Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi laki-laki bekerja(freepik.com/freepik)
ilustrasi laki-laki bekerja(freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • Laki-laki sulit bercerita tentang masalah yang dihadapinya, lebih memilih untuk diam dan menyelesaikannya sendiri.

  • Kalimat yang menganggap sepele masalah atau merendahkan menjadi kalimat yang sakit hati.

  • Istri menjadi tempat saat ada masalah, laki-laki akan mencurahkan segala isi hatinya dan mencari solusi bersama.

Medan, IDN Times - Fenomena di media sosial tentang laki-laki tidak bercerita, dan "hidup suba kadung gagal" (Hidup sudah telanjur gagal) sedang ramai menjadi sorotan. Hal ini menjadi gambaran, bahwa laki-laki masih menghadapi maskulinitas toksik.

Seolah pantang untuk mengekspresikan emosional (sedih, nangis, dan lainnya), dan wajib menjadi tulang punggung. Belum lagi laki-laki yang telah berkeluarga terkena dad shaming atau selalu dikritik dalam pola asuh anak dari keluarga, istri, atau teman. Contoh dad shaming: cara menggendong yang dianggap salah, cara mengajak anak berbicara, dan lainnya. Atau contoh lainnya: ayah wajib mencari nafkah untuk anak dan istri. Kalau penghasilannya besar, anak dan istrinya pasti bahagia. Problema seperti ini semakin menyulitkan laki-laki untuk berekspresi, serba salah, dihakimi. Terus kalau mereka depresi, harus lari ke mana?

Editorial Team

Tonton lebih seru di