ketenangan supaya bisa mengambil keputusan yang tepat.

5. Meningkatkan resiko kecelakaan

ilustrasi kendaraan yang melaju agresif di jalan raya (pexels.com/Nasr Al)
ilustrasi kendaraan yang melaju agresif di jalan raya (pexels.com/Nasr Al)

Semua faktor di atas berkontribusi pada meningkatnya risiko kecelakaan. Pengemudi yang emosinya nggak stabil lebih mudah kehilangan kontrol, baik terhadap kendaraan maupun terhadap dirinya sendiri. Banyak kecelakaan terjadi karena pengemudi nggak bisa mengendalikan emosinya.

Mulai dari tabrakan akibat kurang fokus, kecelakaan karena perilaku agresif, hingga insiden yang terjadi karena keputusan impulsif. Keselamatan di jalan bukan cuma soal keterampilan mengemudi, tapi juga soal kondisi mental. Berkendara dalam keadaan emosi yang nggak stabil bisa berbahaya, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Berkendara saat emosi nggak stabil bisa berisiko tinggi. Fokus yang terganggu, perilaku agresif, dan keputusan impulsif bisa meningkatkan kemungkinan kecelakaan. Mengendalikan emosi sebelum berkendara itu penting. Kalau sedang marah, stres, atau sedih, lebih baik tenangkan diri dulu sebelum memutuskan untuk mengemudi. Keselamatan di jalan bukan cuma soal teknik berkendara, tapi juga soal kondisi mental pengemudi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us