Ahmad Hakiki sebagai ASN, Dosen, dan Aktivis Sosial (Dok. Pribadi for IDN Times)
Sementara itu, Ahmad Hakiki berprofesi ASN, Dosen, dan Aktivis Sosial ini mengatakan kebanyakan laki-laki terkhusus baginya merasa sakit hati saat orang lain merendahkan dirinya.
"Tergantung situasi, tapi umumnya saya bisa sakit hati saat orang lain menyepelekan masalah kita, ia memberikan respon dan sikapnya menyepelekan. Kadang, ada juga yang makin menambah masalah, misalnya kita lagi ada masalah finansial, tiba-tiba dia mau minjam uang, kita memohon maaf karena tidak bisa membantu, tiba-tiba responnya menusuk hati. "Pelit kalipun, banyaknya duitmu". atau Gak bisa lagi kau bantu aku ya mentang-mentang kerja di tempat yang bagus," ucapnya.
Sedangkan kalimat yang ingin didengarkan adalah kalimat yang mengarah pada ketenangan, dan kenyamanan. Sebab, biasanya capek atau kelelahan itu sifatnya sementara.
"Bisa jadi kalimat yang menyejukkan itu seperti "Istirahat saja dulu." atau "Aku buatkan minuman hangat ya", atau "Mau aku pijat"," tutur Ahmad.
Menurut Ahmad, istri menjadi tempat dan orang pertama untuk mencurahkan segala isi hatinya. Apalagi, sang istri memiliki pengalaman pada hal-hal yang sifatnya psikis. Jadi, akan lebih tenang jika bercerita dan mendapat solusi yang dilontarkan. Sebaliknya, jika bermasalah dengan istri, maka Ahmad akui akan berbicara pada dirinya sendiri.
"Mungkin karena pengalaman saya ya, banyak berhubungan dengan orang dan bisa menyelesaikan permasalahan orang lain. Tetapi, itupun kalau bermasalah dengan istri saya. Jika bermasalah dengan orang lain, saya pasti cerita ke istri," jelasnya.
Sehingga, hal ini akan dirasakannya lebih lega dan masalah terselesaikan. Sebab, menurutnya berbicara dengan orang lain itu adalah jalan untuk mencari alternatif solusi.
Ahmad menilai, komunikasi menjadi kunci untuk merasa tenang ketika ada permasalahan. Dan sang istri selalu melakukan hal tersebut dengan cepat meresponnya.
Dukungan yang didapat Ahmad dari keluarga saat mendapatkan prestasi cukup beragam, sesuai dengan tujuan yang telah dicapai. Misalnya baru gajian, tentu apresiasinya macam-macam sampai harmonisasi makin erat. Tetapi yang paling penting baginya adalah ucapan "Selamat, Terima kasih, dan Bagus".
Sama seperti lelaki lain, Ahmad juga pernah mendapatkan Omelan yang beragam baik itu dari istri hingga bos kerjanya dengan beragam persoalan.
"Kalau sama istri diomelin karena gegabah sehingga badan sakit, atau kalau lagi kendala finansial, disuruh lebih giat bekerjanya atau saat istri lagi ribet dengan anak-anak, akunya malah sibuk dengan yang lain. Kalau sama bos, ya biasa, terkait pekerjaan. Ada saja hal-hal yang membuat mereka gak puas padahal kita sudah berikan yang terbaik. Omelan dari bos ya biasa "Jangan ulangi lagi", "Kalau gak bisa kerja jangan di sini"," jelasnya.
Secara otomatis, semua keputusan wajib dari Ahmad sebagai pemimpin keluarga yang dibuat dari proses komunikasi dengan orang-orang terdekat, bukan hanya sendiri. Tidak hanya pada keluarga, tapi dengan teman, dan rekan kerja juga dilakukannya.
Untuk mendapatkan dukungan saat mengambil keputusan, Ahmad melakukan riset dan hal ini menjadi yang paling penting.
"Kemudian output komunikasi yang membuat enak yang mendengar, agar lebih meyakinkan lagi, kubuat dengan persentasi yang menarik," terangnya.
Saat ditanya apa reaksinya ketika disudutkan keluarga atau pasangan atau teman, dia menjawab akan memendam terlebih dahulu perasaannya dan kemudian membaca situasi ya.
"Kalau hanya penyudutan yang kecil, masih bisa aku maklumi dengan melupakannya dan menginstopeksi diri siapa yang salah dan siapa yang benar. Tetapi kalau hal besar, apalagi sampai fitnah, tentu aku punya sikap yang tegas. Tetapi tetap sekuat tenaga meresponsnya dengan profesional, tidak gegabah apalagi sampai emosi," pungkasnya.