Ketika Ada Masalah, Diam Menjadi Pilihan Bagi Laki-laki untuk Tenang

Intinya sih...
Laki-laki sulit bercerita tentang masalah yang dihadapinya, lebih memilih untuk diam dan menyelesaikannya sendiri.
Kalimat yang menganggap sepele masalah atau merendahkan menjadi kalimat yang sakit hati.
Istri menjadi tempat saat ada masalah, laki-laki akan mencurahkan segala isi hatinya dan mencari solusi bersama.
Medan, IDN Times - Fenomena di media sosial tentang laki-laki tidak bercerita, dan "hidup suba kadung gagal" (Hidup sudah telanjur gagal) sedang ramai menjadi sorotan. Hal ini menjadi gambaran, bahwa laki-laki masih menghadapi maskulinitas toksik.
Seolah pantang untuk mengekspresikan emosional (sedih, nangis, dan lainnya), dan wajib menjadi tulang punggung. Belum lagi laki-laki yang telah berkeluarga terkena dad shaming atau selalu dikritik dalam pola asuh anak dari keluarga, istri, atau teman. Contoh dad shaming: cara menggendong yang dianggap salah, cara mengajak anak berbicara, dan lainnya. Atau contoh lainnya: ayah wajib mencari nafkah untuk anak dan istri. Kalau penghasilannya besar, anak dan istrinya pasti bahagia. Problema seperti ini semakin menyulitkan laki-laki untuk berekspresi, serba salah, dihakimi. Terus kalau mereka depresi, harus lari ke mana?